Liputan6.com, Jakarta Desainer Lenny Agustin suka dengan peninggalan budaya lampau. Akunya, semenjak kecil ia suka menari tarian tradisional. Karena itulah Lenny pernah bercita-cita ingin jadi arkeolog. Meski saat ini Lenny bukan seorang arkeolog, budaya lampau tetap menjadi garapan karirnya.
Pada level yang berbeda, hal yang dilakukannya terhadap budaya lampau tersebut bahkan bukan sekadar menampilkan kelampauan itu sebagaimana dirinya sendiri. Melainkan Lenny memberi jati diri kekinian terhadap budaya lampau tersebut.
Baca Juga
Busana-busana yang dibuat Lenny menggunakan kain-kain tradisional namun memiliki gaya yang funky. Menurutnya hal tersebut adalah manifestasi dari ketertarikannya terhadap peninggalan budaya lampau dan sifat ceria yang dimilikinya.
Advertisement
Saat liputan6.com bertemu dengan Lenny Agustin memang jelas terpancar selera tampilannya yang fun, dengan model rambut pendeknya yang berwarna merah, dan strap dress berbahan kain tradisional berhias aksen bunga-bunga kain.
Saat ini Lenny sudah memiliki 2 line busana, yaitu Lenny Agustin (2001) dan Lennor (2008). Label pertamanya adalah label busana-busana cocktail sedangkan label ke dua adalah label busana-busana ready to wear. Kedua line busana tersebut konsisten mengusung nuansa etnik dalam desain-desainnya yang fun.
Selain minat pribadi, ada beberapa alasan lain dari fokus Lenny dalam merancang busana-busana dengan kain-kain tradisional. Salah satu alasan tersebut adalah kondisi pengrajin kain tradisional yang dilihatnya sepi order.
Kepeduliannya terhadap pengenalan budaya tradisonal Indonesia pada masyarakat juga menjadi satu alasan dari keputusannya untuk menggunakan kain-kain tradisional dalam rancangan-rancangannya.
“Oleh karena itulah, selain merancang busana-busana dari kain tradisional Indonesia, saya juga menjelaskan pada klien-klien tentang kain-kain tradisional yang saya gunakan dalam sebuah rancangan,” ucap Lenny kepada liputan6.com saat diwawancara di butiknya yang berlokasi di Jalan Setiabudi II No.500, Jakarta, pada Selasa (3/6/2014).
Perjalanan Karir Lenny Agustin
Perjalanan Karir Lenny Agustin
Butiknya besar dengan tangga melingkar ke lantai 2 tempat ruang kerja Lenny berada. Dalam hari-harinya, Lenny membagi waktu untuk datang ke butiknya ini atau ke kampus ASRIDE ISWI tempatnya mengajar. ASRIDE ISWI juga adalah almamaternya.
Ada cerita sendiri dibalik pendidikannya di bidang fesyen. ASRIDE ISWI menjadi tempat belajar fesyen yang direstui oleh orangtua Lenny. Hal ini dikarenakan ASRIDE ISWI merupakan insititusi pendidikan formal, bukan sekadar tempat kursus.
Mengenai cita-citanya sebagai seorang desainer fesyen, orangtua Lenny sempat bingung. Orangtua Lenny ingin agar anaknya menekuni bidang-bidang lain yang dianggap lebih serius. Bahkan orangtuanya mengatakan bahwa seni itu sebaiknya hanya jadi hobi.
Selepas lulus SMA, Lenny disarankan oleh orangtuanya untuk melanjutkan pendidikan di bidang-bidang yang dianggap serius. Namun karena minat yang sangat mendalam di bidang fesyen dan keinginan untuk berkarir di dunia fesyen, Lenny memutuskan untuk tak mengikuti keinginan orangtuanya. Alhasil selama 2 tahun saat itu Lenny tak melanjutkan pendidikan.
Keseriusan Lenny dalam menimba ilmu tentang desain fesyen terlihat dari 3 bangku pendidikan fesyen yang diambilnya. Menginjak semester 3 di ASRIDE ISWI, Lenny memutuskan untuk mengambil pendidikan mode lagi di Bunka School of Fashion. Setelah lulus dari ASRIDE ISWI dan Bunka School of Fashion, Lenny pun melanjutkan pendidikan mode di LaSalle College Indonesia.
Mengikuti dan memenangkan berbagai lomba, karirnya di dunia fesyen dibangun hingga pada tahun 2005, Lenny menjadi anggota Asosiasi Perancang & Pengusaha Mode Indonesia (APPMI). Dilanjutkan dengan show tunggal pertamanya pada tahun 2007, desainer kelahiran Surabaya 1 Agustus 1973 ini kemudian sukses membangun dua line busana miliknya, yakni Lenny Agustin dan Lennor.
Advertisement