4 Tangisan yang Justru Membuat Allah Murka, Hindari Mulai Sekarang!

Menangis merupakan fitrah setiap manusia. Dalam Islam pun tak ada larangan untuk menangis. Namun, perlu dipahami bahwa ada beberapa macam tangisan yang justru tidak disukai oleh Allah SWT.

oleh Putry Damayanty diperbarui 21 Agu 2024, 10:30 WIB
Diterbitkan 21 Agu 2024, 10:30 WIB
Ilustrasi laki-laki menangis, sedih
Ilustrasi laki-laki menangis, sedih. (Photo Copyright by Freepik)

Liputan6.com, Jakarta - Ada banyak hal yang dapat membuat hati bersedih hingga mengeluarkan air mata. Seseorang dapat menangis ketika merasakan kesedihan, haru atau bahkan kecewa.

Sebenarnya, tak ada larangan khusus untuk menangis dalam Islam. Bahkan, dalam beberapa riwayat, Nabi Muhammad SAW pernah menangis karena berbagai sebab.  

وَاَنَّهٗ هُوَ اَضْحَكَ وَاَبْكٰى

Artinya: “dan sesungguhnya Dia-lah yang menjadikan orang tertawa dan menangis,” (QS. An-Najm: 43)

Namun, menangis juga tidak boleh berlarut-larut hingga membawa kita jauh dari Allah. Karena sejatinya Dia tidak menyukai segala sesuatu yang berlebihan termasuk dalam meluapkan perasaan berupa tangisan.

Melansir dari berbagai sumber, berikut adalah 4 macam tangisan yang dapat membuat Allah murka. Segera hindari!

 

Saksikan Video Pilihan ini:

1. Tangisan karena Kehilangan Harta

Harta Karun Rp 4.3 Miliar di Bawah Rumah
Pasutri Ini Temukan Harta Karun Rp 4.3 Miliar di Bawah Rumah, Rezeki Nomplok (Sumber: BNPS via The Sun)

Janganlah menangis karena rasa sedih kehilangan harta duniawi. Hukum menangis karena cinta terhadap harta dunia sangat tidak disukai oleh Allah SWT.

Terlalu mencintai harta akan membuat manusia menjadi tamak dan lupa bahwa harta hanyalah titipan yang bisa diambil kapan saja oleh pemiliknya.

Jika kita kehilangan harta, anggaplah bahwa Allah tengah mengambil apa yang selama ini Dia titipkan kepada kita.

2. Tangisan karena Putus Cinta

Mencintai seseroang bukan hal yang salah, karena cinta itu sendiri ditumbuhkan atas izin Allah SWT. Namun, jangan berlebihan dalam mencintai sehingga harus menangis dan berlarut-larut dalam kesedihan setelah kehilangan orang yang dicintai.

Menangislah karena cinta kepada Allah, bukan kepada makhluk ciptaanNya yang bisa mendatangkan rasa sakit dan patah hati.

3. Tangisan Meratapi Orang yang Telah Meninggal

Ilustrasi dukacita, berduka, makam
Ilustrasi dukacita, berduka, makam. (Image by Freepik)

Dalam Islam, menangisi orang yang meninggal boleh, asal sewajarnya dan tidak dengan suara keras apalagi hingga meratapinya. Meratap adalah menangis sambil mengeluh, menjerit dan sebagainya. Pasalnya kematian merupakan bagian dari takdir Allah SWT.

Meratapi jenazah (mayat) disebut niyahah. Sementara hukum niyahah adalah dilarang dan merupakan dosa besar jika dilakukan. Bahkan yang melakukannya diancam dengan siksaan di akhirat kelak. Sebagaimana hadis berikut:

“Orang yang melakukan niyahah bila mati sebelum ia bertaubat, maka ia akan dibangkitkan pada hari kiamat dan ia dikenakan pakaian yang berlumuran dengan cairan tembaga, serta mantel yang bercampur dengan penyakit gatal.” (HR Muslim No. 934)

4. Tangisan Munafik

Orang munafik tak menangis. Sebagaimana disebutkan dalam hadis berikut:

“Apakah orang munafik bisa menangis?” Ia menjawab, ‘Hanya di mukanya saja tampak tangisan, namun di hatinya tidak’.” 

Tangisan munafik didefinisikan sebagai orang yang berpura-pura menangisi sesuatu padahal dalam hatinya tidak ada rasa kesedihan sedikit pun. Misalnya berpura-pura menangis saat membaca  Al Quran hanya untuk menarik perhatian orang lain (riya’). Untuk itu hindarilah dan biarkan tangisan itu datang dari hati karena makna ayat-Nya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya