Liputan6.com, Jakarta Dalam lanskap dakwah Islam kontemporer, beberapa kisah hidup mampu mengguncang jiwa dan menginspirasi perubahan mendalam seperti perjalanan Shaykh Uthman ibn Farooq. Pria keturunan Afghanistan yang tumbuh besar di Amerika ini memiliki masa lalu yang jauh dari citra seorang ulama terpelajar—ia pernah menjadi anggota geng aktif yang hidup di tengah kekerasan jalanan. Namun, takdir membawanya menemukan cahaya Islam yang mengubah arah hidupnya secara dramatis, membuktikan bahwa tidak ada kata terlambat untuk transformasi sejati.
Perjalanan spiritual Shaykh Uthman diwarnai dengan momen-momen menegangkan dan pilihan hidup yang berisiko tinggi. Keputusannya meninggalkan kehidupan geng demi Islam mempertaruhkan nyawanya sendiri, termasuk menghadapi aturan keras "darah masuk, darah keluar" yang mengancam eksistensinya. Berbekal keberanian dan keyakinan, ia bahkan kembali ke lingkungan geng lamanya untuk membagikan kebenaran yang telah mengubah hidupnya—sebuah keputusan yang terlihat seperti misi bunuh diri namun berujung pada dialog panjang tentang Islam.
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
Tekad kuat Shaykh Uthman untuk mendalami Islam membawanya melintasi berbagai negara dalam pencarian ilmu. Selama satu dekade, ia dengan cerdas menyeimbangkan pendidikan sekuler dan studi Islam—meraih gelar di bidang Teknologi Informasi dan MBA, sambil mengumpulkan ijazah tradisional dari ulama-ulama ternama di Yordania, Arab Saudi, Pakistan, dan Uni Emirat Arab. Dedikasi luar biasa ini menjadi fondasi kokoh bagi metode dakwahnya yang khas dan berpengaruh.
Kini, sebagai pendakwah jalanan yang berani dan Imam di Masjid Al-Ribat San Diego, Shaykh Uthman ibn Farooq telah membimbing lebih dari 2.000 orang memeluk Islam. Melalui yayasan One Message Foundation, ia terlibat dalam berbagai debat lintas agama yang mencerahkan, menggunakan pendekatan logis dan santun namun tegas dalam menyampaikan kebenaran. Meski sering menghadapi ancaman dan serangan fisik—termasuk penikaman pada 2022—semangat dakwahnya tetap membara, memperluas pengaruhnya hingga ke berbagai belahan dunia termasuk Indonesia.
Kisah hidupnya yang luar biasa merupakan bukti nyata bahwa dengan iman yang kuat, masa lalu gelap dapat berubah menjadi cahaya yang menerangi jalan bagi banyak orang lain. Simak kisah inspiratif dari Shaykh Uthman ibn Farooq selengkapnya berikut ini, sebagaimana telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Sabtu (1/3/2025).
Masa Kecil dan Latar Belakang
Kehidupan seseorang seringkali tidak bisa ditebak arahnya. Bahkan dari latar belakang tergelap sekalipun, cahaya kebenaran bisa menembus dan mengubah seseorang secara total. Inilah yang terjadi dalam kisah hidup Shaykh Uthman ibn Farooq—sosok yang perjalanan hidupnya menjadi bukti nyata bahwa perubahan sejati selalu mungkin terjadi.
Lahir di Pakistan dan berasal dari suku Pashtun Yusufzai, Abu Yusuf Uthman bin Farooq al-Yusufzai yang lebih dikenal sebagai Shaykh Uthman ibn Farooq, menghabiskan masa kecilnya dengan berpindah-pindah. Pada usia yang masih belia, keluarganya bermigrasi ke Inggris, sebelum akhirnya menetap di Amerika Serikat. Perpindahan lintas benua ini menandai awal dari perjalanan hidup yang penuh dinamika.
Sebagai seorang imigran muda di negeri asing, Shaykh Uthman harus beradaptasi dengan lingkungan dan budaya yang sama sekali berbeda. Tantangan ini mungkin menjadi salah satu faktor yang membentuk ketahanan mentalnya di kemudian hari. Meski demikian, seperti banyak remaja imigran lainnya, ia menghadapi berbagai tekanan sosial dan identitas yang kompleks.
Tak banyak yang diketahui tentang masa kecilnya yang spesifik, namun yang jelas, masa remajanya tidaklah mulus. Shaykh Uthman pernah terlibat dalam kehidupan jalanan dan menjadi anggota geng. Kehidupan yang penuh dengan kekerasan, obat-obatan terlarang, dan aktivitas kriminal menjadi kesehariannya. Dunia gang memberikannya rasa memiliki dan identitas yang mungkin tidak ia temukan di tempat lain.
Di tengah lingkungan yang keras, Shaykh Uthman muda belajar tentang loyalitas, keberanian, dan bertahan hidup—meski dalam konteks yang negatif. Ia mengembangkan pemahaman mendalam tentang psikologi jalanan dan dinamika kelompok, yang ironisnya, justru menjadi keterampilan berharga dalam dakwahnya kelak. Masa ini juga membuatnya memahami betul sudut pandang dan pemikiran para anggota geng—pengetahuan yang tak ternilai saat ia kemudian berdakwah kepada mereka.
Fase kehidupan awal Shaykh Uthman mungkin tampak jauh dari jalan seorang ulama, namun justru pengalaman inilah yang memberikannya perspektif unik dan kemampuan untuk terhubung dengan berbagai lapisan masyarakat. Masa lalunya yang kelam bukan hanya menjadi bagian dari kisahnya, tetapi juga menjadi alat yang Allah pergunakan untuk membawa banyak orang kepada cahaya Islam. Ini mengingatkan kita bahwa Allah dapat menggunakan siapa saja—bahkan dari latar belakang yang paling tidak terduga—untuk menjadi pembawa pesan-Nya.
Advertisement
Transformasi Dari Gangster Menjadi Muslim yang Taat
Titik balik hidup Shaykh Uthman terjadi saat ia menemukan Islam di usia remajanya yang akhir. Saat menemukan kebenaran Islam, ia dihadapkan pada pilihan yang sulit: tetap berada di jalur kehidupan geng atau meninggalkan semuanya demi agama barunya.
Dalam sebuah tanyangan video yang diunggah kanal YouTube One Islam Productions, Shaykh Uthman menceritakan bagaimana ia harus berhadapan dengan anggota gengnya setelah memutuskan untuk sepenuhnya menjalankan ajaran Islam. "Saya memberi tahu mereka, 'Saya Muslim sekarang, saya tidak bisa melakukan hal-hal ini lagi,'" kenangnya. Para anggota geng mengingatkannya akan aturan dasar: "darah masuk, darah keluar" — sebuah kode yang berarti seseorang hanya bisa keluar dari geng jika mati.
Saat-saat itu menjadi salah satu periode paling menegangkan dalam hidupnya. Shaykh Uthman menghabiskan malam-malam di loteng rumahnya, berjaga dengan senjata api, menunggu kemungkinan serangan dari mantan rekan-rekannya. Ia khawatir mereka akan menembaki rumahnya dan membahayakan ibunya.
Namun, setelah beberapa hari berlalu tanpa adanya serangan, ia merasa bersalah karena tidak membagikan kebenaran Islam yang telah mengubah hidupnya kepada teman-teman gengnya. Meski sadar akan risikonya, ia memutuskan untuk kembali ke wilayah geng.
"Saya berjalan masuk ke lorong-lorong itu, mengenakan pakaian Muslim dan berjanggut. Mereka tidak mengenali saya pada awalnya," ceritanya. Ketika akhirnya dikenali, salah satu teman lamanya berkata, "Saya tidak tahu apa yang kamu lakukan di sini, tapi saya bersumpah kamu tidak akan keluar dari sini hidup-hidup."
Namun, Shaykh Uthman meminta lima menit untuk menjelaskan apa yang telah mengubah hidupnya. Lima menit itu berubah menjadi diskusi selama dua setengah jam tentang Islam. Akhirnya, ia diizinkan pergi dengan satu syarat: jangan pernah kembali. Tapi Shaykh Uthman bersikeras: ia akan pergi jika mereka berjanji untuk mengunjungi masjid sekali saja. Secara mengejutkan, beberapa dari mereka setuju, dan beberapa bahkan akhirnya memeluk Islam.
Perjalanan Mencari Ilmu
Perubahan sejati tidak hanya tercermin dari penampilan luar atau lingkaran pergaulan, tetapi juga dari kesungguhan seseorang dalam mengisi dirinya dengan pengetahuan. Setelah menemukan jalan Islam, Shaykh Uthman ibn Farooq menyadari bahwa untuk berdakwah dengan benar, ia membutuhkan lebih dari sekadar semangat—ia memerlukan ilmu yang mendalam. Inilah yang menandai awal perjalanan intelektualnya yang luar biasa.
Setelah menemukan jalan Islam, Shaykh Uthman tidak berhenti di situ. Di awal usia dua puluhan, terinspirasi oleh Shaykh Dr. Awad al-Garguri, ia memutuskan untuk mengejar ilmu Islam secara serius. Keputusan ini bukanlah hal yang mudah, mengingat ia harus meninggalkan zona nyamannya dan menghadapi tantangan baru dalam bidang akademis yang selama ini mungkin asing baginya.
Selama sepuluh tahun berikutnya, ia menyeimbangkan pendidikan sekuler dan studi Islam. Shaykh Uthman berhasil meraih gelar sarjana di bidang Teknologi Informasi dan MBA eksekutif dalam manajemen teknologi, sambil mendapatkan ijazah tradisional (akreditasi) dalam teks-teks Islam klasik dari ulama-ulama terkemuka. Kemampuan untuk mengelola dua jalur pendidikan yang berbeda ini menunjukkan disiplin dan dedikasi luar biasa—kualitas yang jauh berbeda dari kehidupan jalanannya yang dulu.
Pencarian ilmunya membawanya ke berbagai negara, termasuk Yordania, Arab Saudi, Pakistan, dan Uni Emirat Arab. Setiap negara memberikan perspektif berbeda tentang Islam dan memperkaya pemahaman Shaykh Uthman tentang berbagai mazhab dan tradisi keilmuan dalam Islam. Di Yordania, ia bersentuhan dengan ulama-ulama kontemporer yang berpikiran terbuka. Di Arab Saudi, ia memperdalam pemahaman tentang tradisi salafi. Di Pakistan, tempat kelahirannya, ia mempelajari warisan keilmuan dari benua India. Sementara di UAE, ia bersinggungan dengan pemikiran Islam modern yang beradaptasi dengan tantangan kontemporer.
Ia memperoleh beberapa ijazah dalam Fiqh Hanbali, Ushul al-Fiqh, Hadits, Mushthalah al-Hadits, serta gelar Master di bidang ilmu Hadits. Keberagaman bidang ilmu yang ia pelajari menjadikannya seorang ulama yang komprehensif—mampu memahami Islam dari berbagai dimensi, baik fikih, hadits, maupun pemikiran. Hal ini menjadi kekuatan utamanya dalam berdiskusi dengan berbagai kalangan, termasuk dalam debat lintas agama.
Menariknya, di tengah pencarian ilmu yang intensif, Shaykh Uthman tidak melepaskan pendidikan sekularnya. Keputusan ini menunjukkan pandangannya yang visioner—bahwa pengetahuan umum dan teknologi dapat menjadi alat yang efektif untuk dakwah di era modern. Gelar MBA dan latar belakang teknologi informasi yang ia miliki kemudian terbukti sangat bermanfaat dalam mengembangkan platform dakwah digital yang menjangkau jutaan orang di seluruh dunia.
Perjalanan mencari ilmu Shaykh Uthman ibn Farooq menjadi teladan bagi kita semua, terutama bagi mereka yang baru menemukan hidayah. Kisah ini menunjukkan bahwa transformasi sejati membutuhkan kerja keras dan investasi jangka panjang dalam pengetahuan. Dari seorang mantan anggota geng yang harus belajar dari awal, ia berhasil mentransformasikan dirinya menjadi seorang ulama yang dihormati dengan otoritas keilmuan yang kuat. Perjalanan ini membuktikan bahwa dengan tekad dan istiqomah, setiap orang—tanpa memandang latar belakang—dapat mencapai tingkat keilmuan yang tinggi dalam Islam, sekaligus menjadi bukti nyata bahwa pencarian ilmu adalah jalan yang tidak pernah berakhir bagi seorang Muslim sejati.
Advertisement
Metode Dakwah yang Unik
Perjuangan Shaykh Uthman dalam dakwah tidak pernah mudah. Ia dikenal dengan pendekatan dakwahnya yang unik dan berani — dakwah jalanan atau "street dawah". Shaykh Uthman sering terlihat berdakwah di tempat-tempat umum seperti Balboa Park di San Diego, mengajak orang-orang dari berbagai latar belakang agama untuk berdiskusi tentang Islam.
Metode dakwahnya yang santai namun penuh ilmu membuat banyak non-Muslim tertarik untuk mendengarkan. Ia menggunakan pendekatan logis, ilmiah, dan lembut — tidak memaksakan pandangannya, namun membiarkan kebenaran Islam berbicara untuk dirinya sendiri.
Shaykh Uthman juga terkenal dengan keterlibatannya dalam debat lintas agama. Melalui yayasan One Message Foundation yang ia dirikan, Shaykh Uthman telah terlibat dalam berbagai diskusi dan debat dengan pendeta, rabbi, dan pemimpin agama lainnya. Pendekatan dakwahnya yang berbasis pengetahuan dan penuh hormat, namun tegas dalam menyampaikan kebenaran, telah membuatnya dikenal luas.
Rekaman video dakwah dan debatnya di YouTube telah ditonton jutaan kali, menjangkau audiens global dan menginspirasi banyak orang untuk mempelajari Islam lebih lanjut. Metode dakwahnya yang inklusif dan ramah telah membuahkan hasil: lebih dari 2.000 orang dikabarkan telah memeluk Islam melalui upaya dakwah Shaykh Uthman.
Namun, perjalanan dakwah Shaykh Uthman tidak luput dari tantangan dan bahaya. Sebagai pendakwah yang populer di negara Barat, ia sering mendapat ancaman dan serangan dari pihak-pihak yang tidak menyukai pesan Islam yang ia bawa.
Pada Maret 2022, Shaykh Uthman ditikam oleh orang tak dikenal saat sedang berceramah di San Diego. Meskipun demikian, ia tetap tegar dan melanjutkan dakwahnya. Bahkan sebelumnya, ia pernah menerima surat ancaman pembunuhan yang berbunyi: "Kami tahu mobilmu. Kami tahu rumahmu. Berhenti berdakwah, atau mati!" Tanggapannya? Ia merobek surat itu dan berkata, "Lakukan apa saja sesukamu, kami tidak akan berhenti berdakwah."
Pada November 2021, seorang pria bersenjata pisau besar juga pernah menyerangnya sambil meneriakkan kata-kata anti-Islam dan Islamofobia. Namun semua ancaman dan serangan ini tidak menyurutkan semangat Shaykh Uthman untuk terus berdakwah.
Pengaruh Global dan Kunjungan ke Indonesia
Pengaruh Shaykh Uthman kini telah merambah ke berbagai belahan dunia. Pada Maret 2023, ia berkunjung ke Indonesia sebagai bagian dari tur dakwahnya di Asia Tenggara. Selama kunjungannya, ia mengisi berbagai seminar dan ceramah di beberapa kota, termasuk Jakarta, Surakarta, dan Ponorogo. Shaykh Uthman mengungkapkan kekagumannya terhadap umat Islam Indonesia dan bagaimana masyarakat Indonesia hidup berdampingan dalam keberagaman.
Saat ini, Shaykh Uthman menjadi Imam dan Khatib di Masjid Al-Ribat di San Diego, California. Melalui posisi ini, ia terus membimbing komunitas Muslim setempat dan menjangkau lebih banyak orang dengan pesan Islam. Meskipun sibuk dengan aktivitas dakwah, Shaykh Uthman tetap aktif di media sosial dan platform dakwah online. Saluran YouTube One Message Foundation dan Uthman Ibn Farooq Official telah menjadi sarana efektif untuk menyebarkan pesan Islam ke seluruh dunia.
Kisah hidup Shaykh Uthman ibn Farooq mengingatkan kita bahwa tidak ada yang terlambat untuk berubah. Dari seorang anggota geng yang hidup di jalan kekerasan, ia bertransformasi menjadi seorang ulama dan pendakwah yang telah membimbing ribuan orang kepada Islam. Kisahnya juga menekankan pentingnya ilmu dalam dakwah. Shaykh Uthman tidak hanya berdakwah dengan semangat, tetapi juga dengan pengetahuan yang mendalam tentang Islam dan agama-agama lain.
Yang paling menginspirasi mungkin adalah keberaniannya. Menghadapi berbagai ancaman dan serangan, Shaykh Uthman tetap teguh dalam misinya untuk menyebarkan pesan Islam. Seperti yang ia katakan sendiri: "Kami tidak akan berhenti berdakwah."
Dalam dunia yang sering diwarnai dengan kesalahpahaman tentang Islam, kisah Shaykh Uthman ibn Farooq menunjukkan bagaimana dakwah yang berbasis pengetahuan, dilakukan dengan kelembutan dan ketegasan yang seimbang, dapat menyentuh hati dan mengubah hidup banyak orang.
Advertisement
