Liputan6.com, Jakarta - Elijah Ross-Rutter hanya bisa melihat ibunya yang meninggal dunia akibat corona COVID-19 lewat jendela kaca kecil rumah sakit. Ross-Rutter dan lima saudara kandungnya mengucapkan selamat tinggal pada sang ibu menggunakan walkie-talkie.
"Saya mengatakan padanya bahwa saya mencintainya... Ia tidak perlu mengkhawatirkan kami," kata Ross-Rutter yang merupakan anak tertua seperti dilkutip dari Buzzfeed News, Selasa, 31 Maret 2020.
Ibu mereka, Sundee Rutter merupakan seorang orangtua tunggal dan yang selamat dari kanker payudara, namun meninggal akibat COVID-19 pada 16 Maret 2020.
Advertisement
Baca Juga
Rutter pulih dari perjuangan melawan kanker payudara, tapi ia didiagnosis menderita COVID-19. Selama perawatan kanker, keluarga dan teman-teman Rutter setia berada di sisinya. Kendati, saat menderita COVID-19, keluarga Rutter hanya dapat berkomunikasi dari luar kamar rumah sakit.
Awalnya, Ross-Rutter mengatakan, ia diizinkan melihat ibunya menggunakan masker, tapi rumah sakit kemudian benar-benar mengisolasinya. "Seperti, aku akan kehilangan sahabatku dan ia bahkan tak bisa mendengarku," kata dia.
Ross-Rutter mengatakan ibunya pertama kali mengunjungi Providence Regional Medical Center di Washington, rumah sakit tempat kasus COVID-19 AS pertama, dan dirawat pada 3 Maret 2020.
Selama di sana, ia dan ibunya menghabiskan delapan jam di ruang tertutup dengan staf rumah sakit keluar-masuk mengenakan pakaian pelindung penuh.
"Mereka bahkan tidak ingin menyentuh ibuku," kata Ross-Rutter, menambahkan bahwa mereka kemudian dikirim pulang. "Ia (Rutter) berpikir, ia terkena flu," sambung Ross-Rutter.
Pada saat itu, hanya ada 27 kasus corona COVID-19 yang dilaporkan dan sembilan kematian di negara bagian Washington.
**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.
Positif Corona COVID-19
Pada 7 Maret 2020, empat hari setelah Rutter dan putranya dipulangkan, mereka kembali ke rumah sakit. Kali ini, Ross-Rutter dikurung di ruang tunggu pengunjung sementara dokter memeriksa ibunya.
"Beberapa jam kemudian, seorang dokter menelepon untuk memberi tahu bahwa mereka menjaga ibunya dalam semalam dan akan merawatnya karena pneumonia. Hari berikutnya, ia dinyatakan positif COVID-19," ucap Ross-Rutter.
Pada 16 Maret, para dokter menelepon untuk mengatakan keluarga harus datang ke rumah sakit, dan Rutter meninggal siang itu.
Rutter dilahirkan dan dibesarkan di Everett, Washington. Ia mengenyam pendidikan di Mariner High School dan akan merayakan ulang tahun ke-43 Agustus ini. Rutter membesarkan enam anaknya - usia 13 hingga 24 - sendirian setelah ayah mereka meninggal pada 2012.
"Ia sudah mengalahkan kanker dan sedang berusaha mendapatkan hidupnya kembali, kemudian ini terjadi (positif COVID-19)," kata Jessica Harris, seorang teman dekat Rutter.
Anak-anaknya menggambarkan sosok Rutter sebagai sosok yang baik, cantik, peduli, dan konyol. "Ia juga senang ketika kita mengajarinya gerakan dansa baru yang sedang tren," kata Ross-Rutter.
Orang-orang menunjukkan dukungannya untuk Rutter dan anak-anaknya dengan sumbangan lebih dari 275 ribu dolar AS atau Rp4,5 miliar.
Advertisement