Respons Terbaik Perempuan Lajang yang saat Ada Pria Bilang Cinta, Nasihat UAH

UAH menekankan bahwa pernikahan merupakan bukti cinta yang paling sahih dan menjadi bentuk pengabdian yang tulus. Selain itu, UAH juga menyoroti perbedaan antara cinta dan iman. Menurutnya, iman kepada Allah adalah puncak dari keyakinan dan jauh lebih tinggi daripada cinta.

oleh Liputan6.com diperbarui 27 Okt 2024, 11:30 WIB
Diterbitkan 27 Okt 2024, 11:30 WIB
uah 222
Ustadz Adi Hidayat (UAH) (TikTok)

Liputan6.com, Jakarta - Ustadz Adi Hidayat (UAH) menyampaikan nasihat khusus bagi para perempuan lajang, terutama yang sering kali menjadi target rayuan dari kaum pria.

Dalam ceramahnya, UAH mengingatkan agar perempuan tidak mudah percaya pada pernyataan cinta tanpa bukti yang nyata. Hal ini disampaikan UAH seperti dikutip dari sebuah video yang diunggah di kanal YouTube @AgusMuammar-in3kn.

Menurut UAH, cinta sejati tak hanya terlihat dari perkataan, tetapi harus diwujudkan dalam tindakan.

"Kalau ada anak muda yang mengatakan ‘saya mencintaimu’, jangan langsung percaya. Cinta itu bahasa hati, katakan padanya: buktikan cintamu padaku dengan menuliskan namaku di buku pernikahan kita berdua," ucap UAH dengan senyum.

Ustadz Adi Hidayat menjelaskan bahwa dalam konteks cinta dan iman, bukti nyata sangatlah penting. Seperti halnya cinta yang perlu pembuktian dalam pernikahan, iman kepada Allah SWT juga memerlukan bentuk pengamalan.

Tidak cukup hanya diucapkan, iman harus diwujudkan dalam tindakan nyata sehari-hari melalui ibadah dan akhlak yang baik.

Dalam nasihatnya, UAH menegaskan pentingnya bagi perempuan untuk memiliki prinsip kuat. Jika seseorang benar-benar mencintai, maka cinta tersebut akan diiringi dengan komitmen dan tanggung jawab, bukan sekadar janji atau kata-kata manis.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Pernikahan Bukti Cinta Paling Sah

Ilustrasi muslimah senyum, Islami
Ilustrasi muslimah senyum, Islami. (Photo Copyright by Freepik)

Ia menekankan bahwa pernikahan merupakan bukti cinta yang paling sahih dan menjadi bentuk pengabdian yang tulus.

Selain itu, UAH juga menyoroti perbedaan antara cinta dan iman. Menurutnya, iman kepada Allah adalah puncak dari keyakinan dan jauh lebih tinggi daripada cinta.

"Iman itu di atas cinta karena iman itu adalah yakin, walaupun ilmu belum datang," jelas UAH. Dengan iman, seseorang tetap kokoh dalam keyakinannya meski belum tahu keseluruhan ilmu tentang hal tersebut.

Ustadz Adi juga menyampaikan bahwa iman yang benar memerlukan bukti konkret, bukan hanya pengakuan verbal. "Pembuktiannya lewat ibadah," katanya.

Dengan kata lain, cinta kepada Allah harus diwujudkan dalam bentuk pengabdian dan kepatuhan yang tulus, seperti menjalankan shalat, membaca Al-Quran, dan menunaikan perintah-perintah Allah SWT.

Menurut UAH, bagi perempuan yang belum menikah, sangat penting untuk tidak terburu-buru menerima cinta yang belum teruji.

 

Perempuan Harus Kedepankan Kehormatan

Adanya Larangan Berpuasa pada Hari Tasyrik
Ilustrasi Muslimah Credit: pexels.com/Mikhail

Perempuan, katanya, harus selalu mengedepankan kehormatan dan martabat diri serta mencari sosok yang mau membuktikan cintanya melalui janji suci pernikahan.

Lebih lanjut, UAH mengajak perempuan untuk menyadari bahwa cinta sejati selalu diiringi dengan rasa hormat, perhatian, dan perlindungan dari pasangan.

Baginya, cinta yang sesungguhnya dapat dilihat dari sejauh mana seseorang bersedia menjaga kehormatan dan kebahagiaan pasangannya.

Ustadz Adi juga mengingatkan bahwa dalam Islam, menjaga hubungan yang terhormat antara pria dan wanita sebelum pernikahan adalah wujud dari iman.

Ia menekankan bahwa setiap Muslim hendaknya menghindari hubungan yang mengarah pada zina atau perbuatan tercela lainnya demi menjaga martabat dan keberkahan hidup.

Ia mengatakan bahwa iman sejati akan memberikan kekuatan kepada perempuan untuk menolak hubungan yang tidak serius. Dengan demikian, mereka dapat menjaga diri dari janji-janji cinta palsu yang mungkin merugikan.

Menurutnya, dengan iman yang kuat, perempuan dapat menjaga diri dan memilih pasangan yang benar-benar bertanggung jawab.

Di akhir pesannya, UAH memberikan dorongan bagi para perempuan untuk senantiasa meningkatkan kualitas diri dengan memperkuat iman dan ibadah. Baginya, perempuan yang baik dan memiliki keteguhan iman akan menarik jodoh yang juga berkualitas dan beriman.

Ustadz Adi berharap bahwa dengan menanamkan iman yang kuat, perempuan tidak akan mudah terpengaruh oleh rayuan yang tidak memiliki landasan niat baik.

“Cinta yang sesungguhnya akan membuat kita semakin dekat kepada Allah, bukan sebaliknya,” tambahnya.

Terakhir, ia menekankan bahwa dalam mencari cinta sejati, perempuan hendaknya menjadikan agama dan ketaatan sebagai landasan utama. Dengan demikian, segala hubungan yang terjalin akan membawa keberkahan, baik di dunia maupun akhirat.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya