Tips Perencanaan Keuangan untuk Keluarga Muda

Ketika besaran penghasilan dan pengeluaran bersama telah diketahui, maka penyusunan anggaran akan jadi lebih mudah.

oleh Liputan6.com diperbarui 28 Agu 2020, 13:02 WIB
Diterbitkan 25 Agu 2020, 12:11 WIB
Memiliki Permasalahan yang Sama
Ilustrasi Pasangan Seumuran Credit: pexels.com/pixabay

Liputan6.com, Jakarta – Tidak sedikit mereka yang menikah muda bingung dalam merencanakan keuangan untuk tujuan-tujuan mereka di masa depan.Satu hal yang dihadapi para keluarga muda ini adalah kekurangan dana segar karena sebagian besar dana mereka telah digunakan untuk menggelar pesta pernikahan atau bulan madu impian.

Jika dipikir-pikir, beban keuangan yang harus ditanggung keluarga muda justru sangat berat. Mereka harus memperhitungkan biaya persalinan, biaya hidup anak, biaya pendidikan anak, menabung beli rumah, kendaraan, dana pensiun, hingga memenuhi ketersediaan dana darurat. Seperti apakah perencanaan keuangan yang baik bagi keluarga muda? Berikut tips dari Lifepal.co.id

1. Bersikaplah lebih transparan mengenai urusan keuangan

Hidup seseorang yang sudah menikah tentu berbeda dengan saat masih melajang. Bersama pasangan, kita harus berkomunikasi secara terbuka mengenai penghasilan yang diperoleh bersama hingga pengeluaran-pengeluaran yang ditanggung bersama. Ketika besaran penghasilan dan pengeluaran bersama telah diketahui, maka penyusunan anggaran akan jadi lebih mudah.

Keterbukaan soal kondisi keuangan sebenarnya sebaiknya sudah dibicarakan jauh sebelum ke pelaminan. Data menunjukkan 469 kasus perceraian di Jakarta Pusat disebabkan karena faktor ekonomi. Inilah alasan kenapa begitu penting membicarakan kondisi keuangan secara terbuka bersama pasangan.

 

2. Sediakan dana darurat

Pengeluaran seorang yang sudah berkeluarga jelas lebih besar daripada yang masih lajang. Dana darurat ini bisa dimanfaatkan jika ada keadaan seperti kehilangan penghasilan - yang seperti dialami banyak teman-teman kita di masa pandemi ini. Biasanya dana darurat untuk ini minimal harus bisa memenuhi kebutuhan pokok selama 3 - 6 bulan tanpa pemasukan apapun.

Sedangkan untuk darurat kesehatan, yang tentu tidak akan pernah bisa kita perkirakan, pastikan Anda melindungi diri dari resiko finansial lebih besar dengan memiliki asuransi kesehatan atau asuransi jiwa. Tidaklah cerdas menyimpan dana darurat terlalu banyak di tabungan karena hal itu justru menghambat kita dalam mengembangkan dana.

3. Arus kas rumah tangga tidak boleh minus

Setiap uang yang dibelanjakan atau ditransaksikan dan masuk sebagai pengeluaran sebaiknya dimasukkan dalam catatan khusus. Catatan itu bernama laporan arus kas atau cash flow. Ketika nilai arus kas bersih yang didapat dari hasil pengurangan pemasukan dan pengeluaran adalah “minus,” itu tandanya pengeluaran kita melebihi pemasukan.

Segera potong pengeluaran kita atau tambah penghasilan demi membuat arus kas bulanan surplus. Ada baiknya untuk membuat laporan arus kas dalam periode bulanan hingga tahunan.

4. Berutang boleh tapi ada syaratnya

Kamu dan pasangan telah sepakat memprioritaskan dana darurat terlebih dahulu. Selama dana darurat belum terpenuhi, ada baiknya menghindari tujuan keuangan jangka panjang seperti contohnya mengambil Kredit Pemilikan Rumah (KPR).

Sebab alokasi dananya terbilang besar.Selain itu, kita pun wajib mengetahui berapa besar kemampuan pelunasan utang kita dengan membagi seluruh total utang tertunggak dengan aset. Nilai rasio utang berbanding aset seyogyanya tidak lebih dari 50%.Jika nilainya lebih dari 50% itu tandanya utang kita terlalu banyak dan sudah melebihi nilai aset.

Ketika kita kehilangan pendapatan karena krisis ekonomi dan sulit membayar utang, maka meski kita sudah melikuidasi aset, nilai aset itu tidak akan sanggup menutupi utang.Secara teknis, kita sudah bangkrut.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Tips Keuangan/mlg
Ilustrasi tips hemat/copyright unsplash.com/@belart84

5. Ketahui pula bahwa cicilan utang ada aturannya

Jika poin keempat menunjukkan besaran utang yang ideal. Maka di poin kelima, kita akan membahas aturan cicilan utang ideal yang bisa kita miliki. Idealnya, pembayaran cicilan maksimal 35 persen dari penghasilan.

Bank atau lembaga pemberi kredit mungkin saja menyetujui besaran cicilan yang nilainya 50% dari penghasilan bulanan kita. Tapi dengan tumpukan utang sebesar itu, bagaimana kita bisa menyisihkan investasi atau membeli asuransi demi kebutuhan proteksi kita.

6. Ketahui kalau kenaikan kesehatan itu sampai 11% per tahun

Survei dari Willis Towers Watson menunjukkan bahwa, kenaikan biaya kesehatan di Indonesia adalah 10 hingga 11% per tahun. Apa jadinya jika salah satu di antara Anda jatuh sakit? Tentu saja biaya yang harus dikeluarkan tidaklah murah, hal ini tentu menjadi risiko finansial yang harus ditanggung bersama.

Hal inilah yang membuat Anda wajib mempersiapkan jaminan kesehatan seperti menjadi peserta BPJS Kesehatan atau memiliki asuransi kesehatan swasta.

7. Pencari nafkah harus terlindungi dengan baik

Ketika si pencari nafkah meninggal dunia, maka keluarga yang ditinggal akan kehilangan pendapatan rutin yang didapat per bulannya. Itulah yang akhirnya membuat kita semua butuh akan asuransi jiwa.

Asuransi jiwa akan memberikan santunan berupa uang pertanggungan yang sifatnya bebas pajak ke keluarga yang ditinggal. Besarnya jumlah pertanggungan dan cakupan manfaat asuransi, tentu juga dipengaruhi dengan premi yang kita bayarkan per tahun maupun per bulan. Pertimbangkanlah untuk mengalokasikan dana maksimal 10% dari penghasilan bulanan untuk membayar premi asuransi.

8. Investasi harus punya tujuan

Kamu dan pasangan mungkin telah memiliki investasi masing-masing. Namun, apakah investasi tersebut sudah sesuai pada tujuannya?Terdapat berbagai tujuan hidup yang umumnya dimiliki para pasangan muda.

Sebut saja seperti persiapan persalinan, persiapan naiknya pengeluaran karena kelahiran anak, perencanaan pendidikan anak, hingga perencanaan dana pensiun. Salah besar jika kita mengalokasikan dana untuk seluruh tujuan ini di rekening bank biasa. Aplikasikanlah ke berbagai instrumen investasi dengan imbal hasil yang sesuai.

Berinvestasilah di instrumen yang kita ketahui terlebih dulu, bisa dari yang sederhana seperti deposito atau emas, reksa dana. Khusus untuk jangka panjang, memilih instrumen investasi seperti saham yang bisa memberikan imbal hasil tinggi walau fluktuasinya juga tinggi.Itu beberapa langkah yang sebaiknya dipenuhi terlebih dahulu dalam perencanaan keuangan keluarga muda.

Pastikan untuk tetap konsisten menyisihkan dana demi tercapainya tujuan kita di masa depan dengan tidak mengabaikan perlindungan atas risiko-risiko yang akan kita hadapi nanti.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya