Liputan6.com, Jakarta - International Air Transport Association (IATA) sedang mengerjakan aplikasi seluler yang akan membantu para penumpang pesawat menunjukkan status bebas virus corona baru. Inisiasi ini tergabung dalam dorongan memperkenalkan apa yang disebut paspor COVID-19.
Travel Pass akan menampilkan hasil tes bersama bukti inokulasi, serta daftar aturan masuk wilayah setempat dan rincian di laboratorium terdekat. Melansir laman South China Morning Post, Rabu, 25Â November 2020, aplikasi itu juga akan menautkan salinan elektronik dari paspor pemegang untuk membuktikan identitas mereka.
Program uji coba akan dimulai dengan induk British Airways IAG SA tahun ini sebelum tiba di perangkat Apple pada kuartal pertama dan Android mulai April, kata IATA. Wisatawan akan dapat membagikan status mereka dengan otoritas perbatasan atau menunjukkan kode QR untuk dipindai.
Advertisement
Baca Juga
Qantas mengatakan, vaksinasi COVID-19 akan jadi kebutuhan bagi penumpang internasionalnya. Chief Executive Officer, Alan Joyce, memberi tahu Channel 9 di Australia bahwa ia telah mendiskusikan ide tersebut dengan maskapai penerbangan lain, dan itu jadi persyaratan pra-boarding di seluruh dunia. "Ini akan jadi tema umum di seluruh penerbangan," kata Joyce.
Perjalanan internasional sendiri masih lesu di tengah tutup-buka pembatasan dan penguncian lokal. Di samping, terdapat negara-negara yang mulai merangkul pengujian untuk mempersingkat atau menghapus karantina bagi penumpang pesawat yang datang.
Sementara itu, vaksin pertama diharapkan tersedia dalam beberapa bulan mendatang. Hal itu mendorong serentetan gerakan berbasis teknologi untuk merancang mekanisme guna memantau kredensial COVID-19 para pelancong. Juga, memerangi klaim palsu dari orang-orang yang sangat ingin terbang.
Â
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Diakses Secara Gratis
Kepala Bagian Penumpang dan Produk Keamanan IATA, Alan Murray Hayden, mengatakan bahwa tujuan grup tersebut adalah membuat orang mengudara lagi dan akan senang bekerja sama dengan penyedia lain.
Travel Pass akan diakses gratis untuk pelancong dan pemerintah dengan maskapai penerbangan membayar sedikit biaya per penumpang untuk menggunakan layanan tersebut. Ini akan didasarkan pada sistem Timatic IATA yang sudah lama digunakan untuk memverifikasi dokumen.
"Aplikasi tersebut akan menggunakan teknologi blockchain dan tak akan menyimpan data," kata Hayden.
Kelompok industri telah melakukan diskusi positif seputar penggunaan perangkat lunak dan mengharapkan negara lain untuk ikut serta. Meski rencana IATA masih dalam pengembangan, aplikasi Common Pass yang dikembangkan Forum Ekonomi Dunia dan Yayasan Proyek Commons nirlaba telah diuji pada penerbangan antara London dan New York.
Sementara, AOKpass dari firma keamanan perjalanan International SOS digunakan antara Abu Dhabi dan Pakistan.
United Airlines, yang melakukan uji coba Amerika Serikat-Inggris, mengatakan akan memperpanjang pengujian COVID-19 ke penerbangan dari Houston ke tujuan di Amerika Latin dan Karibia. Penumpang dapat mengikuti tes pengumpulan sendiri, mail-in, memungkinkan mereka memulai liburan atau pertemuan segera pada saat kedatangan.
Perlombaan sedang berlangsung untuk menetapkan standar global dan menyebarkan teknologi sehingga industri perjalanan dapat bangkit kembali, kata salah satu pendiri International SOS Arnaud Vaissie dalam sebuah wawancara.
"Ada permintaan terpendam yang sangat besar," katanya. "Ada juga ketakutan yang luar biasa tentang bepergian dan inilah yang kami coba atasi."
Advertisement