Meski Pandemi, Voice Over Hingga Dubbing Jadi Potensi Besar Jasa Penerjemah

Bisnis jasa penerjemah ini terbukti bisa bertahan di tengah pandemi Covid-19.

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Feb 2021, 16:44 WIB
Diterbitkan 10 Feb 2021, 01:17 WIB
Meski Pandemi, Voice Over Hingga Dubbing Jadi Potensi Besar Jasa Penerjemah
Meski Pandemi, Voice Over Hingga Dubbing Jadi Potensi Besar Jasa Penerjemah. foto: istimewa

Liputan6.com, Jakarta -  Sampai saat ini tak banyak yang tahu peluang besar dari sebuah bisnis jasa yang ditawarkan agency bahasa. Katagonia Language Solution misalnya. Lembaga yang sudah sejak tujuh tahun lalu ini punya dua jenis bisnis besar dalam jasa penyedia penerjemah yang tak banyak penyedia jasa serupa hadir di Indonesia. Dua jenis bisnis ini masing-masing adalah juru bahasa (interpereter) dan penerjemah (translator).

"Juru bahasa adalah yang biasa menerjemahkan langsung dalam sebuah seminar, sedangkan penerjemah ini biasanya menerjemahkan dokumen, legal atau perusahaan. Dan yang sedang tren dari jasa penerjemah belakangan ini adalah localization," ujar Co-founder Katagonia Language Solution, Sony Novian di Jakarta, Selasa (10/2).

Localization ini dijelaskan Sony adalah materi bahasa asing yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan disesuaikan dengan kondisi Indonesia. Dan kebalikannya adalah internationation, yakni upaya menerjemahkan bahasa Indonesia ke bahasa Inggris yang disesuaikan dengan kondisi luar negeri.

"Misalnya materi marketing sebuah mobil produk China, dimana di negeri asalnya mobil tersebut pangsa pasarnya para pekerja, tapi di Indonesia pangsa pasarnya keluarga," tutur lulusan Prof. DR. Moestopo (Beragama) jurusan Hubungan Internasional ini.

Pria yang mendirikan Katagonia bersama kawannya, Adonia Butar Butar pada 2013 ini menyebut, selain punya peluang yang masih sangat besar, bisnis jasa penerjemah ini terbukti bisa bertahan di tengah pandemi Covid-19.

"Sempet sih di awal pandemi kaget, khawatir akan kena imbasnya. Tapi ternyata pekerjaan tetap harus jalan, lembaga donor juga harus terus jalan, penanggulangan Covid-19 juga masih harus terus, apalagi kan di awal-awal sering up to date terus. Sebelum pandemi kita cukup banyak pekerjaan, tapi di masa pandemi pun lumayan padat, walau memang 80 persen kita kerjakan dari rumah," papar Sony.

Dan pengguna jasanya pun tak hanya dari kalangan formal saja, bahkan kini sudah merambah pada acara-acara pribadi dan sosial kemasyarakatan. "Jadi penerjemah di acara nikahan beda bangsa, arisan sosialita sampai demo kecantikan dan fashion," ungkap pria lulusan Hubungan Internasional (HI) Universitas Moestopo (Beragama) ini.

Melihat perkembangan itu, maka tak salah jika dirinya menilai peluang bisnis ini tak main-main dan mampu menjadi sumber penghasilan yang bisa diandalkan. Namun sayangnya, belum banyak dilirik, terutama oleh anak-anak muda di kampus.

Meski Pandemi, Voice Over Hingga Dubbing Jadi Potensi Besar Jasa Penerjemah
Meski Pandemi, Voice Over Hingga Dubbing Jadi Potensi Besar Jasa Penerjemah. foto: istimewa

"Inilah yang jadi konsern Katagonia ke depannya. Memperkenalkan jika industri ini bagus dan berpotensi, punya penghasilan yang bagus juga. Kita ingin ekspansi ke kampus-kampus, buka magang dan training bagi mahasiswa, bikin co-working space khusus bagi penerjemah dan kantor perwakilan di Asia Tenggara," beber Sony.

Ia pun telah memetakan sejumlah peluang baru dari bisnis jasa ini. Voice over, subtittle dan dubing film atau sinetron adalah peluang lain yang dirasanya masih sangat terbuka lebar untuk dimasuki. Sony mengaku tak khawatir jika nantinya buah upayanya mensosialisasikan potensi bisnis ini akan memunculkan pemain baru yang bertumbuhan bak jamur di musim hujan.

"Malah semakin besar pangsa pasarnya. Karena banyak yang belum mengetahui jasa ini. Apalagi pemerintahan pak Jokowi saat ini mewajibkan pejabat untuk berbahasa Indonesia saat pidato di depan siapa pun. Ada Keppres-nya lho," tandas pria yang pernah jadi penerjemah saat Presiden AS, Barrack Obama pidato di Universitas Indonesia (UI) dalam rangkaian kunjungannya ke Indonesia.

Saat ini, diperkirakan Sony, ada sekitar 2.000 penerjemah yang tergabung dalam Himpunan Penerjemah Indonesia (HPI). Jumlah itu belum termasuk penerjemah yang bekerja secara independen.

"Buat para mahasiswa di bangku kuliah, mulailah berpikir akan profesi ini. Jangan anggap pekerjaan ini sampingan saja. Potensi besar masih menunggu dari profesi ini," pungkas Sony.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya