Kenapa Bacaan Sholat Dzuhur dan Ashar Tidak Dikeraskan? Simak Penjelasan Ustadz Adi Hidayat

Pertanyaan ini kerap muncul di tengah masyarakat. Mengapa bacaan sholat Dzuhur dan Ashar dipelankan, padahal pada sholat lain dilantunkan secara jelas dan terdengar? Begini jawabannya.

oleh Liputan6.com Diperbarui 19 Apr 2025, 10:30 WIB
Diterbitkan 19 Apr 2025, 10:30 WIB
Ustadz Adi Hidayat (SS. YT. Short @nafassubuhtv)
UAH (SS. YT. Short @nafassubuhtv)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Sholat fardhu lima waktu adalah kewajiban utama umat Islam yang harus ditunaikan setiap hari. Dalam pelaksanaannya, setiap waktu sholat memiliki karakteristik tersendiri, termasuk soal volume bacaan yang dilantunkan oleh imam maupun makmum.

Dari kelima waktu sholat tersebut, dua di antaranya dibaca secara pelan atau sirr, yaitu sholat Dzuhur dan Ashar. Berbeda dengan Maghrib, Isya, dan Subuh yang bacaan Al-Qur'annya dilafalkan secara jahr atau keras, Dzuhur dan Ashar justru memiliki aturan berbeda.

Pertanyaan ini kerap muncul di tengah masyarakat. Mengapa bacaan sholat Dzuhur dan Ashar dipelankan, padahal pada sholat lain dilantunkan secara jelas dan terdengar?

Pendakwah Muhammadiyah Ustadz Adi Hidayat memberikan jawaban yang menenangkan hati dalam sebuah kajian yang dikutip dari kanal YouTube Kajian Ar-Rahman. Jawaban yang disampaikannya berangkat dari keteladanan Rasulullah SAW sendiri.

“Jawabannya sederhana sebetulnya, karena Nabi mencontohkannya begitu,” kata Ustadz Adi Hidayat menjawab pertanyaan seorang jamaah yang penasaran tentang hal tersebut.

Penjelasan mengenai sirr sebagai metode bacaan dalam sholat juga dijelaskan sebagai bentuk kesunyian yang disengaja. Tujuannya agar orang lain tak bisa mendengar kecuali hanya diri sendiri.

Menurut Ustadz Adi Hidayat, istilah sirr secara bahasa dapat diartikan sebagai rahasia atau sesuatu yang tidak boleh terdengar oleh orang lain. Namun dalam konteks sholat, sirr adalah membaca pelan yang hanya terdengar oleh diri sendiri.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Jangan Kedengaran Orang Lain

Masjid Agung Al-Azhar Jakarta Gelar Sholat Tarawih
sholat jamaah Ashar. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)... Selengkapnya

“Jadi kalau Anda membacanya sirr tapi kedengaran orang, itu bukan sirr namanya,” ujar Ustadz Adi sambil tersenyum dalam kajiannya.

Ia menekankan bahwa saat seseorang membaca bacaan sholat Dzuhur dan Ashar, suaranya tidak boleh terdengar oleh orang lain di sekitarnya. Cukup diri sendiri yang memahami dan menyimak bacaannya.

Praktik sirr ini bukan hanya bersumber dari sunnah Rasul, tetapi juga memiliki dimensi hikmah yang mendalam. Ada pelajaran penting yang bisa dipetik dari diamnya bacaan siang hari tersebut.

Sebagian ulama memandang bahwa suasana siang hari, khususnya saat Dzuhur dan Ashar, adalah waktu-waktu sibuk bagi manusia. Banyak aktivitas yang sedang berlangsung, baik dalam pekerjaan, pendidikan, maupun urusan rumah tangga.

Dengan bacaan sholat yang dipelankan, suasana di siang hari menjadi lebih tenang. Tidak mengganggu konsentrasi orang lain dan tidak pula menciptakan kebisingan di tempat ibadah.

Keheningan saat sholat di siang hari juga menjaga kekhusyukan. Suasana sunyi mendukung kekhusyukan dalam berdoa dan merenungkan ayat-ayat Allah yang dibaca secara lirih.

Disamping itu, Ustadz Adi Hidayat juga mengingatkan bahwa sirr bukan berarti membaca dalam hati. Bacaan tetap dilafalkan dengan lidah dan mulut, hanya saja tidak sampai keluar dan terdengar oleh jamaah lain.

Baca di Hati dan Baca Pelan Itu Beda

Presiden Jokowi Bertakziah ke Persemayaman Almarhum Buya Syafii Maarif
sholat dzuhur. (Foto:Muchlis Jr-Biro Pers Sekretariat Presiden)... Selengkapnya

Ada perbedaan antara membaca dalam hati dan membaca pelan. Dalam sholat, seluruh bacaan wajib dilafalkan dengan lisan, meskipun dengan suara yang tidak terdengar keluar.

Hal ini sesuai dengan prinsip syariat yang memerintahkan agar bacaan sholat tetap berupa ucapan nyata, bukan sekadar lintasan hati. Bahkan bacaan pelan pun wajib menggunakan mulut dan pergerakan lidah.

“Yang penting, bacaan itu benar-benar dilafalkan. Bukan hanya dibayangkan,” ujar Ustadz Adi, menegaskan batas antara bacaan sah dan tidak sah dalam sholat.

Dalam aspek psikologis, pelafalan sirr juga mengajarkan kontrol diri. Di tengah hiruk pikuk kehidupan siang hari, Islam mengajarkan ketenangan, kedamaian, dan pengendalian diri lewat sirr.

Pelaksanaan sirr dalam sholat Dzuhur dan Ashar adalah bukti bahwa Islam tidak hanya memperhatikan hubungan vertikal dengan Allah, tetapi juga hubungan horizontal dengan sesama.

Menghormati suasana sekitar saat orang-orang sedang bekerja atau belajar adalah bagian dari ajaran Islam yang lembut dan penuh hikmah. Sirr menjadi bentuk nyata dari itu semua.

Maka dari itu, penting bagi umat Islam untuk memahami bahwa setiap detail dalam ibadah, termasuk volume bacaan sholat, memiliki dasar yang kuat serta hikmah yang luhur.

Dengan meneladani cara Rasulullah SAW menjalankan sholat, termasuk dalam hal sirr, umat Islam dapat menjaga kualitas ibadah serta adab terhadap lingkungan sekitar.

Jawaban dari Ustadz Adi Hidayat mengajak kita untuk lebih menghargai keteladanan Rasul, serta tidak meremehkan aspek kecil dalam ibadah, karena semuanya memiliki makna dalam pandangan syariat.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya