Arief Yahya Raih Penghargaan Sebagai The Best Marketing Minister Of Tourism Of ASEAN

Menpar diganjar Philip Kotler sebagai The Best Marketing Minister Of Tourism Of ASEAN.

oleh Cahyu diperbarui 07 Des 2018, 10:42 WIB
Diterbitkan 07 Des 2018, 10:42 WIB
Arief Yahya
Menpar diganjar Philip Kotler sebagai The Best Marketing Minister Of Tourism Of ASEAN. (foto: dok. Kemenpar)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Pariwisata (Menpar), Arief Yahya, menerima kejutan manis di Anugerah MarkPlus Marketeer of The Year (MoTY) 2018, Kamis (6/12/2018). Menpar yang mendapat kepercayaan sebagai Ketua Tim Dewan Juri MoTY selama lima tahun berturut-turut ini mendapat penghargaan sebagai The Best Marketing Minister of Tourism Of ASEAN.

Lebih istimewa lagi, pengakuan tersebut datang dari Philip Kotler, seorang Marketing Guru kelas dunia, serta Hermawan Kartajaya dan Hooi Den Huan. Ketiganya merupakan Tri-Founder Philip Kotler Center For ASEAN Marketing.

"Sebuah kehormatan bagi saya, terima kasih. Ini merupakan penghargaan bagi seluruh upaya dan dedikasi seluruh jajaran Kementerian Pariwisata. Sekarang kami makin PD membawa National Brand Wonderful Indonesia," ujar Arief.

Menurutnya, keberhasilannya tak terlepas dari dukungan jajaran Kementerian Pariwisata (Kemenpar) dan Presiden Joko Widodo terhadap sektor pariwisata.

“Tak ada orang yang lebih besar dari organisasinya itu sendiri. Penghargaan ini bukan hasil saya pribadi, penghargaan ini saya persembahkan untuk segenap jajaran Kementerian Pariwisata dan juga dukungan Bapak Presiden yang telah menetapkan pariwisata sebagai salah satu sektor prioritas, serta segenap Kementerian Teknis yang membantu. Terima kasih!” ucap Arief.

Dirinya patut merasa bangga dengan penghargaan tersebut. Pasalnya, Philip Kotler adalah guru marketing dunia. Banyak buku marketing dengan ide segar ditulis pria kelahiran Chicago 7 Agustus 1931 ini. Mulai dari textbook, sampai buku-buku praktis.

Harian Financial Time menobatkannya sebagai ”Most Influential Business Writer or Management Guru”. Posisinya dapat disejajarkan dengan Jack Welch, Bill Gates, dan Peter Drucker.

Adapun Kotler memilih Arief sebagai The Best Marketing Minister of Tourism Of ASEAN karena ia merupakan ahli marketing andal. Bahkan, ketika ia masih di PT Telkom Indonesia. Di bawah kepemimpinannya laba PT Telkom naik dua kali lipat dalam dua tahun.

Begitu juga ketika menangani Kemenpar. Sepak terjangnya menginspirasi banyak kepala daerah. Banyak pejabat struktural dan kalangan swasta yang mencontohnya. Kebijakannya juga selalu mendapat respons positif dari publik.

Arief mampu mengubah image Kemenpar. Dari sebuah kementerian birokrasi menjadi sebuah kementerian yang mirip korporasi. Kemenpar pun dipoles menjadi kementerian marketing, produknya pariwisata Indonesia.

"Saya terapkan WIN Way, Wonderful Indonedia Way! Jurusnya 3S. Ini untuk membangun budaya kerja atau corporate culture Kemenpar, yakni Solid, Speed, Smart," kata dia.

Doktor jebolan Unpad Bandung tersebut memang punya skema kerja sistematis. Contohnya, Arief mampu mendorong kebijakan Visa gratis untuk 169 negara, dari sebelumnya hanya 15 negara ASEAN saja.

Deregulasi juga dilakukan di bidang yacht dan perahu pesiar dengan penghapusan CAIT. Kini, izin masuk yacht hanya butuh tiga jam dari sebelumnya tiga minggu.

Begitu juga regulasi di kapal cruise dengan pencabutan sabotage. Regulasi ini memungkinkan sebuah kapal pesiar berbendera asing menaik turunkan penumpang di lima pelabuhan di tanah air.

Di bidang pemasaran, Arief sudah melakukan banyak terobosan, sehingga branding Wonderful Indonesia menembus 100 peringkat ke level ke 47 dari sebelumnya not available (N/A). Branding Wonderful Indonesia sudah mengalahkan Malaysia (94) dan Thailand (83).

Bahkan, ia mampu membawa Kemenpar terpilih sebagai The Best Ministry Of Tourism atau Best National Tourism Organization (NTO) di ajang TTG Travel Awards 2018 di Bangkok. Begitu juga di berbagai travel mart dunia, dari Berlin, Bulgaria, Singapore, India, Los Angeles Amerika, Prancis, Hongkong, dan Selandia Baru.

Di level dunia, Indonesia memborong tiga penghargaan sekaligus dalam ajang UN-WTO. Di Halal Tourism Abu Dhabi juga menyabet tiga penghargaan langsung.

Di bidang pengembangan destinasi dan Industri, Arief menggenjot pengembangan 10 Bali Baru agar sejalan dengan Nawacita untuk pemerataan. Selain itu, ia mendorong digital destination serta nomadic tourism. Hasilnya ,kedua program ini diminati masyarakat. 

"Kita akan punya 10 Bali Baru, agar pengembangan pariwisata terus berkembang, merata, sekaligus mengejar target 20 juta wisman ke tanah air. Dengan destinasi yang ada, tidak mungkin (tidak) menembus jumlah target itu," ujar Arief.

Soal destinasi, ia menggunakan konsep 3A, yaitu membangun Atraksi, Akses, dan Amenitas. Pola dan rumus-rumus yang ini pun terus disosialisasikan di daerah-daerah. Hasilnya, semakin banyak daerah yang minta agar kawasannya dibangun akses dan amenitas. Semua berlomba membangun kawasan ekonomi khusus (KEK) Pariwisata.

Tak hanya itu, tiap tahun performa pariwisata Indonesia terus menanjak. Grafiknya sangat kontras bila dibandingkan komoditas lain, seperti minyak, gas, batu bara, serta kelapa sawit. Sektor ini menjelma menjadi core business Indonesia. Pariwisata menjadi penyumbang PDB, devisa, serta lapangan kerja paling besar dan mudah dan cepat.

Pada 2016, devisa pariwisata mencapai 13,5 miliar dollar AS per tahun. Hanya kalah dari minyak sawit mentah (CPO) sebesar 15,9 miliar dollar AS per tahun. Padahal pada 2015, pariwisata masih ada di peringkat keempat sebagai sektor penyumbang devisa terbesar.

Pada 2017, sumbangan devisa dari sektor pariwisata melesat menjadi sekitar 16,8 miliar dollar AS. Angka ini diprediksi akan meningkat 20 persen menjadi sekitar 20 miliar dollar AS pada 2018.

"Kami akan terus mencari celah untuk menaikkan jumlah wisman di lima prioritas pasar, yakni Singapura, Malaysia, China, Australia, dan Jepang. Sehingga Pariwisata akan tumbuh menjadi kekuatan utama perekonomian Indonesia. Modal kita sudah kuat. Pariwisaata adalah DNA kita," ucap Arief.

 

 

(*)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya