Sejarah Gempa Bumi Gujarat 2001, Bencana Dahsyat yang Mengubah Wajah India

Liputan6.com, Jakarta Gempa bumi dahsyat mengguncang Gujarat, India, tepat pada Hari Republik India ke-52 pada 26 Januari 2001. Lebih dikenal sebagai Gempa Bumi Bhuj, bencana ini menorehkan sejarah kelam sebagai salah satu gempa paling mematikan di India. Pusat gempa berada di dekat kota Bhuj dengan kekuatan 7,7 Mw, guncangannya terasa hingga ke wilayah yang jauh, termasuk Delhi, Mumbai, Karachi, bahkan hingga Nepal dan Bangladesh.

Kekuatan gempa yang sangat besar, mencapai 7,7 Mw (menurut beberapa sumber 7,9 SR), menjadi faktor utama. Gempa jenis blind thrust earthquake ini terjadi akibat pergerakan lempeng tektonik India yang menumbuk lempeng Eurasia. Kedalaman gempa sekitar 16 kilometer, cukup dangkal untuk menyebabkan kerusakan yang meluas di permukaan. Ketiadaan retakan permukaan besar justru membuat dampak kerusakan lebih sulit diprediksi.

Dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber pada Minggu (26/1/2025), berikut sejarah gempa bumi Gujarat 2001. 

Gempa Gujarat terjadi pada pukul 08.46 waktu setempat, mengguncang wilayah barat India dan sebagian Pakistan. Kota Bhuj, yang berjarak 20 kilometer dari pusat gempa, menjadi daerah yang paling parah terkena dampak. Getaran gempa ini terasa hingga ke Delhi dan beberapa wilayah di Pakistan.

Dalam beberapa menit setelah gempa, ribuan bangunan di kota Bhuj dan sekitarnya runtuh. Di antara bangunan yang hancur adalah sekolah yang menewaskan sekitar 400 anak di dalamnya. Gedung-gedung pemerintah yang dirancang tahan gempa berhasil bertahan, namun mayoritas rumah warga yang tidak memenuhi standar keamanan roboh dalam sekejap.

Upaya penyelamatan dimulai segera setelah gempa, tetapi kondisi yang kacau dan luasnya area yang terdampak membuat penanganan menjadi sangat sulit. Relawan dan warga lokal menggunakan alat seadanya untuk mencari korban di bawah reruntuhan.

Tragedi ini meninggalkan bekas luka mendalam. Jumlah korban jiwa beragam, namun diperkirakan antara 13.000 hingga lebih dari 20.000 orang meninggal dunia. Lebih dari 166.000 orang lainnya mengalami luka-luka. Runtuhnya bangunan, terutama bangunan tua yang tak tahan gempa, menjadi penyebab utama tingginya angka kematian. Bhuj, Bhachau, dan Anjar menjadi wilayah yang paling parah terdampak. Lebih dari satu juta bangunan rusak atau hancur total. Bayangkan, sekitar 40% tempat tinggal hancur, termasuk sekolah dan rumah sakit. Rumah sakit umum di Bhuj bahkan runtuh, menewaskan sekitar 150 pasien.

Infrastruktur vital juga tak luput dari kehancuran. Jembatan dan jalan raya mengalami kerusakan signifikan, menghambat akses bantuan dan evakuasi. Kerugian ekonomi pun sangat besar, diperkirakan mencapai 150 miliar rupee India (sekitar 3,3 miliar dolar AS pada saat itu). Meski sebagian besar fasilitas industri besar selamat, namun listrik dan jaringan telepon lumpuh hampir di seluruh wilayah terdampak, memperparah situasi.

Selain kerugian materiil, gempa bumi Gujarat 2001 juga meninggalkan trauma psikologis yang mendalam. Ribuan orang kehilangan keluarga dan tempat tinggal. Anak-anak, khususnya, mengalami dampak yang signifikan secara emosional. Pemulihan dari trauma ini memerlukan waktu dan upaya yang panjang.

Pemerintah India di bawah Perdana Menteri Atal Behari Vajpayee segera mendeklarasikan keadaan darurat dan menyerukan persatuan nasional untuk membantu korban. Bantuan internasional pun mengalir deras. Organisasi seperti ShelterBox memberikan bantuan berupa tempat tinggal darurat dan barang kebutuhan pokok. Organisasi lokal, seperti ActionAid India, juga berperan penting dalam upaya bantuan dan rehabilitasi, fokus pada kelompok rentan seperti anak-anak, perempuan, dan penyandang disabilitas.

Gempa bumi Gujarat 2001 menjadi pelajaran berharga. Bencana ini menyoroti betapa pentingnya pembangunan tahan gempa dan kesiapsiagaan bencana. Peristiwa ini juga menunjukkan solidaritas dan kerja sama internasional dalam memberikan bantuan kemanusiaan. Semoga peristiwa ini menjadi pengingat akan pentingnya mitigasi bencana dan pembangunan infrastruktur yang lebih tangguh untuk masa depan.

Pascabencana, pemerintah India segera meluncurkan program rehabilitasi besar-besaran untuk membangun kembali wilayah yang terdampak. Asian Development Bank (ADB) juga berperan penting dengan menyetujui proyek rekonstruksi dalam waktu dua bulan setelah gempa. Proyek ini mencakup pembangunan kembali perumahan, infrastruktur publik, dan fasilitas kesehatan.

Selain bantuan pemerintah, banyak lembaga internasional dan organisasi non-pemerintah yang turut memberikan kontribusi. Mereka fokus pada penyediaan bantuan darurat, seperti makanan, air bersih, dan tempat tinggal sementara, serta mendukung masyarakat lokal untuk memulihkan mata pencaharian mereka.

Rekonstruksi juga membawa perubahan besar dalam kebijakan pembangunan di India. Standar bangunan tahan gempa mulai diterapkan secara luas, terutama di daerah yang rawan gempa. Pelajaran dari tragedi Gujarat menjadi dasar bagi upaya mitigasi bencana di masa depan.

Pada tahun 2025, dunia mengenang 24 tahun tragedi gempa Gujarat. Peringatan ini menjadi waktu untuk merenungkan langkah-langkah yang telah diambil untuk meningkatkan kesiapsiagaan bencana. Pemerintah Gujarat kini telah memperkuat infrastruktur dan meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai bahaya gempa.

Upaya mitigasi bencana juga terus berkembang dengan menggunakan teknologi modern untuk memantau aktivitas seismik. Meski tragedi ini membawa luka mendalam, namun pengalaman tersebut telah mendorong banyak perubahan positif dalam penanganan bencana di India.

Gempa Gujarat menjadi pengingat bahwa meskipun bencana tidak dapat dihindari, dampaknya dapat diminimalkan melalui perencanaan yang matang, konstruksi yang aman, dan solidaritas antarmanusia.

Gempa Gujarat 2001 disebabkan oleh aktivitas tektonik di zona patahan Indo-Australia yang berada di wilayah tersebut.

Gempa ini memiliki kekuatan 7,7 pada skala Richter.

Dampaknya meliputi lebih dari 20.000 korban jiwa, 150.000 orang terluka, ratusan ribu kehilangan tempat tinggal, dan kerusakan besar pada infrastruktur dan bangunan.