Liputan6.com, Jakarta - Salah satu kegiatan yang banyak dilakoni penumpang pesawat terbang adalah menonton tayangan yang tersedia. Beragam alternatif hiburan disiapkan untuk mengisi waktu perjalanan, khususnya dalam penerbaangan jarak jauh.
Tapi, sadarkah Anda bila kebanyakan orang lebih mudah tersentuh saat menonton adegan yang penuh emosi? Chrissy Teigen, model dan istri penyanyi John Legend itu juga mengalami hal serupa. Ia bahkan menuliskan pertanyaan di akun Twitter-nya, "Apakah ada alasan lebih mudah menangis saat menonton di pesawat?"
Dilansir laman South China Morning Post, Jodi De Luca, seorang psikolog klinis asal Colorado, Amerika Serikat, memiliki penjelasan soal itu. Ia menyebut hal itu bisa terjadi lantaran penumpang pesawat tidak memiliki kendali atas lingkungan sekelilingnya.Â
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
Penumpang kemudian lebih merasa cemas atau bahkan takut sesuatu yang buruk akan terjadi di pesawat. Situasi itu mendorong otak menghasilkan hormon stres yang dapat mengakibatkan peningkatan detak jantung dan pernapasan yang lebih cepat.
"Ini bukan hanya soal psikologis atau emosional, tetapi juga peristiwa fisiologis. Tidak pernah ada satu variabel pun yang tidak penting," ujarnya, dilansir Selasa, 25 Juni 2019.
De Luca juga mengungkapkan bahwa sifat kognitif, psikologis, dan emosional berhubungan dengan fisik. Seluruh komponen tersebut mempengaruhi emosi saat mengalami kelelahan, penurunan aktivitas tubuh, berkurangnya oksigen dalam darah serta dehidrasi karena udara kering.
"Kita bisa berada di pesawat itu menonton film itu, itu bisa lucu, itu bisa sedikit sedih, dan tiba-tiba kita menemukan diri kita menangis tanpa terkendali atau terengah-engah," kata De Luca sambil menyebut sebagian penyebab terjadi karena lingkungan tak bisa dikendalikan sendiri.
Maka itu, ia menyarankan para calon penumpang pesawat sebaiknya membawa benda-benda yang bisa menenangkan, seperti buku, puzzle, makanan favorit atau selimut yang nyaman ketika terbang.
Â
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Faktor Kebisingan
Sementara, Charles Spence, seorang profesor psikologi eksperimental di Universitas Oxford Inggris mengatakan bahwa udara kabin yang kering membuat indra penciuman menjadi terganggu dan lebih sulit untuk menghirup aroma yang ada.
Ia juga menulis dalam artikelnya bahwa tekanan udara rendah dan tingkat kebisingan yang tinggi di kabin dapat mempengaruhi kemampuan penumpang untuk mencium dan merasakan. Hal ini juga menjadi salah satu penyebab menangis di dalam pesawat.
Pendapat senada juga diungkapkan dalam studi pada 2015 oleh para ilmuwan makanan di Cornell University. Mereka menyatakan bahwa kebisingan dapat mengurangi rasa manis tetapi menambah rasa umami dalam zat-zat seperti jus tomat. Maka itu, British Airways lebih menggunakan rasa umami ke dalam menu mereka. Hal ini menjadi jawaban atas pertanyaan mengapa banyak yang memesan jus tomat ketika berada di dalam pesawat.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, ketika sebuah pesawat berada pada ketinggian 36.000 hingga 40.000 kaki, tekanan udara di kabin setara antara 6.000 dan 8.000 kaki di atas permukaan laut. Hal ini dapat mengakibatkan penumpang mengalami hipoksia.
Hipoksida dapat terjadi karena kekurangan oksigen dalam jaringan dan mengakibatkan penurunan jumlah konsentrasi. Namun jika penumpang berada pada kondisi yang sehat, hal ini rentan terjadi.
Menurut Clayton Cowl, ketua divisi kedokteran kerja dan kedirgantaraan di Klinik Mayo di Minnesota. Adaptasi tubuh terhadap penerbangan adalah proses yang biasa terjadi dan sebagian orang juga memerlukan waktu untuk mengatasi hal ini. (Devita Nur Azizah)
Advertisement