Studi: Rata-Rata Perempuan Mengeluarkan Rp90 Juta untuk Produk Kesehatan

Apa yang membuat perempuan mengeluarkan biaya sampai jutaan rupiah untuk membeli produk kesehatan yang termasuk produk sekali pakai?

oleh Komarudin diperbarui 30 Nov 2019, 13:35 WIB
Diterbitkan 30 Nov 2019, 13:35 WIB
Tampon (iStock)
Ilustrasi tampon (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Kehidupan perempuan tampaknya tambah lebih mahal. Mereka harus mengeluarkan biaya untuk produk-produk kesehatan, seperti pembalut dan tampon.

Perempuan harus membayar ratusan ribu pound sterling setiap tahun. Berdasarkan studi yang dilakukan OnePoll menyebutkan bahwa rata-rata perempuan membelanjakan uangnya untuk produk sekali pakai tersebut, seperti dilansir Metro, Jumat, 29 November 2019.

Hasil penelitian itu menunjukkan bahwa, rata-rata perempuan menghabiskan 13,25 dolar AS atau Rp190 ribu per bulan untuk membeli produk-produk menstruasi.

Biaya tersebut bisa bertambah hingga 4.916 pound sterling atau Rp90 juta rata-rata perempuan usia produktif antara usia 12-52 tahun untuk seumur hidup.

Dalam sebuah keluarga dengan dua orang perempuan, memerlukan biaya hingga 9,952 pound sterling atau Rp189 juta. Survei itu dilakukan terhadap 2.000 perempuan yang berusia 18-55 tahun.

60 persen responden mengaku menganggarkan untuk biaya membeli produk-produk kesehatan itu, sedangkan 79 persen mengorbankan itu demi memenuhi kebutuhan mereka.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Produk Gratis

Tampon
Ilustrasi tampon (iStockphoto)

Mayoritas peserta dalam penelitian itu merasa bahwa pemerintah harus menggratiskan produk-produk menstruasi untuk semua orang. Di Skotlandia, contohnya, produk-produk itu gratis untuk pelajar.

"Seperti ditunjukkan dalam penelitian, banyak perempuan yang menemukan bahwa produk-produk kesehatan perempuan terlalu mahal," kata Denala Zagar dari Intima, brand produk menstruasi, seperti dilansir dari Metro, Jumat, 29 November 2019.

Sementara itu, 46 persen responden mengaku bolos karena haid, sementara 45 persen membatalkan kencan atau pulang kerja lebih awal.

Para perempuan yang disurvei juga sepakat bahwa produk menstruasi harus tersedia secara gratis di sekolah, perguruan tinggi dan universitas, dan di tempat kerja.

Danela juga mengungkapkan, dalam abad modern ini, ada ratusan ribu perempuan yang memiliki akses terbatas ke produk-produk menstruasi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya