Karamah: Jam Matahari, Peninggalan Ilmuwan Islam

Matahari sebagai penunjuk waktu merupakan sumbangan para ilmuwan Islam.

oleh Liputan6 diperbarui 07 Jun 2016, 04:45 WIB
Diterbitkan 07 Jun 2016, 04:45 WIB
Karamah: Jam Matahari, Peninggalan Ilmuwan Islam
Matahari sebagai penunjuk waktu merupakan sumbangan para ilmuwan Islam.

Liputan6.com, Trenggalek - Waktu terus berdetak, merangkai kisah perjalanan hidup manusia. Sejumlah ayat Alquran menekankan tentang pentingnya memaknai waktu.

Seperti ditayangkan Liputan 6 Siang SCTV, di antara banyaknya ayat tersebut, salah satunya adalah Surat Al Furqan Ayat 62:

"Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur."

Bahkan sejumlah ritual ibadah, seperti salat dan puasa, mengacu pada waktu yang telah ditentukan.
Untuk memudahkan penentuan waktu, para ilmuwan Islam di masa lalu telah menciptakan berbagai teknologi penanda waktu. Di antaranya yang paling klasik adalah jam matahari.

Di halaman belakang Pondok Pesantren Babul Ulum di Desa Durenan, Trenggalek, Jawa Timur jam unik itu telah ada sejak 1964. Warga setempat menyebutnya sebagai jam bencet.

Dalam khazanah Islam klasik, ini dikenal sebagai jam matahari atau sundial, atau jam istiwak, yang berarti ketika matahari di titik tertinggi. Ini dipakai untuk memastikan waktu salat.

Waktu salat zuhur, misalnya, adalah sesaat setelah istiwak atau ketika matahari sudah mulai condong ke arah barat.

Metode penggunaan jam ini terbilang sederhana, yakni dengan memanfaatkan bayangan sinar matahari yang mengarah pada angka-angka yang diukir di atas lempengan logam. Sinar matahari akan membuat bayangan paku di atas lempengan logam sebagai penunjuk waktu.

Matahari sebagai penunjuk waktu merupakan sumbangan para ilmuwan Islam. Pembuatan jam matahari atau sundial di dunia Islam dilakukan oleh Ibnu Al Shatir, seorang ahli astronomi muslim di abad 14.

Di tahun 1000 masehi, Ibn Khalaf Al Muradi menuliskan tentang jam air dalam Kitab Rahasia-rahasia.

Tahun 1559, Taqiuddin As Subkhi, astronom Utsmani, mendesain berbagai jam mekanik yang menggunakan prinsip gerak teratur. Bahkan jam mekanik sudah mulai dikaitkan dengan kalender lunisolar, gabungan matahari dan bulan. Ini menjadi embrio komputer analog.

Berbagai penemuan ilmuwan muslim itu menjadi sumbangan bagi peradaban modern.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya