Niat Sholat Tarawih Sendiri, Sebagai Imam, dan Makmum Saat Ramadhan Berikut Doanya

Setelah menunaikan ibadah sholat tarawih, tak lengkap rasanya apabila tidak menutupnya dengan sholat witir. Sholat witir adalah ibadah penyempurna sholat malam.

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Mar 2023, 10:55 WIB
Diterbitkan 21 Mar 2023, 18:48 WIB
Sholat Tarawih Pertama di Masjid Istiqlal
Umat Islam bersiap melaksanakan Sholat Tarawih pertama di Masjid Istiqlal Jakarta, Sabtu (2/4/2022). Sebagian besar umat muslim di Indonesia mulai melaksanakan Sholat Tarawih dan akan melaksanakan puasa Ramadhan 1443 Hijriah pada 2 April 2022. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta Bulan suci Ramadhan tinggal menghitung hari. Dan salah satu sholat sunah yang dilakukan secara khusus hanya pada bulan Ramadhan adalah tarawih. Pelaksanaan sholat ini dilakukan selepas salat isya dengan cara berjemaah.

Adapun dasar dari sholat tarawih ini ada pada hadits nabi yang berbunyi:

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ (متفق عليه)

Artinya,"Barang siapa melakukan salat (tarawih) pada Ramadhan dengan iman dan ikhlas (karena Allah ta’âlâ) maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (Muttafaq ‘Alaih).

Berlandaskan hadis, maka mayoritas ulama sepakat bahwa sholat tarawih hukumnya adalah sunah.

Membaca niat merupakan salah satu rukun sholat tarawih. Bacaan niat yang dilakukan oleh imam, makmum, atau ketika salat sendiri berbeda-beda.

Berikut adalah bacaan niat sholat tarawih, baik untuk imam, makmum, ataupun ketika shalat sendiri:

1. Lafal niat shalat tarawih sebagai imam.

اُصَلِّى سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً إِمَامًا ِللهِ تَعَالَى

Artinya,"Aku menyengaja sembahyang sunah tarawih dua rakaat dengan menghadap kiblat, tunai sebagai imam karena Allah SWT."

2. Lafal Niat Salat Tarawih sebagai Makmum.

اُصَلِّى سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً مَأْمُوْمًا لِلهِ تَعَالَى

Artinya,"Aku menyengaja sembahyang sunah tarawih dua rakaat dengan menghadap kiblat, tunai sebagai makmum karena Allah SWT."

3. Lafal niat shalat tarawih secara infirad atau sendiri

اُصَلِّى سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً لِلهِ تَعَالَى

Artinya,"Aku menyengaja sembahyang sunnah tarawih dua rakaat dengan menghadap kiblat, tunai karena Allah SWT."

 

Bacaan Doa Setelah Sholat Tarawih

Masjid Agung Al-Azhar Jakarta Gelar Sholat Tarawih
Umat Muslim Sholat Tarawih di Masjid Agung Al-Azhar, Jakarta, Jumat (1/4/2022). Masjid Al-Azhar memulai Sholat Tarawih, Jumat malam (1/4), sesuai perhitungan wujudul hilal Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah yang menetapkan awal Ramadhan 2 April 2022. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

 

Bacaan doa setelah sholat tarawih memiliki sebutan doa kamilin. Bacaan doa ini berisi harapan tentang adanya kesempurnaan iman bagi umat Islam.

Kementerian Agama Republik Indonesia melalui website resminya menjelaskan, bahwa bagi mereka yang telah melakukan interaksi Ramadhan dengan baik, dalam bacaan doa setelah sholat tarawih pendek atau doa kamilin diberi gelar dengan sebutan Assu’adaa almaqbuliin.

"Assu’adaa almaqbuliin yaitu mereka yang mendapat kebahagiaan karena amalan-amalan Ramadhan mereka diterima di sisi tuhan-Nya, Allah SWT," dijelaskan.

Bagaimana bacaan doa setelah sholat tarawih pendek atau doa kamilin tersebut?

Berikut adalah lafal, latin, arti doa kamilin yang dilansir dari nu.or.id dalam tulisan berjudul Doa Kamilin, Dibaca Sesudah Shalat Tarawih:

اَللّٰهُمَّ اجْعَلْنَا بِالْإِيْمَانِ كَامِلِيْنَ، وَلِلْفَرَائِضِ مُؤَدِّيْنَ، وَلِلصَّلَاةِ حَافِظِيْنَ، وَلِلزَّكَاةِ فَاعِلِيْنَ، وَلِمَا عِنْدَكَ طَالِبِيْنَ، وَلِعَفْوِكَ رَاجِيْنَ، وَبِالْهُدَى مُتَمَسِّكِيْنَ، وَعَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضِيْنَ، وَفِي الدُّنْيَا زَاهِدِيْنَ، وَفِي الْاٰخِرَةِ رَاغِبِيْنَ، وَبِالْقَضَاءِ رَاضِيْنَ، وَلِلنَّعْمَاءِ شَاكِرِيْنَ، وَعَلَى الْبَلَاءِ صَابِرِيْنَ، وَتَحْتَ لِوَاءِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ سَائِرِيْنَ، وَعَلَى الْحَوْضِ وَارِدِيْن، وَإِلَى الْجَنَّةِ دَاخِلِيْنَ، وَمِنَ النَّارِ نَاجِيْنَ، وَعَلَى سَرِيْرِ الْكَرَامَةِ قَاعِدِيْنَ، وَبِحُوْرٍعِيْنٍ مُتَزَوِّجِيْنَ، وَمِنْ سُنْدُسٍ وَاِسْتَبْرَقٍ وَدِيْبَاجٍ مُتَلَبِّسِيْنَ، وَمِنْ طَعَامِ الْجَنَّةِ آكِلِيْنَ، وَمِنْ لَبَنٍ وَعَسَلٍ مُصَفًّى شَارِبِيْنَ، بِأَكْوَابٍ وَّأَبَارِيْقَ وَكَأْسٍ مِّنْ مَعِيْنٍ مَعَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّيْنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ وَحَسُنَ أُولئِكَ رَفِيْقًا، ذٰلِكَ الْفَضْلُ مِنَ اللهِ وَكَفَى بِاللهِ عَلِيْمًا، اَللّٰهُمَّ اجْعَلْنَا فِي هٰذِهِ لَيْلَةِ الشَّهْرِ الشَّرِيْفَةِ الْمُبَارَكَةِ مِنَ السُّعَدَاءِ الْمَقْبُوْلِيْنَ، وَلَا تَجْعَلْنَا مِنَ اْلأَشْقِيَاءِ الْمَرْدُوْدِيْنَ، وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَاٰلِه وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

Allâhummaj‘alnâ bil îmâni kâmilîn. Wa lil farâidli muaddîn. Wa lish-shlâti hâfidhîn. Wa liz-zakâti fâ‘ilîn. Wa lima ‘indaka thâlibîn. Wa li ‘afwika râjîn. Wa bil-hudâ mutamassikîn. Wa ‘anil laghwi mu‘ridlîn. Wa fid-dunyâ zâhdîn. Wa fil ‘âkhirati râghibîn. Wa bil-qadlâ’I râdlîn. Wa lin na‘mâ’I syâkirîn. Wa ‘alal balâ’i shâbirîn. Wa tahta liwâ’i muhammadin shallallâhu ‘alaihi wasallam yaumal qiyâmati sâ’irîna wa alal haudli wâridîn. Wa ilal jannati dâkhilîn. Wa minan nâri nâjîn. Wa 'alâ sariirl karâmati qâ'idîn. Wa bi hûrun 'in mutazawwijîn. Wa min sundusin wa istabraqîn wadîbâjin mutalabbisîn. Wa min tha‘âmil jannati âkilîn. Wa min labanin wa ‘asalin mushaffan syâribîn. Bi akwâbin wa abârîqa wa ka‘sin min ma‘în. Ma‘al ladzîna an‘amta ‘alaihim minan nabiyyîna wash shiddîqîna wasy syuhadâ’i wash shâlihîna wa hasuna ulâ’ika rafîqan. Dâlikal fadl-lu minallâhi wa kafâ billâhi ‘alîman. Allâhummaj‘alnâ fî hâdzihil lailatisy syahrisy syarîfail mubârakah minas su‘adâ’il maqbûlîn. Wa lâ taj‘alnâ minal asyqiyâ’il mardûdîn. Wa shallallâhu ‘alâ sayyidinâ muhammadin wa âlihi wa shahbihi ajma‘în. Birahmatika yâ arhamar râhimîn wal hamdulillâhi rabbil ‘âlamîn.

Artinya, "Yaa Allah, jadikanlah kami orang-orang yang sempurna imannya, yang memenuhi kewajiban-kewajiban, yang memelihara sholat, yang mengeluarkan zakat, yang mencari apa yang ada di sisi-Mu, yang mengharapkan ampunan-Mu, yang berpegang pada petunjuk, yang berpaling dari kebatilan, yang zuhud di dunia, yang menyenangi akhirat, yang ridha dengan qadla-Mu (ketentuan-Mu), yang mensyukuri nikmat, yang sabar atas segala musibah, yang berada di bawah panji-panji junjungan kami, Nabi Muhammad, pada hari kiamat, yang mengunjungi telaga (Nabi Muhammad), yang masuk ke dalam surga, yang selamat dari api neraka, yang duduk di atas ranjang kemuliaan, yang menikah dengan para bidadari, yang mengenakan berbagai sutra ,yang makan makanan surga, yang minum susu dan madu murni dengan gelas, cangkir, dan cawan bersama orang-orang yang Engkau beri nikmat dari kalangan para nabi, shiddiqin, syuhada dan orang-orang shalih. Mereka itulah teman yang terbaik. Itulah keutamaan (anugerah) dari Allah, dan cukuplah bahwa Allah Maha Mengetahui. Ya Allah, jadikanlah kami pada malam yang mulia dan diberkahi ini termasuk orang-orang yang bahagia dan diterima amalnya, dan janganlah Engkau jadikan kami tergolong orang-orang yang celaka dan ditolak amalnya. Semoga Allah mencurahkan rahmat-Nya atas junjungan kami Muhammad, serta seluruh keluarga dan shahabat beliau. Berkat rahmat-Mu, wahai Yang Paling Penyayang di antara yang penyayang. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam." (Lihat Sayyid Utsman bin Yahya, Maslakul Akhyar, Cetakan Al-‘Aidrus, Jakarta).

Niat dan Keutamaan Sholat Witir

Momen Mesut Ozil Sholat Jumat di Masjid Istiqlal
Mantan pesepakbola Timnas Jerman Mesut Ozil berdoa usai melaksanakan Sholat Jumat di Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat (27/5/2022). Dalam kunjungannya ke Indonesia, mantan pesepakbola Timnas Jerman tersebut menyempatkan Sholat Jumat di Masjid Istiqlal. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Setelah menunaikan ibadah sholat tarawih, tak lengkap rasanya apabila tidak menutupnya dengan sholat witir. Sholat witir adalah ibadah penyempurna sholat malam.

Hal ini ada dalam hadis riwayat Ibnu Umar yang berbunyi:

"Jadikanlah akhir salat kalian di malam hari dengan sholat witir."

Ada sejumlah syarat dan rukun yang harus dipenuhi saat melakukan sholat witir. Yakni dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam, membaca al-Fatihah, ruku’, i’tidal, sujud, dan lainnya.

Namun, dalam praktiknya, sholat witir bisa dilakukan dengan dua cara apabila jumlah rakaat yang dilakukan melebihi dari satu rakaat. Dua cara tersebut adalah:

  1. Boleh menyambung (washal), yaitu menggabungkan rakaat terakhir dengan rakaat sebelumnya. Contoh: melakukan shalat witir sebelas rakaat dengan satu kali takbiratul ihram dan satu salam. 
  2. Boleh dilakukan secara terpisah (fashal), yaitu memisah rakaat sebelumnya dengan rakaat sesudahnya. Contoh: melakukan shalat witir 10 rakaat dengan satu salam lalu ditambah satu rakaat dengan satu salam, atau bisa juga dilakukan dengan satu salam pada tiap dua rakaat. Cara yang kedua ini lebih utama daripada cara yang pertama. (Habib Zain bin Sumaith, Taqriratus Sadidah, 2003, h. 287).

Adapun niat sholat witir, yaitu:

أُصَلِّيْ سُنَّةً مِنَ الْوِتْرِ رَكْعَةً لِلّٰهِ تَعَالَى

Ushallî sunnatan minal witri rak’atan lillahi ta’âlâ

Artinya, “Aku niat shalat sunnah witir satu rakaat karena Allah ta’ala.”

أُصَلِّيْ سُنَّةً مِنَ الْوِتْرِ رَكْعَتَيْنِ لِلّٰهِ تَعَالَى

Ushallî sunnatan minal witri rak’ataini lillahi ta’âlâ

Artinya, “Aku niat shalat sunnah witir dua rakaat karena Allah ta’ala.”

Lafal niat yang pertama diucapkan ketika hendak melakukan sholat witir satu rakaat. Sedangkan lafal niat yang kedua diucapkan ketika hendak melakukan dua rakaat.

Dalam praktiknya, sholat witir bisa berbeda jika dilakukan di waktu yang berbeda. Contohnya, sholat witir yang dilakukan di selain tanggal lima belas hari terakhir pada bulan Ramadhan, tidak dianjurkan untuk membaca doa qunut pada rakaat yang paling akhir.

Namun, jika dilakukan pada tanggal lima belas hari terakhir di bulan Ramadhan, para ulama sepakat perihal kesunnahan membaca doa qunut saat itu (Syekh asy-Syatiri, Syarah Yaqutun Nafis, [Bairut: Darul Minhaj, 2010], juz 1, h. 285).

infografis Kebiasaan Saat Puasa Ramadan di Indonesia
Kebiasaan Saat Puasa Ramadan di Indonesia (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya