5 Tradisi Lebaran Unik di Papua, Begini Cara Merayakan Idul Fitri di Indonesia Timur

Masyarakat Muslim Papua merayakan Idul Fitri dengan tradisi unik seperti Pawai Hadrat, Bakar Batu versi halal, PETA (Pegang Tangan), ziarah kubur, dan berbagi antarumat beragama, mencerminkan toleransi dan keberagaman budaya.

oleh Mabruri Pudyas Salim Diperbarui 17 Feb 2025, 12:00 WIB
Diterbitkan 17 Feb 2025, 12:00 WIB
Chico Aura Dwi Wardoyo - Lebaran - Idul Fitri
Pebulu tangkis tunggal putra Indonesia Chico Aura Dwi Wardoyo merasakan kesedihan karena tidak bisa berlebaran di tanah kelahirannya, Papua. (foto: PBSI)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Indonesia terkenal dengan keberagaman budaya dan tradisinya. Setiap daerah memiliki keunikan tersendiri dalam merayakan hari-hari besar keagamaan, termasuk Idul Fitri atau Lebaran. Salah satu wilayah yang memiliki tradisi Lebaran yang menarik adalah Papua. Sebagai provinsi paling timur Indonesia, Papua menyimpan kekayaan budaya yang luar biasa, termasuk dalam perayaan Lebaran.

Lebaran di Papua bukan sekadar perayaan keagamaan, tetapi juga perpaduan unik antara tradisi Islam dan kearifan lokal. Perayaan Idul Fitri di tanah Papua menunjukkan bagaimana nilai-nilai toleransi dan saling menghormati antarumat beragama begitu kental. Tradisi-tradisi yang ada bukan hanya sekadar ritual, tetapi juga menjadi perekat sosial yang memperkuat ikatan persaudaraan.

Keunikan tradisi Lebaran di Papua tercermin dalam berbagai aspek, mulai dari makanan khas, pakaian adat, hingga ritual-ritual khusus yang dilakukan selama perayaan. Misalnya, ada tradisi makan papeda bersama setelah sholat Ied, di mana masyarakat Muslim dan non-Muslim berkumpul untuk menikmati makanan khas Papua ini. Ada pula tradisi mengenakan pakaian adat Papua yang dipadukan dengan busana Muslim saat bersilaturahmi, menciptakan perpaduan budaya yang indah dan harmonis.

Tradisi-tradisi unik ini tidak hanya memperkaya khazanah budaya Indonesia, tetapi juga menjadi contoh nyata bagaimana perbedaan dapat menjadi sumber kekuatan dan keindahan. Kita patut mengapresiasi dan melestarikan tradisi-tradisi ini sebagai warisan budaya yang berharga. Dengan memahami dan menghargai keunikan tradisi Lebaran di Papua, kita dapat semakin menghargai keberagaman Indonesia dan memperkuat persatuan bangsa.

Berikut adalah sejumlah keunikan dari tradisi lebaran di Papua, sebagaimana telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Senin (17/2/2025).

Tradisi Hadrat di Kaimana

Tradisi Hadrat merupakan pawai meriah yang terutama dirayakan di Kaimana, Papua Barat, tetapi juga dilakukan di Jayapura. Pawai ini melibatkan iring-iringan musik tradisional seperti kendang, tifa, dan rebana yang mengiringi lantunan salawat. Peserta pawai terdiri dari berbagai kalangan usia dan bahkan termasuk umat non-Muslim, menari bersama sambil berkeliling dan saling bersilaturahmi. Tradisi ini biasanya dilakukan pada hari kedua Idul Fitri.

Pawai Hadrat bukan hanya perayaan keagamaan semata, tetapi juga menjadi simbol toleransi dan moderasi beragama di Papua. Kehadiran umat non-Muslim dalam pawai ini menunjukkan harmoni dan saling menghormati antar-kelompok masyarakat. Suasana penuh keceriaan dan persaudaraan sangat terasa dalam tradisi ini. Tradisi Hadrat telah berlangsung turun-temurun dan menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Idul Fitri di Kaimana dan Jayapura.

Keunikan tradisi Hadrat terletak pada partisipasi aktif masyarakat dari berbagai latar belakang agama. Hal ini menunjukkan bagaimana perbedaan agama tidak menjadi penghalang untuk bersama-sama merayakan hari kemenangan. Tradisi ini menjadi bukti nyata bagaimana nilai-nilai toleransi dan kebersamaan dapat terwujud dalam keberagaman budaya di Papua. Melalui tradisi Hadrat, masyarakat Papua menunjukkan kepada dunia betapa indahnya hidup berdampingan dengan rukun dan damai.

Dengan iringan musik tradisional yang merdu dan lantunan salawat yang syahdu, tradisi Hadrat menciptakan suasana yang khidmat namun tetap meriah. Peserta pawai yang terdiri dari berbagai usia dan latar belakang agama menciptakan pemandangan yang indah dan penuh makna. Tradisi Hadrat menjadi bukti nyata bagaimana perbedaan dapat disatukan dalam sebuah perayaan yang penuh kebersamaan dan toleransi.

Tradisi Bakar Batu Versi Halal

bakar batu muslim Papua
Muslim Papua biasa melakukan tradisi bakar batu dengan menu olahan daging ayam, sebagai pengganti daging babi. (Liputan6.com/Katharina Janur)... Selengkapnya

Bakar Batu merupakan tradisi memasak tradisional masyarakat Papua, khususnya di wilayah pegunungan. Namun, bagi umat Muslim di Papua, tradisi ini diadaptasi agar sesuai dengan syariat Islam. Hewan ternak seperti babi yang biasanya digunakan diganti dengan ayam atau hewan halal lainnya. Proses memasak dengan cara dikubur dalam tanah yang dipanaskan dengan batu-batu panas tetap dipertahankan.

Proses pelaksanaan Bakar Batu versi halal ini unik dan menarik. Setelah batu-batu dipanaskan hingga membara, ayam atau hewan halal lainnya dimasukkan ke dalam lubang yang telah disiapkan. Kemudian, lubang tersebut ditutup kembali dengan tanah dan dibiarkan beberapa jam hingga makanan matang. Cara memasak ini menghasilkan cita rasa yang khas dan lezat.

Makanan yang disajikan dalam tradisi Bakar Batu versi halal biasanya berupa ayam bakar, ubi, dan pisang. Semua makanan ini dimasak bersamaan dalam satu lubang, sehingga menghasilkan aroma yang harum dan menggugah selera. Selain makanan, tradisi ini juga menyajikan minuman khas Papua untuk menambah kemeriahan.

Tradisi Bakar Batu versi halal bukan hanya sekadar cara memasak, tetapi juga memiliki makna sosial dan budaya yang mendalam. Tradisi ini mempererat tali silaturahmi antar anggota keluarga dan masyarakat. Dengan tetap mempertahankan tradisi lokal namun menyesuaikannya dengan syariat Islam, tradisi Bakar Batu versi halal menjadi contoh indahnya akulturasi budaya.

Tradisi PETA (Pegang Tangan)

pasangan
ilustrasi pegangan tangan/Photo by Pablo Heimplatz on Unsplash... Selengkapnya

PETA atau Pegang Tangan merupakan tradisi unik di Biak Numfor yang dilakukan saat perayaan Natal dan Idul Fitri. Tradisi ini menggambarkan silaturahmi dan saling mengunjungi antarumat beragama. Umat Muslim dan non-Muslim saling mengunjungi, mengucapkan selamat, dan berbagi makanan. Tradisi ini menjadi bukti nyata toleransi antarumat beragama di Papua.

Pelaksanaan tradisi PETA sangat sederhana namun sarat makna. Anak-anak dan orang dewasa saling mengunjungi rumah tetangga, baik yang seagama maupun berbeda agama. Mereka saling berjabat tangan, mengucapkan selamat hari raya, dan berbagi makanan ringan. Suasana penuh keakraban dan kebersamaan sangat terasa dalam tradisi ini.

Keterlibatan lintas agama dalam tradisi PETA sangat penting. Umat Muslim dan non-Muslim sama-sama berpartisipasi aktif, menunjukkan bagaimana perbedaan agama tidak menjadi penghalang untuk menjalin persaudaraan. Tradisi ini menjadi contoh nyata bagaimana toleransi dan saling menghormati dapat terwujud dalam kehidupan sehari-hari.

Dampak tradisi PETA terhadap kerukunan beragama sangat signifikan. Tradisi ini memperkuat ikatan persaudaraan antarumat beragama, menciptakan suasana yang harmonis dan damai. PETA menjadi bukti nyata bagaimana keberagaman agama dapat menjadi kekuatan, bukan sumber konflik, di Papua.

Tradisi Ziarah Kubur Bersama

Tradisi Ziarah Kubur Jelang Ramadan
Sejumlah umat muslim berdoa di depan makam keluarga di Pemakaman Karet Bivak Jakarta, Minggu (3/3/2024). (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Di beberapa daerah di Papua, tradisi ziarah kubur bersama dilakukan setelah Shalat Id. Keluarga mengunjungi makam leluhur untuk mendoakan arwah mereka dan membersihkan makam. Tradisi ini menjadi bagian penting dari perayaan Idul Fitri, mengingatkan akan kematian dan pentingnya memperkuat iman dan takwa.

Ritual yang dilakukan dalam tradisi ziarah kubur bersama cukup sederhana. Keluarga berkumpul di makam leluhur, membaca doa, dan membersihkan makam. Suasana yang khidmat dan penuh refleksi sangat terasa. Tradisi ini juga menjadi momen untuk mempererat tali silaturahmi antar anggota keluarga.

Partisipasi masyarakat dalam tradisi ziarah kubur bersama cukup tinggi. Banyak keluarga yang datang ke pemakaman untuk mendoakan arwah leluhur mereka. Tradisi ini menunjukkan bagaimana masyarakat Papua menghormati leluhur dan tetap menjaga tradisi meskipun telah berlalu waktu.

Nilai spiritual dan sosial dari tradisi ziarah kubur bersama sangat besar. Tradisi ini mengingatkan akan kematian dan pentingnya mempersiapkan diri untuk akhirat. Selain itu, tradisi ini juga mempererat tali silaturahmi antar anggota keluarga dan masyarakat.

Tradisi Berbagi dengan Tetangga

open house adalah
open house adalah ©Ilustrasi dibuat Stable Diffusion... Selengkapnya

Di beberapa wilayah Papua, tradisi berbagi makanan dengan tetangga menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Idul Fitri. Umat Muslim berbagi makanan khas Lebaran dengan tetangga mereka, termasuk mereka yang berbeda agama. Rumah-rumah umat Muslim selalu terbuka untuk menerima tamu yang datang untuk bersilaturahmi.

Praktik berbagi makanan ini dilakukan dengan sukarela dan ikhlas. Umat Muslim mempersiapkan berbagai hidangan khas Lebaran, seperti ketupat, opor ayam, dan rendang, untuk dibagikan kepada tetangga. Hal ini menunjukkan semangat berbagi dan kepedulian terhadap sesama.

Pintu terbuka untuk semua menjadi simbol keramahan dan penerimaan. Umat Muslim Papua menyambut semua tamu yang datang ke rumah mereka, tanpa memandang latar belakang agama. Hal ini menunjukkan bagaimana toleransi dan saling menghormati dapat terwujud dalam kehidupan sehari-hari.

Peran tradisi berbagi dalam menjaga kerukunan sangat penting. Tradisi ini memperkuat ikatan persaudaraan antarumat beragama, menciptakan suasana yang harmonis dan damai. Banyak warga Papua yang memberikan testimoni positif tentang tradisi ini, yang telah terjalin selama puluhan tahun.

Tradisi-tradisi lebaran di Papua menunjukkan betapa indahnya keberagaman budaya dan agama di Indonesia. Penting untuk melestarikan tradisi-tradisi ini agar nilai-nilai toleransi dan kebersamaan tetap terjaga. Semoga tradisi-tradisi ini dapat terus menginspirasi kita untuk hidup rukun dan damai.

Dari tradisi Hadrat hingga PETA, semua tradisi ini mengajarkan kita tentang pentingnya toleransi, saling menghormati, dan berbagi kasih sayang. Mari kita jaga dan lestarikan tradisi-tradisi ini agar generasi mendatang dapat merasakan keindahan dan makna di baliknya. Semoga semangat persaudaraan dan toleransi antarumat beragama di Papua tetap terjaga selamanya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Live dan Produksi VOD

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya