Dampak Megathrust Selat Sunda, Ancaman Gempa Besar hingga Tsunami

Megathrust Selat Sunda berpotensi memicu tsunami hingga 20 meter. BRIN imbau kesiapan mitigasi bencana di Jakarta dan Banten.

oleh Rizka Nur Laily Muallifa diperbarui 08 Jan 2025, 10:52 WIB
Diterbitkan 08 Jan 2025, 10:52 WIB
Gempa Megathrust
Gempa di Megathrust Selat Sunda (M8,7) dan Megathrust Mentawai-Suberut (M8,9) boleh dikata 'tinggal menunggu waktu' karena kedua wilayah tersebut sudah ratusan tahun belum terjadi gempa besar. (Liputan6.com/ Dok BMKG)

Liputan6.com, Jakarta Megathrust Selat Sunda masih terus menjadi perbincangan hangat. Penelitian Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memperingatkan potensi gempa besar di zona megathrust Selat Sunda. Gempa ini diperkirakan bisa mencapai magnitudo 9,1 dan memicu tsunami besar yang berpotensi menghantam pesisir Jawa dan Jakarta.

Simulasi yang dilakukan BRIN menunjukkan gelombang tsunami setinggi 20 meter dapat melanda pesisir selatan Jawa, sementara di Selat Sunda ketinggiannya bisa mencapai 3-15 meter. Bahkan, gelombang setinggi 1,8 meter diperkirakan bisa mencapai Jakarta hanya dalam waktu 2,5 jam setelah gempa terjadi.

Peneliti BRIN, Nuraini Rahma Hanifa, menjelaskan bahwa potensi ini bukan sekadar prediksi, melainkan ancaman nyata yang membutuhkan kesiapsiagaan masyarakat dan pemerintah. Energi yang terkunci di zona subduksi Selat Sunda terus bertambah dan bisa melepaskan kekuatannya kapan saja.

Megathrust Selat Sunda: Dampak Tsunami terhadap Wilayah Jakarta dan Banten

Jika megathrust Selat Sunda meledak, dampaknya akan dirasakan langsung oleh wilayah Jakarta dan Banten. Jakarta yang memiliki kepadatan penduduk tinggi dan struktur tanah lunak berisiko mengalami kerusakan signifikan, baik dari goncangan gempa maupun gelombang tsunami.

Mengutip Liputan6.com, wilayah pesisir utara Jakarta diperkirakan akan terkena gelombang setinggi 1,8 meter yang bisa melumpuhkan aktivitas ekonomi dan infrastruktur vital. Sementara itu, kawasan industri di Cilegon juga berada dalam zona bahaya yang berpotensi mengalami kebakaran dan kebocoran bahan kimia akibat gempa.

Megathrust Selat Sunda: Ancaman Tsunami Raksasa dan Kerusakan di Wilayah Pesisir

Megathrust Selat Sunda diperkirakan dapat memicu tsunami setinggi 20 meter di pesisir selatan Jawa dan 3-15 meter di Selat Sunda. Penelitian dari BRIN menyebutkan bahwa gelombang besar ini berpotensi menyapu wilayah pesisir, merusak pemukiman, dan melumpuhkan infrastruktur penting di sepanjang pantai.

Selain kerusakan fisik, tsunami juga berpotensi menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan akibat rusaknya pelabuhan, pabrik, dan jaringan distribusi logistik di kawasan pesisir.

Megathrust Selat Sunda: Jakarta Kota Rentan dengan Infrastruktur Padat

Jakarta
Ilustrasi kota Jakarta. (Sumber foto: Pexels.com)

Jakarta menjadi salah satu wilayah yang paling berisiko jika megathrust Selat Sunda meledak. Berdasarkan simulasi BRIN, tsunami setinggi 1,8 meter dapat mencapai ibu kota dalam waktu 2,5 jam setelah gempa terjadi.

Kerusakan pada infrastruktur vital seperti pelabuhan, jalan tol, dan jaringan listrik menjadi perhatian utama. Jakarta yang memiliki kepadatan penduduk tinggi juga berisiko mengalami korban jiwa dalam jumlah besar jika sistem evakuasi tidak berjalan dengan baik.

Selain itu, tanah lunak di Jakarta dapat memperburuk dampak gempa dengan amplifikasi goncangan, menyebabkan kerusakan bangunan bertingkat yang lebih parah. Peneliti BRIN, Nuraini Rahma Hanifa, menekankan perlunya penguatan struktur bangunan di area padat penduduk untuk mengurangi risiko ini. 

Megathrust Selat Sunda: Bahaya bagi Kawasan Industri dan Ekonomi di Banten

Kawasan industri di Banten, khususnya di Cilegon, juga menghadapi ancaman besar dari gempa megathrust dan tsunami. Pabrik-pabrik besar yang menyimpan bahan kimia dan bahan bakar berisiko mengalami kebakaran dan ledakan sekunder jika terjadi kerusakan struktural.

BRIN memperingatkan bahwa dampak ini tidak hanya mengganggu produksi dan distribusi barang, tetapi juga memicu polusi lingkungan akibat tumpahan bahan berbahaya. Langkah mitigasi berupa peningkatan standar keamanan di pabrik dan penyediaan jalur evakuasi khusus menjadi sangat penting.

Megathrust Selat Sunda: Kehilangan Tempat Tinggal dan Krisis Pengungsi

Selain kerugian material, megathrust Selat Sunda juga dikhawatirkan memicu krisis sosial akibat kehilangan tempat tinggal bagi ribuan warga pesisir. Tsunami berpotensi meratakan perkampungan nelayan dan menimbulkan gelombang pengungsian besar-besaran ke wilayah yang lebih aman.

BRIN menyoroti pentingnya membangun lokasi-lokasi evakuasi sementara yang mampu menampung warga dalam jumlah besar. Bantuan logistik, air bersih, dan fasilitas medis juga harus disiapkan untuk menghindari krisis kesehatan pascabencana.

Megathrust Selat Sunda: Risiko Longsor Bawah Laut dan Efek Ganda Tsunami

BRIN juga mengungkapkan bahwa selain gempa besar, megathrust di Selat Sunda berpotensi memicu longsor bawah laut (marine landslide) yang memperkuat tinggi dan kecepatan tsunami.

Kasus serupa pernah terjadi pada tsunami Pangandaran 2006, yang memperparah dampak bencana di wilayah pantai selatan. Jika longsor bawah laut terjadi di Selat Sunda, gelombang besar yang dihasilkan dapat menyapu kawasan pesisir dengan lebih cepat dan kekuatan lebih besar.

Peneliti BRIN menekankan perlunya pemantauan aktif terhadap pergerakan dasar laut dan penyempurnaan sistem peringatan dini untuk mengantisipasi potensi efek ganda ini.

Langkah Mitigasi Bencana: Infrastruktur dan Edukasi Publik

Puluhan Pelajar SMPN 50 Jakarta Ikuti Simulasi Mitigasi Bencana Gempa Bumi
Untuk memitigasi risiko gempa bumi megathrust segmen Selat Sunda, warga Jakarta mulai dipersiapkan melalui serangkaian pelatihan simulasi bencana. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Guna mengurangi dampak bencana, BRIN merekomendasikan pembangunan tanggul penahan tsunami di wilayah pesisir. Selain itu, penanaman vegetasi seperti mangrove dan pandan laut di sepanjang pantai dinilai efektif meredam gelombang tsunami.

Pemerintah daerah juga menitikberatkan pada edukasi masyarakat tentang jalur evakuasi dan penyediaan perlengkapan darurat. Pelatihan simulasi tsunami secara berkala diharapkan dapat meningkatkan kesiapan warga menghadapi situasi darurat.

Teknologi dan Sistem Peringatan Dini Tsunami

Pemerintah bersama BRIN dan BMKG memperkuat sistem peringatan dini dengan teknologi terbaru. Sistem ini dirancang untuk memberikan notifikasi cepat melalui SMS dan aplikasi seluler jika tsunami terdeteksi.

Peneliti BRIN, Nuraini Rahma Hanifa, menekankan pentingnya pengujian berkala terhadap perangkat ini. 

"Perangkat ini harus selalu diuji dan diperbarui untuk memastikan efektivitasnya dalam kondisi darurat," ungkapnya, dikutip dari situs remsi BRIN, Sabtu (4/1/2025).

Selain itu, penguatan sistem komunikasi radio juga menjadi fokus untuk memastikan informasi bisa menjangkau wilayah terpencil. Masyarakat diharapkan memahami prosedur evakuasi segera setelah menerima peringatan.

Persiapan Masyarakat Menghadapi Ancaman Tsunami

Masyarakat di wilayah pesisir, terutama di selatan Jawa dan utara Jakarta, disarankan untuk menyusun rencana darurat keluarga. Penyediaan tas siaga bencana berisi makanan, air, obat-obatan, dan perlengkapan lainnya menjadi langkah penting.

Pelatihan evakuasi bersama komunitas lokal juga sangat dianjurkan. Dengan demikian, respons saat bencana bisa lebih cepat dan terorganisir.

1. Apa itu megathrust Selat Sunda?

Megathrust Selat Sunda adalah zona patahan di dasar laut yang berpotensi memicu gempa besar dan tsunami akibat pergerakan lempeng tektonik di wilayah tersebut.

2. Seberapa besar tsunami yang bisa terjadi akibat megathrust ini?

Simulasi menunjukkan tsunami bisa mencapai 20 meter di pesisir selatan Jawa dan 1,8 meter di Jakarta.

3. Berapa lama waktu tsunami mencapai Jakarta?

Diperkirakan gelombang tsunami akan tiba di Jakarta sekitar 2,5 jam setelah gempa terjadi di Selat Sunda.

4. Apa langkah mitigasi yang disarankan oleh BRIN?

Langkah yang disarankan meliputi pembangunan tanggul, penanaman mangrove, memperkuat sistem peringatan dini, dan pelatihan evakuasi.

5. Apakah Jakarta dan Banten sudah siap menghadapi bencana ini?

Pemerintah daerah telah mulai meningkatkan kesiapsiagaan melalui edukasi masyarakat, simulasi bencana, dan koordinasi dengan BMKG untuk sistem peringatan dini.

 

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya