Kisah Ulama yang Dipotong Lidahnya karena Selalu Memuji Rasulullah SAW

Pada zaman dahulu ada seorang ulama yang tersohor dengan syair-syairnya, namanya Syekh Farazdaq. Kemampuannya membuat syair-syair indah ia gunakan untuk memuji Rasulullah SAW.

oleh Liputan6.com diperbarui 13 Sep 2022, 18:30 WIB
Diterbitkan 13 Sep 2022, 18:30 WIB
Sensasi Naik Unta Menjelajahi Padang Pasir China
Para wisatawan menaiki unta di padang pasir di Dunhuang di provinsi Gansu di China barat laut (10/8/2019). Dunhuang adalah sebuah kota tingkat kabupaten di barat laut provinsi Gansu, Tiongkok Barat. (AFP Photo/Str)

Liputan6.com, Cilacap - Pada zaman dahulu ada seorang penyair hebat yang sangat terkenal, yaitu Syekh Farazdaq. Ia selalu asyik memuji Rasulullah SAW dengan syair-syairnya dan mempunyai kebiasaan melaksanakan ibadah haji setiap tahunnya.

Suatu ketika ia sedang melaksanakan ibadah haji, kemudian berziarah ke makam Rasulullah SAW dan membaca qasidah (syair pujian kepada Nabi).

Ketika itu ada yang mendengar Syekh Farazdaq melantunkan qasidah yang memuji Rasulullah SAW. Setelah selesai membaca qasidah, orang itu menemui Syekh Farazdaq dan mengajaknya untuk makan siang di rumahnya.

Lantas Syekh Farazdaq menerima ajakan orang tersebut dan setelah berjalan jauh hingga keluar dari Madinah sampailah ke rumah yang dituju.

Saksikan Video Pilihan Ini:

Dipotong Lidahnya

Ilustrasi - Kafilah pada masa Arab zaman Jahiliyah. (Foto: Tangkapan layar film The Message)
Ilustrasi - Kafilah pada masa Arab zaman Jahiliyah. (Foto: Tangkapan layar film The Message)

Sesampainya di dalam rumah, orang tersebut memegangi sang penyair dan berkata: “Sungguh aku sangat membenci orang-orang yang memuji-muji Muhammad, dan ku bawa engkau ke sini untuk kugunting lidahmu!”

Maka orang itu menarik lidah Syaikh Farazdaq lalu mengguntingnya dan berkata: “Ambillah potongan lidahmu ini dan pergilah untuk kembali memuji Muhammad!”

Maka Sang Penyair pun menangis karena rasa sakit dan juga sedih tidak bisa lagi membaca syair untuk Sayidina Muhammad SAW.

Kemudian beliau datang ke makam Rasulullah SAW seraya berdoa: “Ya Allah jika penghuni makam ini tidak suka atas pujian-pujian yang aku lantunkan untuknya maka biarkan aku tidak lagi bisa berbicara seumur hidupku, karena aku tidak butuh kepada lidah ini kecuali hanya untuk memuji-Mu dan memuji Nabi-Mu.

Namun jika Engkau dan Nabi-Mu ridha maka kembalikanlah lidahku ini ke mulutku seperti semula.”

Bertemu Rasulullah dalam Mimpi

Ilustrai- Kafilah pengendara unta di padang pasir. (Foto: Tangkapan layar film The Messenger)
Ilustrai- Kafilah pengendara unta di padang pasir. (Foto: Tangkapan layar film The Messenger)

Syekh Farazdaq terus menangis hingga tertidur dan bermimpi jumpa dengan Rasulullah SAW yang berkata: “Aku senang mendengar pujian-pujianmu, berikanlah potongan lidahmu.”

Lalu Rasulullah SAW mengambil potongan lidah itu dan mengembalikannya pada posisinya semula. Ketika sang penyair, yaitu Syaikh Farazdaq terbangun dari tidurnya, mendapati lidahnya telah kembali seperti semula. Maka Syekh Farazdaq pun bertambah dahsyat memuji Rasulullah SAW.

Hingga di tahun selanjutnya Syekh Farazdaq datang lagi menziarahi Rasulullah SAW dan kembali membaca pujian-pujian untuk Rasulullah SAW. Dan di saat itu datanglah seorang pemuda nan gagah serta berwajah cerah menemuinya dan mengajaknya untuk makan siang di rumahnya.

Syekh Farazdaq teringat kejadian tahun yang lalu. Namun, ia tetap menerima ajakan tersebut. Sehingga, ia dibawa ke rumah anak muda itu. Sesampainya di rumah anak muda itu, Syekh Farazdaq dapati rumah itu adalah rumah yang dulu pernah didatangi lalu lidahnya dipotong.

Menjadi Kera

Sekawanan monyet di jalan sekitar Masjid Saka Tunggal, Cikakak, Wangon, Banyumas. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Sekawanan monyet di jalan sekitar Masjid Saka Tunggal, Cikakak, Wangon, Banyumas. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Anak muda itu pun meminta Syaikh Farazdaq untuk masuk yang akhirnya ia pun masuk ke dalam rumah itu hingga mendapati sebuah kurungan besar terbuat dari besi dan di dalamnya ada kera yang sangat besar dan terlihat sangat beringas.

Maka anak muda itu berkata: “Engkau lihat kera besar yang di dalam kandang itu, dia adalah ayahku yang dulu telah menggunting lidahmu, maka keesokan harinya Allah SWT mengubahnya menjadi seekor kera.”

Dan hal yang seperti ini telah terjadi pada umat terdahulu, sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. al-A’raf:166:

فَلَمَّا عَتَوْا عَنْ مَا نُهُوا عَنْهُ قُلْنَا لَهُمْ كُونُوا قِرَدَةً خَاسِئِينَ

“Maka setelah mereka bersikap sombong terhadap segala apa yang dilarang, Kami katakan kepada mereka: “Jadilah kalian kera yang hina”. (QS. al-A’raf:166)

Kemudian anak muda itu berkata: “Jika ayahku tidak bisa sembuh maka lebih baik Allah matikan saja.”

Maka Syaikh Farazdaq berdoa: “Ya Allah aku telah memaafkan orang itu dan tidak ada lagi dendam dan rasa benci kepadanya”. Dan seketika itu pun Allah SWT mematikan kera itu dan mengembalikannya pada wujud yang semula.

Dari kejadian ini jelaslah bahwa sungguh Allah SWT mencintai orang-orang yang suka memuji Nabi Muhammad SAW. Karena pujian kepada Nabi Muhammad SAW disebabkan oleh cinta dan banyak memuji kepada Nabi Muhammad SAW berarti pula banyak mencintai beliau.

Semakin banyak orang yang berdzikir, bershalawat dan memuji Nabi Muhammad SAW, maka Allah akan semakin menjauhkan kita, wilayah kita dan wilayah-wilayah sekitar dari musibah dan digantikan dengan curahan rahmat dan anugerah dari Allah SWT.

Demikian kisah Ulama ahli syair yang dipotong lidahnya karena sering dan senang memuji Rasulullah SAW sebagaimana dikisahkan oleh Almaghfurlah Al Habib Mundzir bin Fuad Al Musawwa yang dikutip dari kanal YouTube Risalah Islam.

Penulis: Khazim Mahrur

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya