Upaya Pemulihan Lingkungan Sekaligus Tingkatkan Ekonomi Masyarakat Lokal

Lewat rehabilitasi DAS, pemulihan lingkungan dengan cara menanam tanaman sengaja melibatkan warga setempat.

oleh Asnida Riani diperbarui 21 Sep 2020, 15:01 WIB
Diterbitkan 21 Sep 2020, 15:01 WIB
Ilustrasi hutan lebat
Ilustrasi hutan. (AP Photo/Rodrigo Abd)

Liputan6.com, Jakarta - Sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui. Begitulah istilah yang mewakili upaya perusahaan menjawab dorongan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dalam upaya pemulihan lingkungan lewat rehabilitasi Daerah Aliran Sungai (DAS).

Di samping terus menyerahkan lahan penggarapan sesuai luas yang sudah ditentukan, dalam praktik tersebut, pihaknya pun melibatkan masyarakat sekitar. Hal ini diungkap di acara virtual bertajuk "Suara Hati Masyarakat Pelaku Rehabilitasi DAS", Senin (21/9/2020).

Dua perusahaan yang telah menyerahkan lahan rehabilitasi DAS adalah PT. Bumi Suksesindo dan PT. Ganda Alam Makmur. Pihak PT. Bumi Suksesindo menjelaskan, dalam praktiknya, mereka melibatkan penduduk lokal dari 500 Kartu Keluarga (KK) atau setara kurang lebih seribu orang.

Rehabilitasi DAS dilakukan dengan penanaman yang jenis tanamannya disesuaikan kondisi tanah di lokasi. Beberapa titiknya dijelaskan memerlukan bantuan tanah mineral supaya penanaman berhasil.

"Kegiatan ini melibatkan warga untuk menggarap lahan (seluas) 40 hektare. Ada tanaman mangga, petai, nangka, trembesi, dan jati. Tanaman utamanya sengon buto," kata salah seorang warga penggarap lahan, Ibnu Mansyur.

Warga penggarap lahan lain, Ervan, mengatakan, per hektare lahan digarap 10 orang. "Separuh-separuh (warga penggarap lahan). Lima perempuan, lima lelaki," ucap warga Desa Cangkring, Kecamatan Prajekan, Kabupaten Bondowoso tersebut.

Warga penggarap lahan yang diserahkan PT. Ganda Alam Makmur di Batu Lepoq, Kecamatan Karangan, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur, Herawati, mengatakan, di lokasi tersebut, terdapat dua ribu bedengan yang ditanami berbagai macam bibit tanaman.

"Ada tanaman karet, durian, cempedak, dan belangiran," katanya. Warga yang terlibat mengatakan, mereka mendapat bayaran per hari untuk pekerjaan menggarap lahan rehabilitasi Daerah Aliran Sungai (DAS).

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Manfaat Berkelanjutan untuk Masyarakat Lokal

Pohon durian Bawor berusia muda sudah mulai berbuah. (Foto: Liputan6.com/Dinkominfo PBG/Muhamad Ridlo)
Pohon durian bawor berusia muda sudah mulai berbuah. (Foto: Liputan6.com/Dinkominfo PBG/Muhamad Ridlo)

Wakil Menteri (Wamen) Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Alue Dohong, menjelaskan bahwa dalam kegiatan rehabilitas DAS, tak hanya penanaman yang punya peran penting. Lebih jauh dari itu, ia mendorong warga merawat tanaman dengan tingkat kesuksesan penanaman hingga 80 persen.

Dengan begitu, dampaknya bisa dirasakan secara lebih berkelanjutan oleh masyarakat sekitar. "Lalu, penting juga dibuat aturan kelompok. Jadi, saat panen, tak ada konflik lain yang timbul," ujarnya di kesempatan yang sama.

Alue menambahkan, hasil rehabilitasi DAS pun bisa jadi alternatif sumber pendapatan masyarakat ke depan. Dengan catatan, kegiatan tersebut terus dilakukan dengan pengorganisasian yang bagus. Ia pun mengapresiasi dan terus mendorong perusahaan, terutama pemegang Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH), merehabilitasi DAS. 

Infografis Indonesia Sumbang Sampah Plastik Terbesar Kedua Sejagat
Infografis Indonesia Sumbang Sampah Plastik Terbesar Kedua Sejagat. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya