Usai Pandemi, Penginapan Murah Diprediksi Tak Akan Ada Lagi

Tambahan fasilitas kebersihan tempat penginapan usai pandemi, akan berdampak biaya bertambah dan bakal dibebankan kepada konsumen.

oleh Henry diperbarui 14 Mei 2020, 17:01 WIB
Diterbitkan 14 Mei 2020, 17:01 WIB
Ilustrasi Hotel
Ilustrasi penginapan. (dok. pexels.com/PIxabay)

Liputan6.com, Jakarta - Salah satu bidang usaha yang sangat terdampak dari pandemi corona Covid-19 adalah pariwisata. Bahkan, biaya traveling diprediksi kian mahal setelah pandemi berlalu, terutama biaya sewa penginapan. Apa alasannya?

Dilansir dari Fox, Selasa, 13 Mei 2020, biaya pemesanan kamar hotel dan Airbnb bisa sampai dua kali lipat saat industri wisata dibuka kembali beberapa bulan mendatang. Itu karena, baik pemilik hotel dan Airbnb, sama-sama sangat terdampak penyebaran COVID-19. Efek negatif dari pandemi diperkirakan akan terus berlanjut usai aturan lockdown dan larangan traveling dicabut.

Airbnb sendiri adalah online marketplace bagi orang-orang yang ingin menyewa dan menyewakan kamar pribadi, apartemen maupun rumahnya. Biasanya, mereka menyewakan rumahnya secara harian seperti kamar hotel. Bagi pemilik kamar, apartemen ataupun rumah, ini bisa jadi penghasilan tambahan

Menurut laporan dari Telegraph, saat pandemi usai, hotel akan menerapkan protokol keamanan baru untuk mencegah penularan COVID-19. Dengan aturan itu, hotel perlu menambahkan biaya kebersihan, pengadaan perlengkapan yang baru, dan mengosongkan sejumlah kamar untuk menjaga jarak sosial tamu.

Pengamat industri wisata memprediksi tambahan fasilitas itu bakal menjadi beban biaya hotel dan AirBnB. Biaya yang bertambah itu akan dibebankan kepada konsumen.

Seorang pakar bahkan mengatakan biaya yang akan dibayarkan konsumen kemungkinan bisa mencapai empat kali lipat. Selain itu, persewaan Airbnb nantinya juga menjadi lebih sulit ditemukan konsumen.

CEO perusahaan agen real estate Redfin, Glenn Kilman, juga menjelaskan saat ini sejumlah pemilik Airbnb sedang melikuidasi asetnya untuk sementara. Pemilik hunian Airbnb mengungkapkan masalah yang mereka hadapi selama pandemi.

Tak Ada Tamu Menginap

Hotel Pakons Prime
Petugas melakukan pembersihan kamar yang akan ditempati sementara oleh tenaga medis di Hotel Pakons Prime, Tangerang, Kamis (7/5/2020). Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang menyiapkan hotel tersebut untuk memfasiltasi tenaga medis penanganan Covid-19 di wilayah Tangerang. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Mereka terancam harus menjual aset rumah maupun properti milik mereka untuk membayar hutang dan cicilan karena pemasukan yang tidak lancar akibat tidak ada tamu yang menginap.

Itu menunjukkan bahwa banyak tuan rumah Airbnb yang tidak punya cadangan keuangan sebanyak jaringan hotel besar lainnya. Para tuan rumah ini juga kemungkinan akan menjual properti mereka untuk dapat menghasilkan uang. Federal Reserve Bank of St. Louis bahkan mengungkapkan, properti yang disewakan untuk Airbnb dapat dijual dengan harga di bawah nilai pasar.

"Akan ada banyak penjualan yang berkorelasi di daerah-daerah tertentu karena berada di lokasi wisata. Mungkin sejumlah unit properti dalam jumlah besar terjual di daerah tersebut," jelasnya.

Modal dari para pengusaha Airbnb memang tidak sebesar jaringan hotel besar. Akibatnya, banyak dari mereka yang mengalami kesulitan keuangan. Salah satu jalan keluarnya adalah harus menjual aset mereka.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya