Bilik-Kotak Suara dari Kardus, Ketua MA: Biar Nggak Dikorupsi

Bilik dan kotak suara yang terbuat dari kardus menimbulkan tanda tanya dari para pemilih. Pasalnya, pada pemilu sebelumnya dibuat dari seng.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 09 Apr 2014, 12:39 WIB
Diterbitkan 09 Apr 2014, 12:39 WIB
TPS Widya Chandra
(Foto: Fiki Ariyanti/ Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta Bilik dan kotak suara yang terbuat dari kardus menimbulkan tanda tanya dari para pemilih. Padahal pada pemilihan umum (pemilu) sebelumnya, bilik dan kotak suara terbuat dari seng.

Ketua Mahkamah Agung (MA), Hatta Ali mengungkapkan, sarana dan prasarana seperti Tempat Pemungutan Suara (TPS) pemilu kali ini didesain lebih sederhana. "Bagus kan supaya nggak makan biaya besar," kata dia saat ditemui di TPS 01 Widya Chandra, Jakarta, Rabu (9/4/2014).

Soal penilaian masyarakat bahwa anggaran pemilu dikorupsi, Hatta menampiknya. Dia membela, dengan biaya rendah justru kemungkinan anggaran dikorupsi jauh lebih rendah.

"Justru ini untuk mengurangi korupsi. Kalau dibikin sesederhana mungkin, dan dikorupsi pasti akan kelihatan karena biayanya rendah," ucapnya.

Hatta mengimbau supaya pada pemilu yang akan datang, bilik suara dipertinggi agar tidak ada satupun pemilih lain yang mencari peluang mengintip kartu suara.

"Bilik suaranya kerendahan, kalau orang yang tinggi bisa ngintip. Jadi bukan rahasia lagi dong. Makanya pemilu ke depan, biliknya dipertinggi," harapnya.

Sebelumnya, salah seorang pemilih di TPS 01 yang enggan disebutkan namanya mengeluhkan minimnya fasilitas pemilu, seperti bilik dan kotak suara yang terbuat dari kardus. "Kok kardus ya, jangan-jangan uangnya dikorupsi," tuduh dia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya