Liputan6.com, Jakarta Asam lambung yang berlebihan bisa menjadi sumber berbagai keluhan kesehatan, mulai dari rasa tidak nyaman seperti mulas dan nyeri ulu hati, hingga gangguan yang lebih serius seperti GERD (gastroesophageal reflux disease). Kondisi ini kerap dipicu oleh berbagai faktor, seperti pola makan yang tidak teratur, stres, konsumsi makanan pedas atau berkafein, bahkan perubahan jadwal makan seperti saat berpuasa.
Baca Juga
Advertisement
Untungnya, ada berbagai jenis obat asam lambung yang bisa membantu meredakan gejala dengan cepat. Obat-obatan ini bekerja dengan cara menetralkan asam lambung, mengurangi produksinya, atau melindungi dinding lambung dan kerongkongan dari iritasi. Gejala seperti mual, perut kembung, hingga sensasi terbakar di dada (heartburn) bisa dikendalikan dengan pemilihan obat yang tepat.
Dalam artikel ini, kita akan membahas berbagai jenis obat asam lambung yang umum digunakan yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing individu. Masing-masing obat memiliki indikasi, efektivitas, serta potensi efek samping yang perlu diketahui agar penggunaannya lebih tepat. Berikut ulasan lengkapnya, dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Minggu (5/4/2025).
1. Antasida
Antasida merupakan salah satu obat asam lambung yang paling umum dan mudah ditemukan. Obat ini bekerja secara langsung dengan menetralkan kelebihan asam di lambung, sehingga mampu memberikan bantuan cepat untuk meredakan gejala seperti nyeri ulu hati, mulas, dan perut kembung. Cara kerja antasida adalah dengan menghentikan aktivitas enzim pepsin, enzim yang membantu mencerna makanan namun juga bisa memperburuk iritasi lambung jika asam terlalu tinggi.
Ada beberapa jenis antasida yang digunakan secara luas. Sodium bikarbonat dan kalsium karbonat termasuk jenis yang paling cepat dalam memberikan efek, namun karena bisa diserap oleh darah, penggunaannya harus dibatasi agar tidak menimbulkan kondisi seperti alkalosis—yaitu darah yang terlalu basa.
Sementara itu, aluminium hidroksida lebih aman untuk penggunaan jangka panjang, meski bisa menyebabkan sembelit jika tidak disesuaikan dengan dosis yang tepat. Di sisi lain, magnesium hidroksida juga efektif, namun cenderung bersifat pencahar dan dapat menyebabkan diare bila dikonsumsi berlebihan.
2. Histamine Blockers (H2 Blockers)
Histamine blockers, atau yang biasa disebut H2 blockers, merupakan obat yang bekerja dengan cara menghambat kerja histamin dalam merangsang produksi asam lambung. Histamin sendiri adalah senyawa yang secara alami diproduksi tubuh dan salah satu fungsinya adalah memicu pelepasan asam oleh sel-sel lambung. Dengan menghalangi kerja histamin, obat ini secara efektif menurunkan jumlah asam yang diproduksi, sehingga gejala maag, tukak lambung, dan GERD bisa diredakan.
Beberapa contoh obat dari golongan ini adalah ranitidine, famotidine, dan cimetidine. H2 blockers biasanya tidak menimbulkan efek samping serius, namun pada beberapa orang dapat menyebabkan gangguan ringan seperti sakit kepala, diare, atau ruam kulit jika dikonsumsi melebihi dosis yang dianjurkan.
Advertisement
3. Proton Pump Inhibitors (PPI)
Proton Pump Inhibitors atau PPI merupakan salah satu golongan obat yang paling efektif dalam mengurangi produksi asam lambung. PPI bekerja dengan menghambat enzim H+/K+ ATPase, atau yang lebih dikenal sebagai pompa proton, yang terlibat langsung dalam proses sekresi asam oleh sel-sel di lambung. Karena bekerja langsung pada akar produksi asam, efek dari PPI cenderung lebih kuat dan bertahan lebih lama dibanding H2 blockers.
Obat-obatan PPI seperti omeprazole, lansoprazole, esomeprazole, pantoprazole, dan rabeprazole banyak digunakan untuk mengobati GERD, tukak lambung, dan juga sebagai bagian dari terapi kombinasi untuk mengatasi infeksi Helicobacter pylori. Efek sampingnya relatif ringan dan meliputi sembelit, diare, sakit kepala, dan kadang nyeri perut, namun secara umum ditoleransi dengan baik oleh tubuh.
4. Prostaglandin (Misoprostol)
Obat golongan prostaglandin seperti misoprostol bekerja dengan dua mekanisme utama: menurunkan produksi asam lambung dan memperkuat lapisan mukosa pelindung lambung. Oleh karena itu, obat ini sangat bermanfaat bagi pasien yang berisiko mengalami kerusakan lambung akibat penggunaan jangka panjang obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), seperti ibuprofen atau aspirin.
Misoprostol mampu melindungi lambung dari iritasi, namun efek samping yang umum muncul adalah kram perut dan diare. Karena itu, penggunaannya biasanya diawasi ketat oleh dokter dan tidak diberikan sembarangan, terutama pada wanita hamil karena dapat menyebabkan kontraksi rahim.
5. Sukralfat
Sukralfat merupakan obat yang bekerja dengan cara membentuk lapisan pelindung pada area lambung atau usus yang mengalami luka atau iritasi. Tidak seperti obat lain yang berfungsi menurunkan produksi asam, sukralfat lebih berperan sebagai pelindung mekanis yang melapisi permukaan mukosa yang rusak sehingga proses penyembuhan bisa berlangsung lebih optimal.
Obat ini sering digunakan dalam pengobatan tukak lambung atau gastritis kronis, terutama jika pasien sensitif terhadap penghambat asam. Efek samping yang paling sering dilaporkan adalah sembelit, namun secara umum sukralfat cukup aman digunakan dalam jangka menengah hingga panjang.
6. Potassium-Competitive Acid Inhibitors (PCAB)
Potassium-Competitive Acid Inhibitors (PCAB) adalah generasi baru dari obat penghambat asam lambung. Seperti PPI, PCAB bekerja pada pompa proton di lambung, tetapi melalui mekanisme yang berbeda—yaitu dengan bersaing langsung dengan ion kalium yang diperlukan untuk produksi asam. Hasilnya adalah penghambatan asam lambung yang lebih cepat dan stabil.
Obat PCAB seperti vonoprazan dan tegoprazan telah terbukti efektif dalam mengatasi kondisi berat seperti esofagitis erosif dan dalam terapi infeksi H. pylori. Keunggulan lainnya adalah efek yang lebih cepat muncul dibanding PPI, menjadikannya pilihan yang menarik untuk kondisi akut.
Advertisement
Cara Mencegah Asam Lambung Naik agar Tidak Kambuh
Meski tersedia berbagai jenis obat untuk meredakan gejala asam lambung, langkah terbaik untuk menjaga kenyamanan saluran pencernaan adalah dengan melakukan pencegahan. Dengan menerapkan gaya hidup dan pola makan yang sehat, kamu bisa mengurangi frekuensi kambuhnya asam lambung dan mencegah gangguan pencernaan yang mengganggu aktivitas sehari-hari.
Berikut beberapa langkah efektif untuk mencegah asam lambung naik:
1. Jangan Telat Makan
Menunda waktu makan atau melewatkan jam makan dapat memicu naiknya asam lambung. Saat perut kosong terlalu lama, produksi asam tidak berhenti dan akhirnya mengiritasi lambung, memicu rasa nyeri atau mulas.
2. Hindari Berbaring Setelah Makan
Langsung berbaring setelah makan bisa menyebabkan makanan dan asam lambung terdorong naik ke kerongkongan. Disarankan memberi jeda sekitar 2–3 jam setelah makan sebelum berbaring atau tidur.
3. Minum Air Putih yang Cukup
Air putih membantu melancarkan proses pencernaan dan mencegah perut kembung. Selain itu, minum air saat makan juga bisa membantu melarutkan asam lambung agar tidak terlalu pekat.
4. Hindari Makanan Pemicu
Beberapa jenis makanan dapat memicu naiknya asam lambung, seperti makanan berlemak, makanan asam, cokelat, makanan pedas, serta produk olahan susu. Hindari atau batasi konsumsi makanan tersebut, terutama saat perut sedang sensitif.
5. Ubah Pola Makan Menjadi Lebih Sering dalam Porsi Kecil
Makan dalam porsi besar bisa memberikan tekanan pada lambung dan meningkatkan risiko refluks. Cobalah makan lebih sering (misalnya 4–5 kali sehari) tapi dalam porsi kecil agar lebih mudah dicerna.
6. Makan dengan Perlahan
Mengunyah makanan dengan baik dan makan secara perlahan dapat mengurangi masuknya udara ke saluran cerna, sekaligus membantu proses pencernaan menjadi lebih optimal.
7. Konsumsi Makanan Tinggi Protein
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa makanan tinggi protein dapat membantu menurunkan risiko refluks karena membantu memperkuat otot sfingter esofagus bawah, yang berfungsi mencegah asam lambung naik ke kerongkongan.
Â
