Liputan6.com, Banyuwangi - Buah naga di Banyuwangi, Jawa Timur resmi diekspor ke Asia dan Eropa. Buah naga yang diekspor adalah buah naga organik yang telah mendapatkan sertifikat organik dan buah naga konvensional.
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani mengatakan ekspor buah naga ini momentum penting untuk pemulihan ekonomi Banyuwangi di masa pandemi Covid-19.
"Program ekspor ini selaras dengan gerakan Banyuwangi Rebound yang kita usung bersama, gerakan antar sektor untuk pemulihan ekonomi," ujar Ipuk beberapa waktu lalu.
Advertisement
Ipuk juga mengajak para petani di Banyuwangi untuk terus berinovasi. Dengan terbukanya pasar ekspor, para petani juga harus menyesuaikan dengan standard kualitas yang ditetapkan.
Baca Juga
"Kita harus mengubah mindset. Jika sudah masuk ke pasar ekspor, jangan hanya berorientasi pada kuantitas saja, tapi nuga harus memperhatikan kualitasnya. Gunakan bahan-bahan organik akan semakin menambah nilai jualnya," terang Ipuk.
Untuk memasarkan produk-produk pertanian Banyuwangi ke pasar global tersebut, kolaborasi dijalankan bersama PT Nusa Tropical Indonesia atau Nusa Fresh. Dari kerjasama ini, ekspor buah naga dan sejumlah produk pertanian lainnya akan terus berlangsung secara reguler.
"Untuk yang Banyuwangi ini, kita akan mengekspornya ke Singapura dan ke sejumlah negara Eropa. Tidak kurang ada 15 negara yang telah kita jajaki," ujarnya.
Saksikan juga video pilihan berikut ini:
Motivasi Petani
Selain buah naga, komoditas pertanian di Banyuwangi yang akan ikut diekspor pada kegiatan perdana itu adalah Manggis, Rambutan dan Kapulaga.
Untuk yang perdana ini buah naga yang diekspor sekitar 12 ton. Pembeli di sana meminta pengiriman sebulan sekali untuk produk rempah-rempah, sedangkan buah dan sayurnya seminggu sekali.
Kegiatan ekspor buah naga tersebut disambut gembira oleh para petani. Salah satunya adalah Rukyan. Ia menyebutkan bahwa harganya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan penjualan untuk pasar lokal.
"Untuk harganya tentu lebih bagus ekspor. Untuk ekspor, yang organik tembus sampai Rp30 ribu per kilogram, kalau yang penanaman konvensional Rp18 ribu," terangnya.
Selain harganya yang bersaing, dengan ekspor akan memotivasi petani untuk meningkatkan kualitas produk pertanian, karena untuk ekspor memiliki standar yang tinggi.
Advertisement