Liputan6.com, Jakarta Beberapa bulan menjadi sopir taksi online membuat Bram (28) mempunyai profesi baru, yaitu pelayan curhat penumpangnya. Awalnya, ia hanya memancing penumpang dengan pertanyaan basa-basi, sambil perlahan menelaah, apakah lawan bicaranya merasa nyaman atau sebaliknya.
Sebab, profesi sopir taksi online membuat Bram mempunyai prinsip ngobrol jadi killing time di tengah kemacetan. Keuntungan baginya adalah menghilangkan kepusingan karena macet dan bagi penumpang perjalanan lebih terasa cepat jika topik pembicaraan menyenangkan.
Baca Juga
Sebab itu, Bram terus mengasah skill menilik gestur dan mimik, apakah si penumpang keberatan untuk diajak ngobrol. Namun, Bram baru menemui wanita seperti Donna (20), mahasiswi yang diangkutnya dari kampus di daerah Depok tersebut. Hal pembeda, sudah terlihat dari sikapnya pertama kali saat memilih membuka pintu penumpang depan, bukan belakang.
Advertisement
"Saya boleh duduk di depan?" tanya Donna.
"Silakan Mbak," sahut Bram.
Sekilas, Bram melihat Donna yang kalut dan kusut saat naik mobilnya. Pertanyaan basa-basi pun dilontarkan oleh Bram pada Donna.
"Pulang kuliah, ya?" tanya Bram.
"Iya," jawab Donna.
"Lagi bete ya, mukanya ditekuk aja," ujar Bram lagi hati-hati.
"Gitu, deh," jawabnya singkat.
Bram pun memberi jeda sebelum melontarkan pertanyaan selanjutnya. Kini hanya suara musik di radio yang menemani perjalanan mereka.
Bram ingin mencoba melempar satu lagi pertanyaan, dan bisa jadi yang terakhir jika Donna masih memilih diam sampai tujuan, batinnya kala itu.
"Soal cowok, ya?" ujar Bram pasrah jika ia dicap tidak sopan oleh Donna.
Di luar dugaan, Donna pun terpancing dan mengeluarkan semua unek-uneknya. Bahkan sampai rahasia terdalam, yang membuat Bram merasa bersalah telah melontarkan pertanyaan terakhirnya.
Ternyata Donna baru saja putus dengan kekasihnya. Donna merasa dunianya berakhir, karena ia telah memberikan kegadisannya pada sang mantan.
Seperti cerita FTV atau film romantis yang pernah Bram lihat, entah saking terbawa suasana atau hal lainnya, tiba-tiba Donna meminta izin untuk meminjam bahu dan menangis sejadi-jadinya di pundak Bram.
Tak ada pilihan, Bram pun membiarkan hingga Donna siap untuk melepaskannya. Lebih tepatnya saat lengan baju Bram sudah kuyup tak bisa menampung air matanya.
Saat itu Bram berpikir dirinya bukan lagi menjadi driver taksi online, melainkan pelayan curhat. Tak tega melihat penumpangnya yang makin lemas, ia pun mengajak Donna untuk singgah mengisi perut.
"Mbak sudah makan? Kalau belum, gimana kalau kita mampir warkop favorit saya, enggak jauh dari sini," tanya Bram dengan nada suara lembut.
Donna pun mengiyakan ajakan Bram untuk melanjutkan sesi curhat di warung kopi. Saat itu Bram mempunyai pertimbangan, uang yang ada di dompetnya hanya bisa untuk membeli mi instan dan kopi nikmat.
Dengan niat tulus, Bram merasa terpanggil untuk memberikan saran pada Donna. Kelak jika ia menemukan pria lain yang benar-benar mencintainya, virginitas bukan menjadi kendala. Saat itu waktu menunjukkan pukul 19.00 WIB.
Rupanya bukan cuma Donna yang terhanyut dalam obrolan tersebut, Bram pun sampai lupa waktu dan menyadari jam telah lewat dini hari. Ia pun menyudahi obrolan warung kopi dan segera mengantar Donna ke rumahnya.
Sampai sekarang, Bram masih bingung mengapa sikap Donna bisa seterbuka itu dengannya. Namun, selama ia berniat membantu, Bram tidak kapok untuk terus menjadi teman ngobrol atau curhat penumpang lainnya seperti Donna.
"Saya percaya, kalau kita bantu orang, saat kesulitan nanti kita juga bisa dapat kemudahan dari orang lain," ujar Bram mengakhiri ceritanya.