Liputan6.com, Jakarta - Wajib hukumnya bagi setiap muslim untuk menjalankan puasa Ramadan. Kendati demikian, ada beberapa hal yang dapat menyebabkan seseorang tidak dapat berpuasa di bulan Ramadhan.
Allah SWT telah memberi keringanan dalam hal ini, agar dapat mengganti puasa tersebut di hari lain setelah bulan Ramadhan berakhir. Hal ini disebut dengan qadha puasa Ramadhan.
Advertisement
Qadha puasa hukumnya adalah wajib bagi seorang muslim yang berhutang puasa Ramadan. Dalil kewajiban ini terdapat dalam Al-Quran, Surah Al-Baqarah ayat 184 sebagai berikut:
Advertisement
Baca Juga
“ (Yaitu) beberapa hari tertentu. Maka barangsiapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain. Dan bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin. Tetapi barangsiapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itu lebih baik baginya, dan puasamu itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”
Lantas, bagaimana hukumnya jika seseorang ingin mengganti puasa Ramadhan pada Hari Jumat? Apakah diperbolehkan atau tidak dalam syariat? Berikut penjelasannya merangkum dari laman an-nur.ac.id.
Saksikan Video Pilihan ini:
Hukum Qadha Puasa Ramadan pada Hari Jumat
Hari jumat adalah hari istimewa bagi umat Islam. Hari ini adalah hari raya mingguan yang di dalamnya terdapat banyak keutamaan dan keberkahan.
Salah satu ibadah khusus yang dilakukan pada hari mulia ini adalah sholat jumat yang wajib bagi laki-laki muslim yang baligh dan sehat. Namun, bagaimana dengan puasa pada hari jumat? Apakah dianjurkan atau dilarang?
Jawabannya tergantung pada jenis puasanya. Jika puasanya adalah puasa wajib, seperti qadha puasa Ramadan, maka boleh saja dilakukan pada hari jumat tanpa ada larangan. Namun, jika puasanya adalah puasa sunnah, seperti puasa Senin-Kamis atau puasa Daud, maka tidak boleh dilakukan secara khusus pada hari jumat saja tanpa mengikutinya dengan hari sebelum atau sesudahnya.
Hal ini berdasarkan hadis-hadis Rasulullah SAW yang melarang umat Islam untuk mengkhususkan hari jumat untuk berpuasa sunnah. Berikut adalah beberapa hadisnya:
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi SAW bersabda: “Janganlah salah seorang di antara kalian berpuasa pada hari jumat kecuali jika ia berpuasa pada hari sebelum atau sesudahnya.” (HR. Bukhari No. 1985 dan Muslim No. 1144)
Dari Juwairiyah binti al Harits radhiyallahu ‘anha, ia berkata: “Nabi SAW memasuki rumahnya pada hari jumat dan ia sedang berpuasa. Lalu beliau bertanya, ‘Apakah engkau berpuasa kemarin?’ ‘Tidak’ jawab Juwairiyah. Beliau bertanya kembali, ‘Apakah engkau ingin berpuasa besok?’ ‘Tidak’, jawabnya seperti itu pula. Beliau kemudian mengatakan, ‘Hendaknya engkau membatalkan puasamu.’” (HR. Bukhari No. 1986 dan Muslim No. 1143)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi SAW bersabda: “Tidak ada puasa pada hari dua hari raya (Idul Fitri dan Idul Adha) dan pada hari jumat kecuali jika seseorang berpuasa pada hari sebelum atau sesudahnya.” (HR. Abu Daud No. 2414 dan dishahihkan oleh Syaikh Al Albani)
Dari Abu Said Al Khudri radhiyallahu ‘anhu dari Nabi SAW bersabda: “Janganlah kalian mengkhususkan malam jumat untuk beribadah malam dan janganlah kalian mengkhususkan hari jumat untuk berpuasa kecuali jika kalian biasa berpuasa.” (HR. Muslim No. 1144)
Advertisement
Kesimpulan
Dari hadis-hadis di atas, dapat dipahami bahwa larangan mengkhususkan hari jumat untuk berpuasa sunnah adalah untuk menjaga kehormatan dan keistimewaan hari jumat serta untuk menghindari persamaan dengan orang-orang Yahudi yang menjadikan hari sabtu sebagai hari suci mereka.
Namun, larangan ini tidak berlaku jika seseorang berpuasa sunnah pada hari jumat bersamaan dengan hari sebelum atau sesudahnya atau bersamaan dengan puasa sunnah lain yang memiliki keutamaan khusus, seperti puasa Arafah atau Asyura.
Adapun jika seseorang berpuasa wajib pada hari jumat, seperti qadha puasa Ramadan, maka tidak ada larangan sama sekali. Hal ini karena puasa wajib lebih utama daripada puasa sunnah dan tidak ada konflik antara kewajiban dan keistimewaan.
Oleh karena itu, boleh saja bagi seseorang untuk mengganti puasa Ramadan di hari kumat asalkan ia berniat untuk melaksanakan puasa wajib dan bukan puasa sunnah. Namun, lebih baik jika ia mengganti puasa Ramadan di hari lain yang lebih mudah dan lebih luas.