Liputan6.com, Jakarta Bulan suci Ramadhan selalu dinantikan oleh seluruh umat Muslim di Indonesia, tak terkecuali masyarakat Jawa Timur. Tradisi menyambut bulan puasa di Jawa Timur memiliki keunikan tersendiri yang telah diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Setiap daerah di Jawa Timur memiliki cara yang berbeda dalam mengekspresikan kegembiraan menyambut datangnya bulan yang penuh berkah ini.
Advertisement
Baca Juga
Advertisement
Masyarakat Jawa Timur dikenal sangat menjunjung tinggi nilai-nilai budaya dan tradisi leluhur. Berbagai tradisi menyambut bulan puasa di Jawa Timur masih tetap dilestarikan hingga saat ini, mencerminkan kearifan lokal dan harmonisasi antara nilai-nilai Islam dengan budaya setempat. Keberagaman tradisi ini menjadi bukti nyata bagaimana masyarakat Jawa Timur mampu mempertahankan warisan budaya di tengah arus modernisasi.
Setiap tradisi menyambut bulan puasa di Jawa Timur memiliki makna filosofis dan nilai spiritual yang mendalam. Dari Banyuwangi hingga Gresik, dari Madura hingga Malang, tradisi-tradisi ini tidak hanya menjadi ritual tahunan semata, tetapi juga menjadi momentum untuk mempererat tali silaturahmi dan meningkatkan kesadaran spiritual menjelang bulan Ramadan.
Mari kita telusuri 12 tradisi unik yang masih dilestarikan di berbagai wilayah Jawa Timur, dalam rangkuman yang telah Liputan6.com susun berikut ini, pada Selasa (14/1).
1. Nyekar: Tradisi Ziarah Kubur Menjelang Ramadan
Nyekar atau ziarah kubur merupakan tradisi yang paling umum dilakukan oleh masyarakat Jawa Timur menjelang bulan Ramadan. Tradisi ini dilaksanakan dengan mengunjungi makam leluhur dan kerabat yang telah mendahului. Masyarakat akan membersihkan area pemakaman, menaburkan bunga, dan mengirimkan doa untuk para almarhum.
Makna mendalam dari tradisi nyekar tidak hanya sebatas membersihkan makam, tetapi juga sebagai pengingat akan kefanaan hidup dan pentingnya mempersiapkan diri secara spiritual sebelum memasuki bulan puasa. Tradisi ini juga menjadi momentum untuk bersilaturahmi dengan keluarga besar yang sama-sama berkunjung ke makam leluhur.
2. Ngosaran: Tradisi Khas Bangkalan Madura
Ngosaran merupakan tradisi yang memiliki kemiripan dengan nyekar, namun memiliki kekhasan tersendiri di wilayah Bangkalan, Madura. Masyarakat Bangkalan melakukan tradisi ini secara bergotong-royong untuk membersihkan kompleks pemakaman secara menyeluruh, tidak terbatas pada makam keluarga sendiri.
Selain aspek kebersihan, tradisi ngosaran juga menjadi ajang silaturahmi antar warga yang jarang bertemu. Mereka akan berkumpul, berbagi cerita, dan bersama-sama mempersiapkan area pemakaman agar layak dikunjungi selama bulan Ramadan. Hal ini mencerminkan nilai-nilai kebersamaan dan gotong royong yang masih kuat di masyarakat Madura.
3. Tradisi Unggahan atau Megengan
Unggahan atau yang di beberapa daerah dikenal dengan istilah megengan merupakan tradisi yang dilaksanakan sekitar seminggu sebelum Ramadan. Di Blitar dan sekitarnya, tradisi ini dilakukan dengan cara yang unik di mana setiap warga membawa satu hingga dua jenis berkatan atau nasi kotak untuk dikumpulkan dan didoakan bersama.
Dalam tradisi ini, setiap berkatan memiliki komponen wajib berupa nasi dengan lauk pauk seperti tahu, ayam, dan mie. Yang menarik, tradisi ini juga mengharuskan adanya kue apem sebagai simbol permohonan ampunan. Kata "apem" sendiri berasal dari bahasa Arab "afwan" yang berarti maaf, mencerminkan harapan untuk mendapatkan pengampunan menjelang bulan suci.
Advertisement
4. Mandi Bersama di Sendang Sono Gresik
Tradisi unik ini menjadi ciri khas masyarakat Gresik dalam menyambut Ramadan. Sendang Sono menjadi lokasi sakral di mana masyarakat berkumpul untuk melakukan ritual mandi bersama sebagai simbol penyucian diri sebelum memasuki bulan puasa.
Menariknya, Sendang Sono tidak hanya digunakan untuk tradisi menjelang Ramadan, tetapi juga menjadi tempat pelaksanaan tradisi Rebo Wekasan pada bulan Safar. Masyarakat meyakini bahwa air Sendang Sono memiliki keberkahan khusus yang dapat membersihkan diri dari dosa-dosa yang telah dilakukan sepanjang tahun.
5. Tradisi Ta'butaan di Jember
Ta'butaan merupakan tradisi unik yang menggabungkan unsur kesenian jaranan dengan ondel-ondel Betawi. Tradisi ini menjadi kebanggaan masyarakat Desa Jelbuk, Kecamatan Jelbuk, Jember, yang rutin dilaksanakan menjelang Ramadan.
Meskipun nama "Ta'butaan" berasal dari kata "buto" yang berarti raksasa dalam bahasa Jawa, tradisi ini justru menjadi simbol kegembiraan masyarakat dalam menyambut bulan suci. Pertunjukan Ta'butaan tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga mengandung nilai-nilai spiritual dan cultural yang dalam bagi masyarakat Jember.
6. Nyadran Sonoageng di Nganjuk
Tradisi Nyadran Sonoageng dilaksanakan dengan sangat meriah di Nganjuk. Prosesi utamanya berupa arak-arakan sesaji jolen atau tumpeng besar yang berisi hasil bumi. Rute arak-arakan sepanjang 3 kilometer, dimulai dari balai Desa Candirejo menuju Candi Lor, diikuti oleh ratusan warga dengan berbagai kostum tradisional Jawa.
Yang menarik dari tradisi ini adalah adanya pertunjukan berbagai kesenian tradisional, termasuk tari Mongde. Ketika arak-arakan mencapai Candi Lor, tumpeng akan diperebutkan oleh warga sebagai simbol berbagi keberkahan. Tradisi ini tidak hanya sebagai ungkapan syukur atas hasil bumi, tetapi juga sebagai doa tolak bala menjelang bulan puasa.
7. Tradisi Cuci Karpet di Mata Air Umbulan Pasuruan
Salah satu tradisi unik yang masih dilestarikan masyarakat Pasuruan adalah mencuci karpet masjid dan mushala di Mata Air Umbulan. Kegiatan ini dilakukan secara bergotong royong oleh warga setempat sebagai persiapan menyambut Ramadan, khususnya untuk memberikan kenyamanan bagi jamaah yang akan melaksanakan ibadah tarawih.
Proses pencucian karpet dilakukan dengan sangat teliti, dimulai dari merendam karpet di mata air, menyikat, membilas, hingga menjemur sampai kering. Mata Air Umbulan yang terletak di Desa Umbulan, Kecamatan Winongan ini dipercaya memiliki air yang jernih dan berkualitas, sehingga cocok untuk membersihkan karpet-karpet masjid.
8. Gerebeg Apem di Jombang
Tradisi Gerebeg Apem menjadi salah satu perayaan yang paling ditunggu masyarakat Jombang menjelang Ramadan. Inti dari tradisi ini adalah pembuatan gunungan kue apem yang kemudian diarak dari GOR menuju Bundaran Ringin Contong Jombang. Kue apem sendiri memiliki makna filosofis yang dalam, karena kata "apem" berasal dari bahasa Arab "afwan" yang berarti maaf atau pengampunan.
Setelah prosesi arak-arakan, gunungan apem yang berisi ribuan kue akan diperebutkan oleh warga yang hadir. Masyarakat meyakini bahwa mendapatkan kue apem dari acara ini membawa keberkahan tersendiri untuk menjalani ibadah puasa. Tradisi ini juga menjadi simbol harapan agar ibadah selama bulan Ramadan semakin diberkati.
9. Resik Lawon di Banyuwangi
Tradisi Resik Lawon merupakan warisan budaya khas Banyuwangi yang dilaksanakan menjelang Ramadan. "Resik" dalam bahasa Jawa berarti membersihkan, sementara "lawon" adalah sejenis kain mori atau kafan yang digunakan sebagai penutup cungkup pada petilasan Ki Wongso Karyo atau Buyut Cungking, yang dikenal sebagai leluhur masyarakat Banyuwangi.
Dalam tradisi ini, warga akan membersihkan kain kafan sepanjang 110,75 meter di Dam Krambatan, Banyu Gulung yang berada di Kelurahan Banjarsari. Prosesi ini tidak hanya sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur, tetapi juga sebagai simbol pembersihan diri secara spiritual menjelang bulan suci Ramadan.
Advertisement
10. Potong Rambut Massal di Ngawi
Di Kabupaten Ngawi, khususnya di Desa Tempuran, terdapat tradisi unik berupa potong rambut massal yang dilaksanakan menjelang Ramadan. Kegiatan ini melibatkan berbagai kalangan masyarakat, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, dan dilakukan di halaman masjid setempat.
Para tukang pangkas akan berkumpul dan memberikan jasa potong rambut secara gratis kepada warga yang ingin mengikuti tradisi ini. Selain sebagai bentuk sedekah dari para tukang pangkas, tradisi ini juga mengandung makna membersihkan diri secara lahiriah sebelum memasuki bulan puasa.
11. Pasar Bandeng di Gresik
Tradisi Pasar Bandeng menjadi salah satu ikon khas Gresik menjelang Ramadan. Pasar ini merupakan warisan budaya sejak zaman Sunan Giri yang masih dilestarikan hingga kini. Selama beberapa hari menjelang puasa, pusat kota Gresik akan dipenuhi pedagang bandeng dengan berbagai ukuran dan olahan.
Keunikan Pasar Bandeng tidak hanya terletak pada transaksi jual-beli ikan bandeng, tetapi juga pada nilai historis dan kulturalnya. Pembeli tidak hanya datang dari Gresik, tetapi juga dari berbagai daerah di Jawa Timur untuk membeli bandeng yang akan disajikan saat berbuka puasa pertama.
12. Tradisi Kolak Ayam di Probolinggo
Masyarakat Probolinggo memiliki tradisi unik dalam menyambut Ramadan dengan membuat kolak ayam. Berbeda dengan kolak pada umumnya yang terbuat dari pisang atau ubi, kolak ayam merupakan hidangan khas yang menggabungkan konsep kolak dengan pengolahan daging ayam.
Tradisi ini dilaksanakan beberapa hari menjelang Ramadan, di mana warga akan berkumpul untuk memasak dan menikmati kolak ayam bersama-sama. Selain sebagai hidangan khas, tradisi ini juga menjadi momentum untuk mempererat tali silaturahmi antar warga sebelum memasuki bulan puasa.
Keberagaman tradisi menyambut Ramadan di Jawa Timur ini menunjukkan betapa kayanya warisan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia. Setiap tradisi tidak hanya menjadi ritual tahunan semata, tetapi juga mengandung nilai-nilai luhur yang patut dilestarikan. Melalui tradisi-tradisi ini, masyarakat Jawa Timur tidak hanya mempersiapkan diri secara spiritual untuk menjalani ibadah puasa, tetapi juga menjaga warisan budaya yang telah diwariskan oleh para leluhur.