Â
Liputan6.com, Jakarta Selama dua tahun terakhir, Tim Nasional Indonesia telah mengalami perubahan signifikan dengan memasukkan sejumlah pemain muda berbakat. Beberapa dari mereka kini menjadi tulang punggung tim senior, terutama dalam menghadapi tantangan di Grup C ronde ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia.
Nama-nama seperti Rizky Ridho, Pratama Arhan, Ernando Ari, Witan Sulaeman, dan Marselino Ferdinan telah menunjukkan performa yang mengesankan dan menjadi kekuatan utama dalam tim. Selain itu, terdapat pula pemain-pemain naturalisasi muda seperti Justin Hubner, Ivar Jenner, Nathan Tjoe-A-On, dan Rafael Struick yang semakin memperkuat skuad.
Baca Juga
Di ajang Piala AFF 2024, Skuad Garuda juga diperkaya dengan talenta muda yang berusia di bawah 22 tahun. Beberapa nama seperti Hokky Caraka, Ikram Algiffari, Erlangga Setyo, Dony Try Pamungkas, Ronaldo Kwateh, Arkhan Kaka, dan Rivaldo Eneira siap memberikan kontribusi maksimal untuk tim.
Advertisement
Dengan mengandalkan kekuatan pemain muda ini, diharapkan Timnas Indonesia dapat mengakhiri penantian panjang untuk meraih gelar juara di Piala AFF. Tim ini telah mengalami kegagalan di enam final sebelumnya, yaitu pada tahun 2000, 2002, 2004, 2010, 2016, dan 2020. Kini, semangat dan potensi dari generasi muda diharapkan dapat membawa perubahan positif.
Kaget
Â
Charis Yulianto, mantan kapten Timnas Indonesia dan salah satu legenda sepak bola Indonesia, baru-baru ini berbagi kisahnya saat mengenakan kostum timnas. Dalam wawancara di kanal YouTube Bola Bung Binder, ia mengungkapkan momen penting ketika ditunjuk sebagai kapten pada Piala AFF 2004, di mana Indonesia harus menghadapi Singapura di partai final.
Charis Yulianto mengungkapkan bahwa sebelumnya, Ponaryo Astaman menjabat sebagai kapten. Peralihan posisi ini mengejutkannya, mengingat tanggung jawab besar yang harus diemban.
"Saya jujur kaget saat itu. Tugas sebagai kapten sangat berat, tetapi sebagai pemain profesional, saya harus siap untuk mengemban tanggung jawab tersebut," jelasnya.
Menjadi kapten timnas bukanlah hal yang mudah, terutama saat tim mengalami masa-masa sulit. Charis menjelaskan bahwa memberikan saran atau masukan kepada rekan-rekannya saat tim terpuruk adalah tantangan tersendiri.
"Ketika kita berada di lapangan, teriakan kita mungkin tidak terdengar oleh penonton. Tugas sebagai kapten menjadi semakin berat saat tim sedang mengalami kesulitan," tambahnya.
Setelah kekalahan di final, Charis Yulianto merasa penting untuk menghibur rekan-rekannya. Momen tersebut menunjukkan betapa pentingnya peran seorang kapten tidak hanya dalam memimpin di lapangan, tetapi juga dalam memberikan dukungan emosional kepada tim. Kini, di usia 46 tahun, Charis tetap menjadi sosok yang menginspirasi dalam dunia sepak bola Indonesia.
Advertisement
Optimistis
Â
Charis Yulianto, mantan bek tangguh yang pernah membela klub-klub besar seperti Persija Jakarta dan Sriwijaya FC, menunjukkan keyakinan yang tinggi terhadap peluang Timnas Indonesia. Ia tidak hanya percaya bahwa tim dapat bersinar di Piala AFF 2024, tetapi juga memiliki harapan besar untuk lolos ke putaran final Piala Dunia 2026.
Charis mengapresiasi langkah PSSI dalam melakukan naturalisasi pemain yang masif di bawah arahan pelatih Shin Tae-yong. Ia percaya bahwa strategi ini akan memberikan dampak positif bagi performa tim.
"Saya adalah orang yang optimistis. Melihat pelatih Shin Tae-yong dan mengenal karakter serta pendekatannya, saya yakin tim ini memiliki potensi besar," ungkapnya.
Menurut Charis, dengan susunan tim yang ada saat ini, ada peluang nyata bagi Indonesia untuk mencapai ronde keempat dalam kualifikasi Piala Dunia. Pengalamannya sebagai staf pelatih di FIFA matchday memberikan perspektif berharga yang semakin menguatkan pandangannya.
Dengan semangat dan pengalaman yang dibagikan oleh Charis Yulianto, harapan untuk Timnas Indonesia di Piala AFF 2024 semakin menguat. Tim yang dilatih oleh Shin Tae-yong diharapkan mampu memberikan performa terbaik dan meraih tiket ke putaran final Piala Dunia 2026. Semoga harapan ini dapat terwujud!