Liputan6.com, Jakarta - Secara tidak sadar, terkadang orangtua yang toxic memberi dampak buruk bagi perkembangan dan pola pikir buah hatinya.
Tak heran jika banyak anak yang tumbuh dengan pola asuh toxic parents akan menjadi penakut, merasa kurang percaya diri, bahkan bisa menjadi toxic untuk lingkungan terdekatnya.
Analisa Widyaningrum, seorang psikolog sekaligus influencer yang hadir di program Ruang Curhat Hipwee di platform streaming Vidio menjelaskan berbagai macam toxic dari sudut pandang psikologi.
Advertisement
"Jadi sebenarnya kalau kita berbicara soal toxic, itu kan artinya racun ya. Berarti secara gampangnya, toxic ini memberikan dampak nggak positif terhadap kehidupan manusia yang lain. Atau istilahnya merugikan," ujar Analisa.
Menurutnya, hubungan yang bisa mengarah pada toxic itu tak hanya terjadi pada suami istri atau sepasang kekasih. Tetapi, ada juga teman kerja bahkan toxic parenting, yaitu antara orangtua dan anak.
Saksikan videonya berikut ini
Toxic Parenting
Salah satu indikator yang menunjukkan bahwa kita sedang berada dalam sebuah lingkungan yang toxic adalah ketika kita tidak bisa menjadi diri. "Kita akan seperti dipaksa, dimanipulasi, seperti apa yang diinginkan dari hubungan tersebut. Contohnya seperti toxic parenting, dari orangtua ke anak. Ada empat tipikal yang dominan terjadi pada pola asuh," jelas Analisa Widyaningrum.
Biasanya, toxic parenting tak hanya ditunjukkan pada perilaku otoriter orangtua. Terlalu mengikuti kemauan anak juga ternyata menjadi pola asuh yang tidak bagus. Hal itu membuat anak-anak akan menjadi manja.
"Jadi toxic parenting ini adalah orangtua yang terlalu membebaskan anaknya mau melakukan hal apa saja. Ada juga yang sudah tidak mendukung anak dari materi dan nonmateri, itu juga termasuk," katanya.
Lalu, bagaimana cara mengetahui apakah kita menjadi orangtua yang toxic di lingkungan pertemanan dan keluarga? Simak penjelasan lengkapnya pada video di bawah ini, atau bisa juga mengunjungi kanal Hipwee yang ada di platform streaming Vidio.
Advertisement