Manajemen Krisis Jadi Cara Kementerian Pariwisata Hadapi Dampak Bencana

Manajemen Krisis Kepariwisataan jadi salah satu program utama Biro Komunikasi Publik (Kompblik) Kementerian Pariwisata dalam menghadapi dampak bencana.

oleh Ahmad Apriyono diperbarui 12 Jul 2018, 13:30 WIB
Diterbitkan 12 Jul 2018, 13:30 WIB
Bandara Ngurah Rai Ditutup
Calon penumpang menunggu di Bandara Ngurah Rai setelah pihak maskapai membatalkan penerbangan di Bali, Kamis (28/6). PT Angkasa Pura I menutup sementara operasional bandara selama 16 jam dikarenakan dampak abu vulkanik Gunung Agung. (AP/Firdia Lisnawati)

Liputan6.com, Jakarta Selain Pelayanan Informasi Publik dan Publikasi-Pengelolaan Media, Manajemen Krisis Kepariwisataan jadi salah satu program utama Biro Komunikasi Publik (Kompblik) Kementerian Pariwisata dalam menghadapi imbas bencana. Hal tersebut setidaknya diungkapkan Guntur Sakti di hadapan Forum Wartawan Pariwisata di Jakarta, Rabu malam (12/7/2018).

“Tiga program unggulan Biro Komblik ini terkait langsung dengan keberhasilan dalam mewujudkan misi Kemenpar yakni mencapai target kunjungan 20 juta wisman sebagaimana ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo,” kata Guntur.

 

Manajemen Krisis Kepariwisataan

Wisata Bali
Wisatawan menikmati destinasi wisata Bali (Liputan6.com / HMB)

Lebih jauh dirinya mengatakan, manajemen krisis kepariwisataan ini juga telah diwujudkan saat pariwisata Indonesia terdampak musibah bencana alam, seperti erupsi Gunung Raung di Banyuwangi, dan Gunung Agung Bali yang masih terus terjadi.

“Tim Krisis Kemenpar bekerjasama dengan media berusaha mengurangi dampak negatif pemberitaan dan tersebarnya berita hoax, sehingga tidak berdampak secara signifikan terhadap menurunnya kunjungan wisman ke Indonesia,” ungkap Guntur.

Service saat sedang terjadi bencana menjadi salah satu cara pariwisata Indonesia untuk memberikan kesan positif bagi wisman saat sedang berada di Indonesia.

 

Tiga Hal yang Ditawarkan

Seperti yang diungkapkan Guntur Sakti, ada tiga hal yang ditawarkaan ke wisman terkait penerbangan saat destinasi wisata terdampak bencana alam, yaitu re-route dengan menggratiskan para wisman berpindah menggunakan jalan darat ke destinasi terdekat, refund yaitu dengan mengembalikan uang tiket secara utuh, dan reschedule yaitu memberikan kemudahan bagi wisman yang ingin mengganti jadwal penerbangan tanpa ada biaya tambahan.

“Saat bandara Bali tutup, kalau ada wisatawan mau re-route, kita gratiskan bus ke Surabaya via Banyuwangi. Kita juga berikan makan gratis. Untuk yang mau reschedule, ada kebijakan one night free dari pihak hotel. Harus ada emotional touch dan service ke wisatawan yang terdampak bencana," kata Guntur menambahkan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya