Liputan6.com, Jakarta Jadwal imsak hari ini Jumat 15 Mei 2020 berbeda-beda di setiap wilayahnya. Bahkan perbedaan waktu tersebut juga berpengaruh terhadap perbedaan pada jadwal salat wajib, jadwal imsak, serta jadwal berbuka puasa di setiap daerah. Mengetahui kadwal imsak di bulan Ramadan tentu penting agar sahur menjadi lebih tenang.
Baca Juga
Bahkan pada kota yang memiliki jarak berdekatan sekalipun terdapat perbedaan waktu dalam melaksanakan ibadah puasa Ramadan. Oleh karena itu, ada baiknya mencari informasi tentang jadwal imsak hari ini Jumat 15 Mei 2020 untuk mengetahui dan memahami perbedaan jadwal puasa Ramadan, terutama di daerah tempat Anda.
Advertisement
Karena dengan mengikuti jadwal imsak yang sesuai, maka waktu berpuasa Ramadan Anda akan lebih tepat. Karena memang Indonesia memiliki pembagian tiga zona waktu yang dapat memengaruhi panjangnya durasi dari berpuasa.
Berikut ini Liputan6.com telah merangkum jadwal imsak hari Jumat 15 Mei 2020 yang sesuai dengan zona waktu dari masing-masing daerah, Jumat (15/5/2020).
Waktu Sahur yang Utama
Makan sahur sangat disunahkan bagi orang yang berpuasa. Dalam sebuah hadits dikatakan, “Sahurlah karena di sana terdapat keberkahan”. Makan sahur merupakan keringanan (rukhsah) bagi orang yang ingin mengerjakan puasa.
Saat sedang puasa, menahan haus dan lapar seharian penuh tentu sangat memberatkan. Oleh karena itu, Allah SWT mensyariatkan untuk makan sahur dan buka puasa agar ibadahnya tidak terlalu berat. Allah SWT juga sangat menyukai terhadap orang yang mengerjakan sesuatu yang sudah diringankan-Nya.
Nabi Muhammad SAW sangat menganjurkan kepada umatnya untuk mengakhirkan sahur. Anjuran Nabi ini terdapat dalam banyak hadits. Misalnya hadits riwayat Ahmad, “Umatku berada dalam kebaikan selama menyegerakan berbuka dan mengakhirkan sahur”.
Menurut Abu Bakar Al-Kalabazi, maksud dari mengakhirkan sahur tersebut ialah makan sahur di sepertiga terakhir malam. Dalam kitabnya Bahrul Fawaid disebutkan:
Bahwa, “Nabi SAW pernah ditanya, ‘Malam apa yang paling didengar (do’a)?’ ‘Sepertiga terakhir malam,’ tegas Nabi SAW. Dalam hadits lain, Nabi SAW berkata, ‘Mengakhirkan sahur ialah bagian dari fitrah.’ Kemungkinan yang dimaksud mengakakhirkan sahur di sini ialah mengerjakannya di sepertiga terakhir malam. Karena pada waktu itu doa, ampunan, dan hajat dikabulkan Allah SWT.”
Berdasarkan pada keterangan ini, tampaknya tujuan dari mengakhirkan sahur ini bukan semata-mata makan dan minum, tetapi mesti diirngin dengan ibadah lainnya seperti shalat, zikir, dan berdoa. Sebab itu, waktu yang terbaik untuk beribadah, terutama berdoa.
Nah, dilihat dari kebiasaan Nabi Muhammad SAW sendiri, Beliau sangat terbiasa untuk bangun tengah malam dan shalat malam. Sangat dimungkinkan jika Nabi SAW beribadah terlebih dahulu, baru makan sahur menjelang waktu subuh.
Berdasarkan kesaksian Hudzaifah, ia pernah makan sahur bersama Nabi Muhammad SAW saat menjelang subuh, (HR Ibnu Majah). Kesaksian Hudzaifah ini diperkuat oleh pengakuan Zaid bin Tsabit. Zaid pernah sahur bersama Nabi Muhammad SAW kemudian setelah itu shalat berjamaah. Ketika ditanya, berapa lama jarak antara selesai makan dan shalat, Zaid menjawab, “Kisaran membaca lima puluh ayat,” (HR Ibnu Majah).
Setelah dijelaskan beberapa pendapat dan riwayat ini, dapat disimpulkan bahwa waktu yang paling baik untuk santap sahur adalah di sepertiga terakhir malam, terutama menjelang waktu subuh. Usahakan juga jarak antara makan dan waktu subuh tidak terlalu dekat, agar saat makan sahur tidak terburu-buru dan punya kesempatan untuk menyikat gigi.
Advertisement
Pahala Puasa Ramadan
Di bulan Ramadan seluruh amal ibadah dilipat gandakan pahalanya. Maka dari itu, untuk menambah pahala bulan Ramadan. Dalam sebuah hadis, Rasulullah mengungkapkan:
“Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman: “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi.” (HR. Bukhari no. 1904, 5927 dan Muslim no. 1151)
Makna dari hadits di atas adalah, Rasulullah mengatakan bahwa setiap amalan kebaikan manusia akan dilipatgandakan pahalanya 10 kali lipat bahkan hingga 700 kali lipat.
Namun, hal ini berbeda dengan amalan puasa. Pahala dalam puasa tidak dilipatgandakan dengan cara tersebut, melainkan, pahala pada orang yang berpuasa akan dilipatgandakan menjadi tak terhingga oleh Allah.
Hal ini karena, dalam berpuasa manusia berusaha untuk meninggalkan segala syahwat karena Allah semata. Allah juga begitu memuliakan orang yang berpuasa sehingga diibaratkan bau mulut orang yang berpuasa lebih harum dari bau minyak kasturi.
Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah di Lathaif Al-Ma’arif mengatakan,
“Sebagaimana pahala amalan puasa akan berlipat-lipat dibanding amalan lainnya, maka puasa di bulan Ramadhan lebih berlipat pahalanya dibanding puasa di bulan lainnya. Ini semua bisa terjadi karena mulianya bulan Ramadhan dan puasa yang dilakukan adalah puasa yang diwajibkan oleh Allah pada hamba-Nya. Allah pun menjadikan puasa di bulan Ramadhan sebagai bagian dari rukun Islam, tiang penegak Islam.”
Pahala puasa Ramadan akan lebih berlipat karena bulan ramadhan adalah bulan yang paling mulia. Selain itu Puasa Ramadan juga merupakan puasa yang diwajibkan oleh Allah. Maka dari itu, siapa saja yang menjalankan puasa Ramadan akan mendapatkan pahala yang berlimpah.
Jadwal Imsak Hari Ini Jumat 15 Mei 2020
Berikut jadwal imsak hari ini Jumat 15 Mei 2020 yang telah disesuaikan dengan zona waktu tiap-tiap kota di Indonesia.
Banda Aceh 04:54 WIB
Medan 04:44 WIB
Padang 04:44 WIB
Pekanbaru 04:38 WIB
Palembang 04:29 WIB
Bandung 04:23 WIB
Jakarta 04:25 WIB
Yogyakarta 04:13 WIB
Semarang 04:12 WIB
Surabaya 04:03 WIB
Pontianak 04:07 WITA
Banjarmasin 04:50 WITA
Denpasar 04:55 WITA
Makassar 04:34 WITA
Palu 04:26 WITA
Mataram 04:51 WITA
Kupang 04:23 WITA
Ambon 04:57 WIT
Sorong 04:40 WIT
Jayapura 04:05 WIT
Advertisement
Keutamaan Puasa Ramadan
Keutamaan puasa Ramadan dituangkan pada hadis Rasul yang berbunyi:
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَف الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ
“Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman: “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi.” (HR. Bukhari no. 1904, 5927 dan Muslim no. 1151)
Keutamaan puasa Ramadan dapat dijabarkan sebagai berikut:
1) Puasa adalah jalan meraih ketakwaan.
2) Puasa adalah sebab dosa-dosa diampuni, apabila dikerjakan berdasar iman, ikhlas serta meneladani Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam.
3) Pahala puasa melimpah ruah, apabila dilakukan sesuai dengan adab-adabnya.
4) Bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah dari aroma kasturi.
5) Ada dua kebahagiaan saat menjalankan puasa Ramadan. Kebahagiaan itu adalah ketika berbuka dan ketika berjumpa dengan Allah.
6) Doa orang yang berpuasa akan dikabulkan.
Allah telah menyediakan satu tempat khusus di surga, yang pintunya bertuliskan Al-Rayyan (kesegaran, kedamaian) dan hanya bisa dimasuki oleh mereka yang ahli berpuasa. Setelah semua ahli berpuasa telah
Puasa Ramadan hukumnya merupakan fardhu (wajib) untuk Muslim dewasa. Puasa Ramadan dapat tidak dilakukan jika seseorang mengalami halangan untuk melakukannya seperti sakit, dalam perjalanan, sudah tua, hamil, menyusui atau menstruasi.
Jika seseorang tak dapat berpuasa saat Ramadan, maka diharuskan untuk mengganti puasa tersebut pada hari-hari yang lain.
Kewajiban berpuasa sudah tertuang jelas pada firman Allah dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 183 yaitu:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam juga menegaskan tentang kewajiban berpuasa dalam sabdanya:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ ، وَمَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala, akan diampuni dosanya yang telah lalu, dan barangsiapa sholat di malam lailatul qodr karena iman dan mengharapkan pahala, akan diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu).
Arti Bulan Ramadan
Kata Ramadan berasal dari akar kata bahasa Arab ramiḍa atau ar-ramaḍ, yang berarti panas yang menghanguskan atau kekeringan. Bangsa Babilonia yang budayanya pernah sangat dominan di utara Jazirah Arab menggunakan penghitungan tahun berdasarkan bulan dan matahari sekaligus. Bulan kesembilan, yaitu bulan Ramadan selalu jatuh pada musim panas yang sangat menyengat.
Namun, setelah umat Islam mengembangkan kalender berbasis bulan, yang rata-rata 11 hari lebih pendek dari kalender berbasis Matahari, bulan Ramadan tak lagi selalu bertepatan dengan musim panas. Orang lebih memahami 'panas'nya Ramadan secara kiasan.
Kiasan ini merujuk pada hari-hari di mana orang berpuasa, tenggorokan terasa panas karena kehausan. Diharapkan dengan ibadah-ibadah Ramadan maka dosa-dosa terdahulu menjadi hangus terbakar dan orang yang berpuasa tak lagi berdosa. Bulan Ramadan diawali dengan penentuan bulan sabit sebagai pertanda bulan baru.
Advertisement