Liputan6.com, Blora - Sederhana dan tinggal berpindah-pindah. Itulah Ali Imron (40), warga asal Desa Jawa Tengah, Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, yang saat ini hidup sederhana bersama istri dan anaknya di sebuah bangunan milik Yayasan Sunan Pojok Blora, Jawa Tengah.
Dia punya suara indah dan tartil yang tak semua orang bisa, yakni ketika melantunkan qiraah. Meski punya keterampilan tersebut, diakuinya tak pernah mengikuti Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ).
"Sanad-nya pak Yai tidak boleh untuk lomba," ungkap Ali Imron kepada Liputan6.com, ditulis Sabtu (12/11/2022)
Advertisement
Bapak dari tiga anak ini mengungkapkan bahwa dulu keterampilannya belum begitu tampak seperti sekarang. Kemudian, setelah mendapatkan bimbingan secara khusus dari Pengasuh Pondok pesantren (Ponpes) Khozinatul Ulum Blora KH Muharror Ali, barulah keterampilannya mulai terasah.
Baca Juga
"Dulu pas masih di Kalimantan baru bisa sedikit-sedikit, terus di pondok karena bimbingan pak Yai. Dulu tajwid dan makhroj kan saya kurang paham," ucap Ali Imron, yang saat ini tinggal di Dukuh Kaliwangan RT 05 RW 03, Kelurahan Mlangsen, Kecamatan Blora kota.
Â
Â
Saksikan Video Pilihan Ini:
Berlatih Qira'ah Sab'ah
Mengenai seni baca Alquran seperti qiraah sab'ah, dia mengaku pernah mendapatkan pembelajaran langsung dari KH Muharror Ali. Namun yang berani dan biasa diterapkannya dalam seni baca Alquran yakni seperti Lagu bayyati, shoba, hijaz, sika, jiharka dan lain sebagainya.
Santri alumni Ponpes Khozinatul Ulum Blora ini menambahkan, berawal dari ketrampilannya qiraah, tak jarang dirinya diundang dalam berbagai acara keagamaan maupun pernikahan di Blora maupun di luar daerah.
"Paling jauh dulu pernah di Ponpes Al-Muayyad Solo, di Padangan Bojonegoro dan di Surabaya juga pernah," katanya, yang diketahui juga pernah tinggal di bangunan gedung NU Kabupaten Blora.
Ali Imron diketahui tinggal di Blora sudah selama 24 tahun yakni terhitung sejak tahun 1998 hingga sekarang. Meski tak pernah mengikuti MTQ, ketrampilannya qiraah tak jarang diajarkan dalam ekstra kurikuler sejumlah pendidikan formal tingkat SMP hingga SMA.
Selain itu, kesehariannya sendiri saat ini juga menjadi seorang guru atau ustaz di sejumlah lembaga pendidikan nonformal, termasuk di Ponpes Khozinatul Ulum Blora.
Advertisement