Banjir Pengunjung, Raja Ampat Perlu Konsep Wisata Berkelanjutan

Dalam sewindu, pengunjung Raja Ampat membeludak hingga 10 kali lipat menembus angka 14.137 wisatawan.

oleh Ahmad Apriyono diperbarui 14 Mar 2017, 09:56 WIB
Diterbitkan 14 Mar 2017, 09:56 WIB
Raja Ampat
Dalam sewindu, pengunjung Raja Ampat membeludak hingga 10 kali lipat menembus angka 14.137 wisatawan.

Liputan6.com, Jakarta Raja Ampat merupakan salah satu destinasi wisata utama Indonesia yang ada di tanah Papua. Kekayaan bahari dan keindahan alamnya menyihir banyak wisatawan, baik wisatawan Nusantara maupun wisatawan mancanegara, untuk datang. Data menunjukkan, dalam sewindu pengunjung Raja Ampat terus mengalami peningkatan. Pada 2007 tercatat pengunjung Raja Ampat hanya sekitar 998 wisatawan, namun pada 2015 pengunjungnya bertambah menembus angka 14.137 wisatawan. Jika tren tersebut terus berllanjut, pada 2021 Raja Ampat akan dikunjungi setidaknya 92.000 wisatawan.

Pertumbuhan pariwisata Raja Ampat ibarat dua sisi mata uang. Di satu sisi peningkatan kunjungan wisatawan tentu membantu perekonomian negara, namun di sisi yang lain jika banyaknya jumlah wisatawan tidak dikelola dengan baik, ekosistem dan kelestarian laut maupun hutan akan rusak, yang tentu akan merugikan pemerintah dan masyarakat.

Atas dasar itu, sekelompok orang yang berasal dari Pemkab Sorong, Papua Barat, bersama dengan pemangku kepentingan pariwisata menandatangani deklarasi bertajuk Komitmen Pariwisata Berkelanjutan.

Isi deklarasi tersebut menekankan, Pemerintah Kabupaten Raja Ampat fokus pada pengembangan ekonomi daerah yang berbasis konservasi.

Bupati Raja Ampat Abdul Faris Umlati menurut informasi yang diterima Liputan6.com, Senin (13/2/2017) mengatakan, “Sudah jadi komitmen kami untuk membangun sektor pariwisata dan perikanan sebagai leading sector di Raja Ampat. Potensi pariwisata dapat memberikan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat di Raja Ampat.”

Namun demikian banyak tantangan yang perlu dihadapi Pemkab setempat dalam pengelolaan pariwisata berkelanjutan. United Nation Environmental Programme (UNEP) 2009 menyebut, pembangunan pariwisata perlu memperhatikan ekonomi lokal, penyerapan sumber daya manusia di kawasan tersebut, serta tidak merusak lingkungan, sosial, dan budaya yang ada.

Sementara itu, Victor Nikijuluw, Direktur Kelautan Conservation International Indonesia yang melakukan kajian terhadap wisata Raja Ampat mengatakan, wisata bahari di Raja Ampat menempati urutan tertinggi dari sisi daya dukung. Daya dukung wisata selam paling tinggi yaitu menembus angka 20.520 orang per tahun.

“Perlu dikembangkan tata aturan berwisata untuk pengendalian jumlah kunjungan wisata. Misalnya tata aturan wisata selam, snorkeling, berinteraksi dengan pari manta, wisata pengamatan burung, perlu diatur pemerintah,” ungkap Victor.

Otoritas pengelola pariwisata Raja Ampat juga diharapkan bisa menindaklanjuti proses pembangunan pariwisata, misal menentukan target dan kuota kunjungan, membuat kebijakan resmi, melakukan evaluasi secara rutin, distribusi informasi secara merata, pengembangan pariwisata di darat, serta pengawasan dengan menghadirkan polisi pariwisata.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya