Liputan6.com, Jakarta Persinggungan Laksamana Cheng Ho dengan Indonesia tidak sedikit. Dalam kurun waktu antara tahun 1405-1433 atau dalam tujuh kali ekspedisi pelayaran yang pernah dilakukannya, Cheng Ho tercatat pernah singgah di beberapa kawasan Indonesia, seperti di Aceh, Palembang, dan beberapa tempat di Pulau Jawa. Jika kedatangan orang asing bertujuan penaklukan, Laksamana Cheng Ho justru sangat menghormati wilayah yang disinggahinya.
Misi kedatangan Cheng Ho ke tanah air yang membawa kedamaian, selalu disambut dengan hangat. Bahkan para raja di Nusantara dan penduduk pribumi sangat menghormati Cheng Ho. Tak heran jika di beberapa tempat di Indonesia ditemukan bangunan klenteng, paviliun, dan bahkan masjid untuk menghormati dan mengenang kedatangan Cheng Ho ke Indonesia. Seperti salah satunya masjid Cheng Ho yang ada di Surabaya.
Baca Juga
Dimana ada laut di situ ada Cheng Ho, begitu kata Hasan Basri, yang terlahir dengan nama Lin Puk San, Ketua Harian Masjid Cheng Ho Surabaya, saat ditemui Tim Liputan6.com, yang ditulis pada Selasa (23/6/2015). Lebih Jauh Hasan Basri mengungkapkan, keberadaan Masjid Cheng Ho di Surabaya bukan tanpa sebab, meski lokasinya tidak bersinggungan langsung dengan jejak Laksamana Cheng Ho, masjid yang berada di Jalan Gading No 2 ini dibangun berlandaskan semangat dan berbagai nilai luhur yang dibawa Laksamana Cheng Ho setiap berlayar.
Advertisement
“Pembangunan masjid ini didukung oleh PITI, sebagai organisasi yang mewadahi Islam Tionghoa di Indonesia. Masyarakat di sekitar perumahan ini juga mendukung berdirinya Masjid Cheng Ho, meski banyak yang berbeda keyakinan dengan kita,” tutur Hasan Basri.
Meski kecil untuk ukuran masjid, namun Masjid Cheng Ho Surabaya memiliki banyak rahasia. Ukuran bangunan yang 11x11 diambil dari ukuran Ka’bah saat pertama kali dibangun Ibrahim. Dengan ukuran ini, Hasan Basri mengungkapkan, setiap orang yang beribadah di masjid ini bisa meningkatkan level kusyuk dalam solatnya, seperti solatnya Nabi Ibrahim.
Ornamen atap masjid ini dibentuk persegi delapan yang menyerupai sarang laba-laba. Angka delapan dianggap sebagai angka keberuntungan dalam budaya Tionghoa, sedangkan sarang laba-laba merupakan sesuatu yang menyelamatkan Muhammad dari kejaran kaum Quraish. Warna merah yang mendominasi warna masjid, menyimbolkan kebahagiaan. Sementara warna kuning di beberapa bagiannya mempunyai makna suatu kedamaian.
Anak tangga di pintu kanan dan kiri masjid berjumlah 5 dan 6. Angka ini menyimbolkan rukun Islam dan rukun iman. Pintu masjid dibangun tanpa menggunakan daun pintu, hal ini melambangkan bahwa Masjid Cheng Ho Surabaya terbuka bagi siapa saja, tanpa melihat golongan. “Saat masuk ke dalam masjid ini tiap orang harus meninggalkan hal-hal yang bersifat golongan dan sektarian, tujuannya kan solat, beribadah, fokuskan saja ke situ,” kata Hasan Basri kemudian. (Ibo/Igw)