15 Tradisi Lebaran di Jawa yang Unik dan Berkesan, Kaya Akan Nilai Budaya

Kumpulan tradisi lebaran di Jawa yang unik dan menarik

oleh Woro Anjar Verianty diperbarui 20 Jan 2025, 15:30 WIB
Diterbitkan 20 Jan 2025, 15:30 WIB
lebaran islam hari raya ramadan keluarga
ilustrasi malam takbiran muslim/Odua Images... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Tradisi lebaran di Jawa merupakan warisan budaya yang kaya akan makna dan nilai-nilai kearifan lokal. Setiap daerah di Pulau Jawa memiliki cara unik tersendiri dalam merayakan momen spesial ini, menciptakan mozaik budaya yang memperkaya khazanah tradisi Nusantara.

Beragam tradisi lebaran di Jawa telah berlangsung secara turun-temurun dan terus dilestarikan hingga saat ini. Dari ritual keagamaan hingga perayaan kuliner, setiap tradisi memiliki filosofi mendalam yang mencerminkan hubungan antara manusia dengan Sang Pencipta, sesama manusia, dan alam sekitar.

Keunikan tradisi lebaran di Jawa tidak hanya menjadi daya tarik budaya tetapi juga menjadi media pemersatu masyarakat. Beberapa tradisi bahkan telah berkembang menjadi atraksi wisata yang menarik minat pengunjung dari berbagai daerah untuk menyaksikan dan merasakan kemeriahan perayaan Lebaran di tanah Jawa.

Lebih jelasnya, berikut ini telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, kumpulan tradisi lebaran di Jawa yang unik dan menarik, pada Senin (20/1).

Tradisi Budaya dan Ritual

Masjid Gedhe Kauman di Yogyakarta saat melaksanakan grebek syawal
Masjid Gedhe Kauman di Yogyakarta saat melaksanakan grebek syawal. (Dok: Instagram @masjidgedhe)... Selengkapnya

1. Pawai Pegon di Jember

Di Jember, Lebaran dirayakan dengan tradisi unik bernama Pawai Pegon yang diselenggarakan pada hari ketujuh setelah Idul Fitri. Pawai ini menampilkan iring-iringan pedati yang ditarik dua ekor sapi, membawa muatan berupa orang dan makanan khas lebaran seperti ketupat dan opor.

Perjalanan pawai dimulai dari desa menuju Pantai Watu Ulo, dimana makanan yang dibawa kemudian disantap bersama-sama. Tradisi ini melambangkan eratnya tali persaudaraan yang diperkuat melalui momen Lebaran, menciptakan kebersamaan yang hangat di antara warga.

2. Sesaji Rewanda di Semarang

Di Desa Kandri, Semarang, masyarakat melaksanakan ritual unik bernama Sesaji Rewanda pada tanggal 1 Syawal. Ritual ini menghadirkan empat gunungan dengan isi yang berbeda-beda, termasuk nasi golong untuk monyet penghuni Gunung Kreo.

Tradisi ini memiliki makna mendalam sebagai ungkapan rasa syukur dan mengenang tapak tilas Sunan Kalijaga. Selain itu, ritual ini juga bertujuan menjaga keseimbangan hubungan antara manusia dengan alam, khususnya dengan komunitas monyet yang mendiami kawasan tersebut.

3. Grebeg Syawal di Yogyakarta

Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat menyelenggarakan Grebeg Syawal tepat pada 1 Syawal dengan mengeluarkan tujuh gunungan. Tradisi ini menjadi simbol kemurahan hati Sultan dan bentuk syukur atas berkah yang diterima selama bulan Ramadhan.

Gunungan-gunungan tersebut didistribusikan ke berbagai lokasi penting, termasuk Pura Pakualaman, Kepatihan, dan Masjid Gede Kauman. Masyarakat meyakini bahwa mendapatkan bagian dari gunungan akan membawa berkah tersendiri dalam kehidupan mereka.

Tradisi Silaturahmi dan Kebersamaan

halal bi halal adalah
halal bi halal adalah ©Ilustrasi dibuat Stable Diffusion... Selengkapnya

4. Ngadongkapkeun di Banten

Di wilayah Banten, tradisi Ngadongkapkeun menjadi simbol rasa syukur yang dilaksanakan pada beberapa momen penting selama Ramadhan dan Lebaran. Dimulai dengan doa bersama yang dipimpin oleh kokolot lembur (tetua kampung), tradisi ini dilanjutkan dengan sungkeman kepada yang lebih tua.

Ritual ini tidak hanya menjadi bentuk ungkapan syukur tetapi juga wujud penghormatan kepada leluhur. Ngadongkapkeun biasanya dilakukan pada hari pertama puasa, hari terakhir puasa, setelah shalat Idul Fitri, dan selepas ziarah kubur.

5. Tradisi Mudik

Mudik telah menjadi fenomena sosial yang tak terpisahkan dari perayaan Lebaran di Jawa. Para perantau dari berbagai penjuru akan kembali ke kampung halaman untuk berkumpul dengan keluarga, menciptakan momen kebersamaan yang dinanti-nantikan sepanjang tahun.

Meskipun harus menghadapi berbagai tantangan seperti kemacetan dan tiket transportasi yang mahal, semangat mudik tetap tidak surut. Tradisi ini bahkan telah menjadi gerakan massal yang mempengaruhi dinamika sosial dan ekonomi masyarakat.

6. Ater-ater atau Saling Mengirim Makanan

Sehari sebelum Lebaran, masyarakat di berbagai daerah di Jawa melakukan tradisi saling mengirimkan makanan kepada tetangga dan kerabat. Tradisi ini mencerminkan nilai-nilai kebersamaan dan berbagi kebahagiaan dalam menyambut hari raya.

Ater-ater tidak hanya sekadar berbagi makanan, tetapi juga menjadi media untuk mempererat tali silaturahmi antar tetangga. Makanan yang dibagikan biasanya berupa masakan khas Lebaran seperti ketupat, opor, dan berbagai kue tradisional.

7. Halal bi Halal

Halal bi Halal menjadi momentum penting dalam tradisi Lebaran di Jawa, dimana keluarga besar berkumpul untuk saling bermaafan dan mempererat ikatan kekeluargaan. Acara ini biasanya dilaksanakan beberapa hari setelah Idul Fitri.

Dalam tradisi ini, anggota keluarga dari berbagai daerah akan berkumpul di rumah orang tua atau kerabat tertua. Selain saling bermaafan, moment ini juga diisi dengan makan bersama dan berbagi cerita, menciptakan suasana hangat dan penuh keakraban.

Tradisi Kuliner dan Perayaan

ketupat
ilustrasi/ ketupat.... Selengkapnya

8. Lebaran Ketupat dan Makan Besar

Di beberapa daerah seperti Tulungagung dan sekitarnya, tradisi makan ketupat baru dilaksanakan pada tanggal 8 Syawal, setelah menyelesaikan puasa Syawal. Perayaan ini dikenal sebagai Lebaran Ketupat yang ditandai dengan makan besar bersama keluarga.

Yang unik, ketupat di daerah Tulungagung tidak disajikan dengan opor ayam seperti umumnya, melainkan dengan ayam lodho yang berkuah santan dan berasa pedas. Tradisi ini menjadi momen spesial yang ditunggu-tunggu setelah menjalankan puasa sunnah selama 6 hari di bulan Syawal.

9. Festival Ketupat di Magetan

Desa Turi di Kecamatan Panekan, Magetan, memiliki tradisi unik dengan membuat ribuan ketupat yang dipajang di pinggir jalan. Ketupat-ketupat berwarna kecokelatan ini digantung dan menjadi pemandangan yang menarik sekaligus menciptakan suasana Lebaran yang meriah.

Keunikan tradisi ini adalah pengunjung diperbolehkan menikmati ketupat secara gratis. Masyarakat setempat juga menyediakan sayuran berkuah dan lauk-pauk sebagai pelengkap, menciptakan momen kebersamaan yang hangat melalui tradisi makan bersama.

10. Festival Balon Udara di Probolinggo

Tradisi menerbangkan balon udara secara beramai-ramai di Probolinggo menjadi atraksi wisata yang menarik pada hari ketujuh Lebaran. Meski tergolong tradisi baru, kegiatan ini telah berhasil menarik perhatian wisatawan baik lokal maupun mancanegara.

Festival ini dilaksanakan dengan pengawasan ketat dari pihak berwenang dan aparat keamanan untuk memastikan keselamatan dan keamanan. Masyarakat meyakini bahwa tradisi menerbangkan balon udara ini membawa harapan akan kehidupan yang lebih baik setelah Lebaran.

11. Lomban di Jepara

Lomban merupakan tradisi unik yang dilaksanakan di kawasan Jepara dan Karimunjawa seminggu setelah Lebaran. Para nelayan berlomba-lomba ke laut menggunakan perahu yang dihias dengan warna-warna mencolok, menciptakan pemandangan yang meriah di lautan.

Selain membawa makanan khas Lebaran untuk dinikmati bersama, para peserta Lomban juga memeriahkan acara dengan menyalakan petasan. Tradisi ini menjadi bukti bagaimana masyarakat pesisir memadukan perayaan Lebaran dengan kearifan lokal mereka.

Tradisi Lokal yang Khas

12. Tellasan Topak di Madura

Masyarakat Madura memiliki tradisi unik yang disebut Tellasan Topak atau lebaran ketupat, yang dilaksanakan pada hari ketujuh setelah Idul Fitri. Keunikan tradisi ini terletak pada cara perempuan mengantarkan makanan kepada orang yang lebih tua dengan meletakkan nampan di atas kepala.

Ritual ini tidak hanya menjadi bentuk penghormatan kepada yang lebih tua tetapi juga mencerminkan keterampilan dan keanggunan perempuan Madura. Makanan yang diantarkan biasanya berisi ketupat dan lauk pauk khas Madura yang disusun dengan indah di atas nampan.

13. Ski Lot di Pasuruan

Di Desa Tambak Lekok, Pasuruan, masyarakat merayakan lebaran ketupat dengan permainan tradisional ski lot. Lot atau celot yang berarti lumpur menjadi media permainan yang unik, dimana warga memanfaatkan lumpur dari tambak yang telah dikosongkan untuk bermain ski atau seluncur.

Papan seluncur yang digunakan berukuran 1,5 meter dengan lebar setengah meter, awalnya merupakan alat untuk mencari kerang atau rajungan. Seiring waktu, alat ini dimodifikasi menjadi peralatan bermain yang menarik wisatawan dari berbagai daerah untuk menyaksikan atraksi unik ini.

14. Tradisi "Serba Baru"

Masyarakat Jawa memiliki tradisi mengenakan segala sesuatu yang baru saat Lebaran, mulai dari pakaian hingga peralatan ibadah. Fenomena ini menyebabkan pusat perbelanjaan selalu dipadati pengunjung menjelang Lebaran.

Tradisi ini mencerminkan semangat untuk memulai lembaran baru setelah sebulan berpuasa, sekaligus menjadi simbol kesejahteraan dan kemakmuran. Meskipun terkesan materialistis, tradisi ini juga mengandung nilai spiritual tentang pembaruan diri dan harapan akan kehidupan yang lebih baik.

15. Tradisi Pemberian THR

Tunjangan Hari Raya (THR) telah menjadi tradisi yang dinantikan menjelang Lebaran. Tidak hanya dalam bentuk tunjangan dari perusahaan kepada karyawan, tradisi ini juga mencakup pemberian uang kepada anak-anak atau keponakan yang lebih muda.

THR menjadi simbol berbagi kebahagiaan dan keberkahan di hari raya. Bagi anak-anak, tradisi ini menjadi momen yang ditunggu-tunggu karena bisa mendapatkan 'angpau' Lebaran dari orang tua, kerabat, dan tetangga yang dikunjungi saat bersilaturahmi.

Keberagaman tradisi Lebaran di Jawa menunjukkan kekayaan budaya yang patut dilestarikan. Setiap tradisi memiliki keunikan dan makna mendalam yang mencerminkan nilai-nilai luhur masyarakat Jawa dalam merayakan kemenangan setelah menunaikan ibadah puasa.

Meski zaman terus berkembang, tradisi-tradisi ini tetap bertahan dan bahkan berkembang menjadi atraksi wisata yang menarik. Hal ini membuktikan bahwa nilai-nilai tradisional dapat berjalan seiring dengan modernisasi, menciptakan harmonisasi antara warisan budaya dan perkembangan zaman.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya