Maulid Nabi dan Ciri-Ciri Muhammad SAW dalam Penggambaran Kitab Taurat

Identitas Nabi Muhammad dalam Kitab Taurat

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 11 Okt 2022, 14:30 WIB
Diterbitkan 11 Okt 2022, 14:30 WIB
Kaligrafi Nabi Muhammad SAW. (ar.wikipedia to Commons)
Kaligrafi Nabi Muhammad SAW. (ar.wikipedia to Commons)

Liputan6.com, Jakarta - Meski sudah lewat 12 Rabiul Awal, masyarakat di berbagai daerah masih melakukan berbagai acara untuk memperingati Maulid Nabi. Memang, tradisi di Indonesia, peringatan Maulid Nabi tidak mesti bersamaan pada hari H kelahiran Nabi.

Kelahiran nabi akhir zaman, Muhammad SAW telah diramalkan oleh para ahli kitab, baik Yahudi maupun Nasrani. Mereka yakin nabi mulia itu akan datang dan menyempurnakan agama.

Ramalan itu tak lepas dari disebutnya sosok dan ciri-ciri Nabi Muhammad SAW dalam kitab suci umat terdahulu. Misalnya, dalam Taurat maupun Injil.

Kisah percakapan Nabi Musa dengan Allah SWT menunjukkan bahwa sebenarnya ciri-ciri Nabi Muhammad sudah disinggung dalam kitab suci.

Bahkan saking mengimaninya, sebelum Rasulullah SAW lahir, umat Yahudi selalu bertawasul kepadanya agar diberi kemenangan saat melakukan peperangan. Mereka juga berdoa agar nabi akhir zaman itu berasal dari kaumnya.

Namun, Yahudi adalah kaum yang tinggi hati. Akibatnya, ketika Nabi Muhammad SAW terlahir bukan dari Bani Israil, mereka tidak lagi mengimaninya. Sosok yang mereka tunggu ternyata terlahir dari bany Quraisy.

Terlepad dari hal itu, dalam Kitab Taurat, sosok dan ciri-ciri Nabi Muhammad sudah tercatat dengan baik. Itu adalah jawaban kenapa rabi Yahudi bisa dengan mudah mengenali tanda-tanda kenabian Muhammad SAW, meski kala itu belum diangkat sebagai Rasul.

 

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

Ciri-Ciri Nabi Muhammad SAW dalam Taurat

Melihat Perayaan Shavuot di Kota Nablus
Jemaat Samaria berjalan saat fajar menuju puncak Gunung Gerizim selama perayaan Shavuot menurut tradisi Samaria di dekat kota Nablus di Tepi Barat utara (5/6/2022). Perayaan ini menandai pemberian Taurat kepada orang Israel di Gunung Sinai selama tujuh minggu setelah eksodus alkitabiah mereka dari Mesir.(AFP/Jaafar Ashtiyeh)

Mengutip laman NU, Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengutip riwayat berikut:

عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ، قَالَ: لَقِيتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَمْرِو فَقُلْتُ: أَخْبِرْنِي عَنْ صِفَةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي التَّوْرَاةِ. قَالَ: أَجَلْ وَاللَّهِ، إِنَّهُ لَمَوْصُوفٌ فِي التَّوْرَاةِ كَصِفَتِهِ فِي الْقُرْآنِ: "يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا وَحِرْزًا لِلْأُمِّيِّينَ، أَنْتَ عَبْدِي وَرَسُولِي، سَمَّيْتُكَ الْمُتَوَكِّلَ، لَيْسَ بِفَظٍّ وَلَا غَلِيظٍ، وَلَا صخَّاب فِي الْأَسْوَاقِ، وَلَا يَجْزِي بِالسَّيِّئَةِ السَّيِّئَةَ، وَلَكِنْ يَعْفُو وَيَصْفَحُ، وَلَنْ يَقْبِضَهُ اللَّهُ حَتَّى يُقِيمَ بِهِ الْمِلَّةَ الْعَوْجَاءَ، بِأَنْ يَقُولُوا: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَيَفْتَحَ بِهِ قُلُوبًا غُلفا، وَآذَانًا صُمًّا، وَأَعْيُنًا عُمْيًا "

Artinya: “Dari ‘Atha bin Yasar, dia berkata, ‘Dia pernah bertemu Abdullah ibnu Amr, lalu ia bertanya kepadanya, ‘Ceritakanlah kepadaku tentang sifat Rasulullah saw di dalam kitab Taurat.’ Abdullah bin Amr menjawab, ‘Memang benar, demi Allah, sesungguhnya sifat beliau terdapat dalam kitab Taurat, persis seperti dijelaskan dalam Al-Qur’an, ‘Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu sebagai saksi, pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, serta menjadi benteng bagi orang-orang yang ummi. Engkau adalah hamba dan Rasul-Ku, Aku menamaimu ‘mutawakkil’ (orang yang berserah diri), engkau tidak bersikap keras juga tidak berhati kasar. Allah tidak akan mencabut nyawanya sebelum ia mampu meluruskan ajaran agama yang menyimpang dengan kalimat ‘La ilaha illallah’, menyadarkan orang yang hatinya masih tertutup dari kebenaran, telinganya masih tuli dari kebajikan, dan matanya buta dari ajaran yang lurus.’” (Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’anil Adzim, 2000: juz VI, halaman 407).

Dalam tafsir tersebut, disebut bahwa Nabi Muhammad adalah saksi, pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Nabi Muhammad juga menjadi benteng bagi orang yang ummi (bodoh) atau membawa pencerahan.

Nabi digambarkan sebagai orang yang berserah diri (mutawakil), tidak keras dan berhati lembut. Nabi Muhammad tidak akan wafat sebelum berhasil meluruskan agama yang menyimpang dengan kalimat 'La ilaaha Illallaah', tiada tuhan selain Allah.

Nabi Muhammad juga membawa cahaya kebenaran untuk orang yang hatinya masih tertutup, masih tuli dari kebahikan dan buta matanya dari ajaran yang lurus.

Tim Rembulan

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya