Lupakan Poros Tengah, Amien Rais Serukan Koalisi Indonesia Raya

Koalisi partai Islam atau dengan istilah Poros Tengah tidak akan mampu memikul sendiri perubahan bangsa Indonesia.

oleh Widji Ananta diperbarui 17 Apr 2014, 20:21 WIB
Diterbitkan 17 Apr 2014, 20:21 WIB
amien-5-131230.jpg
Amien Rais berjanji partai yang kini dipimpin Hatta Rajasa akan lebih fokus soal penegakan hukum tanpa tebang pilih, terutama pada kasus korupsi yang saat ini sudah sangat akut. (Liputan6.com/Faisal R Syam)

Liputan6.com, Jakarta - Mantan Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais menegaskan koalisi partai Islam atau dengan istilah Poros Tengah tidak akan mampu memikul sendiri perubahan bangsa Indonesia. Menurut penggagas Poros Tengah pada tahun 1999 tersebut, koalisi ini perlu digabung dengan tokoh nasionalis.

Hal itu dikatakan Amien saat menghadiri pertemuan tertutup para tokoh Islam di sebuah rumah milik Ratna Hasyim Ning di kawasan Jalan Cikini Raya, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (17/4/2014).

"Jangan pernah ada bayangan Poros Tengah Islam memikul sendiri. Makanya, saya sudah mengusulkan, (nama) Poros Tengah agar tidak dipakai lagi. Itu 1 dekade lalu," ujar mantan Ketua MPR tersebut.

Apa itu Koalisi Indonesia Raya?

Amien melanjutkan, gagasannya adalah dengan mencakup perpaduan tokoh Islam dengan nasionalis. Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah ini pun menjelaskan pengertian Koalisi Indonesia Raya.

Ia memaparkan, istilah Koalisi Indonesia Raya tentu diambil dari kata Indonesia Raya yang disebutkan oleh seluruh agama di Indonesia dalam lagu kebangsaan kita. Islam, Buddha, Hindu, Kristen dan Konghuchu.

"Istilah sekarang merangkul nasionalis. Koalisi Indonesia Raya. Indonesia Raya itu disebut 7 kali di lagu 9kebangsaan) Indonesia Raya. Jangan Poros Tengah yang dulu, tetapi merangkul nasionalis. Ini gagasan saya," lanjutnya.

Amien menjelaskan pula, acuannya sudah pasti adalah Pancasila dan UUD 1945. Karena jika melihat kondisi negara Indonesia, kemerdekaan memang sudah didapatkan, namun belum secara keseluruhan.

"Acuannya 1 adalah Pancasila dan UUD 45. Dalam pembukaan, perjuangan bangsa Indonesia. Bersatu sudah, tapi merdeka baru separo. Ekonomi kita baru di bidang pertambangan. Adil makmur juga masih so-so," paparnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya