Liputan6.com, Jakarta - Rajab merupakan salah satu dari empat bulan haram atau bulan yang dimuliakan. Karenanya, umat Islam dianjurkan untuk meningkatkan amal ibadah agar mendapatkan berkahnya.
Baca Juga
Advertisement
Salah satu ibadah atau amalan yang populer di bulan Rajab adalah puasa sunnah. Puasa sunnah ini bisa Senin-Kamis, puasa mutlak, Ayyamul Bidh dan lain sebagainya.
Namun, puasa sunnah di bulan Rajab selanjutnya dikenal dengan puasa Rajab. Ulama kharismatik KH Moimen Zubair mengungkapkan ada berbagai keutamaan puasa 10 Rajab.
Ulasan mengenai puasa Rajab penjelasan Mbah Moen ini menjadi artikel terpopuler di kanal Islami Liputan6.com, Sabtu (20/1/2024).
Artikel lain yang juga menyita perhatian adalah kisah kakek Gus Iqdam KH Zubaidi Abdul Ghofur, wali Allah yang tirakat puasa tujuh tahun tanpa makan nasi.
Sementara, artikel ketiga yakni golongan orang yang paling dekat dengan Rasulullah SAW di hari kiamat.
Selengkapnya mari simak Top 3 Islami.
Simak Video Pilihan Ini:
1. Ini Keistimewaan Puasa 10 Rajab yang Jarang Diketahui, Mbah Moen: Sebisa Mungkin Berpuasa
Ibadah yang dilakukan di bulan Rajab akan diganjar pahala yang berlipat. Ini karena Rajab merupakan salah satu bulan haram yang dimuliakan Allah SWT (Asyhurul Hurum).
Pada bulan Rajab umat Islam dianjurkan meningkatkan amal dan ibadah. Ibadah yang dilakukan boleh apa saja seperti sholat malam, sedekah, atau berdzikir.
Namun, yang kerap diamalkan sebagian besar muslim adalah puasa sunnah. Puasa di bulan Rajab atau dikenal puasa Rajab sunnah dikerjakan. Kesunnahan ini karena anjuran puasa dari Rasulullah SAW di setiap bulan haram.
Puasa Rajab dapat dilakukan kapan saja selama masih bulan tersebut. Namun, para sahabat nabi memakruhkan puasa Rajab dilakukan selama sebulan penuh agar tidak menyerupai puasa Ramadhan.
Dalam pengamalannya, puasa Rajab dapat dilaksanakan bertepatan hari-hari utama agar pahalanya lebih besar. Hari-hari utama berpuasa menurut Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin ialah Ayyâmul Bidh (tanggal 13, 14, dan 15), hari Senin, hari Kamis, dan hari Jumat.
Di luar itu, ulama kharismatik KH Maimoen Zubair atau Mbah Moen menerangkan bahwa puasa Rajab sunnahnya dilakukan pada 10 hari pertama, dari tanggal 1 sampai 10 Rajab.
Advertisement
2. Kisah Kakek Gus Iqdam KH Zubaidi Abdul Ghofur, Wali yang Tirakat Puasa 7 Tahun Tanpa Makan Nasi
Dalam beberapa tahun terakhir ini, nama Gus Iqdam atau Muhammad Iqdam Kholid menyeruak dan beranjak ke jajaran papan atas pendakwah muda populer, di Indonesia.
Gaya ngajinya renyah dan mudah diikuti. Kekhasan lainnya adalah sesi dialog yang selalu diadakan dalam tiap pengajiannya.
Uniknya, jemaah Gus Iqdam berasal dari beragam kalangan. Ada anak jalanan, pengamen, pemabuk, petani, pedagang, pejabat dan lain sebagainya.
Karena jemaahnya yang beragam dan sangat 'biasa' itulah, muncul istilah 'garangan' yang belakangan bertambah menjadi garanganwati.
Kini, jemaahnya yang beberapa tahun lalu hanya tujuh orang telah bertambah dalam jumlah spektakuler, puluhan ribu jemaah. Tentu saja ada yang istimewa dari sosok Gus Iqdam.
Dalam berbagai kesempatan, Gus Iqdam menyebut apa yang dicapainya kini bukan karena kemampuannya, melainkan berkah dari para leluhurnya. Ucapan ini sontak membuat banyak orang penasaran mengenai sosok dan silsilah Gus Iqdam.
Terlebih kakek Gus Iqdam adalah kiai besar yang diyakini merupakan seorang wali. Beliau adalah KH Zubaidi Abdul Ghofur, atau yang terkenal dengan panggilan Mbah Yai Bad.
3. Rasulullah Ungkap Golongan Inilah yang Paling Dekat Dengannya di Hari Kiamat
Pada hari kiamat nanti seluruh manusia dibangkitkan kembali untuk dimintai pertanggungjawaban atas apa yang telah diperbuat selama hidup di dunia.
Percaya terhadap hari akhir merupakan salah satu rukun iman yang harus diyakini seorang muslim. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al-Hajj ayat 7 yang berbunyi:
وَّاَنَّ السَّاعَةَ اٰتِيَةٌ لَّا رَيْبَ فِيْهَاۙ وَاَنَّ اللّٰهَ يَبْعَثُ مَنْ فِى الْقُبُوْرِ
Artinya: "Dan sungguh, (hari) Kiamat itu pasti datang, tidak ada keraguan padanya; dan sungguh, Allah akan membangkitkan siapa pun yang di dalam kubur".
Segala amal perbuatan yang dilakukan akan diperhitungkan. Beratnya timbangan amal menjadi penentu apakah kita masuk ke dalam surga atau neraka.
Namun demikian, tidak semua umat dapat mendekat kepada Nabi SAW di hari kiamat. Dalam sebuah riwayat, terdapat suatu peristiwa di mana Rasulullah menjelaskan siapa saja golongan yang kelak yang paling dekat dengannya di hari kiamat.
Advertisement