Liputan6.com, Jakarta - Program Ford Global Fellows 2021 kembali digelar. Sebanyak 48 orang terpilih untuk bergabung dalam program yang bertujuan untuk mengidentifikasi dan menghubungkan para pemimpin baru dari seluruh dunia tersebut untuk memajukan ide-ide dan solusi inovatif guna memerangi segala bentuk ketimpangan sosial, terutama yang terjadi di masa pandemi Covid-19.
Indonesia diwakili enam orang, yakni Aisyah Ardani, Dicky Senda, Aristofani Fahmi, Dhyta Caturani, Devi Anggraini, dan Sely Martini. Mereka berasal dari berbagai latar belakang, bidang, dan pendekatan untuk mengatasi ketimpangan sosial.
Regional Director Ford Foundation Jakarta, Alexander Irwan, mengatakan bahwa mereka akan mengadvokasi hak bagi perempuan dan anak perempuan, mengamankan hak bagi masyarakat adat dan tradisional, hingga meningkatkan kekuatan politik dan ekonomi penyandang disabilitas.
Advertisement
Baca Juga
"Para fellows terpilih hadir sebagai pemimpin yang mengambil pengalaman hidup mereka dalam menjawab tantangan ketimpangan," ujar Irwan dalam siaran pers yang diterima Liputan6.com, Selasa, 19 Oktober 2021.
Irwan berkata, mereka akan menerima tunjangan sebesar 25 ribu dolar AS atau setara Rp352 juta untuk mendukung program mereka dalam mengatasi ketimpangan sosial. Direktur Ford Global Fellowship, Adria Goodson menyebut pihaknya mendukung para pemimpin sosial baru dari seluruh dunia dalam membangun institusi jaringan agar aksi yang mereka buat dapat dilakukan secara berkelanjutan.
"Kami mengembangkan dan memperluas program Ford Global Fellows secara lebih cepat karena momen krisis ini membutuhkan komitmen yang lebih berani untuk menciptakan masa depan yang lebih adil dan berkesetaraan," kata Goodson. Berikut profil singkat keenam fellow tersebut.
1. Devi Anggraini
Devi Anggraini adalah Ketua Umum Perempuan Aman Bogor, Jawa Barat. Dia berasal dari komunitas Taluk, sebuah suku asli di Kepulauan Sumatera, Indonesia. Devi telah bekerja selama lebih dari 22 tahun untuk gerakan masyarakat adat di Indonesia, yang berfokus pada perempuan adat.
Ia terlibat dalam pendirian Yayasan Hakiki yang mendukung dan mempromosikan gerakan masyarakat adat dan perempuan adat di Provinsi Riau, bernama AMAR (Aliansi Masyarakat Adat Riau) dan PEREMPUAN AMAN, yang memfasilitasikan perempuan adat untuk mengatur diri, membangun pengetahuan dan memastikan hak-hak mereka.
2. Aristofani Fahmi
Aristofani Fahmi, yang berbasis di Riau adalah direktur program grup musik Riau Rhythm dan sekretaris jenderal Asosiasi Artis Riau (ASERI). Ia adalah inisiator dan pemimpin redaksi di Indonesia World Music Series yang mendorong musisi tradisional dan peneliti musik muda di Indonesia untuk mendokumentasikan dan melaporkan fenomena musik tradisional di situs web.
Sebagai direktur program, ia mengelola kolaborasi musik dengan hampir 200 musisi, baik modern maupun tradisional, yang menjadi terbesar di Provinsi Riau. Sekarang, ia mendedikasikan hidup dan aktivitasnya untuk menggemakan apa yang dihadapi seniman tradisional dan lokal saat ini, yaitu ketimpangan atau, lebih buruk lagi, kepunahan.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
3. Sely Martini
Ia adalah co-director Visi Integritas, sebuah perusahaan yang mendukung sektor bisnis dan publik dalam menegakkan budaya transparansi, akuntabilitas, integritas, dan antikorupsi yang mengubah organisasi dari dalam. Sejak didirikan pada 2019, perusahaan telah menyiapkan sistem manajemen anti-suap untuk beberapa kementerian, universitas, dan perusahaan milik negara.
Untuk mempertahankan gerakan antikorupsi, Sely mendirikan Rumpun Indonesia, sebuah organisasi yang dipimpin perempuan yang mengkampanyekan perubahan budaya yang mempromosikan integritas. Rumpun mengembangkan gerakan anti-korupsi dengan mengedukasi orangtua, siswa, dan guru tentang integritas.
4. Dicky Senda
Ia adalah penulis dan aktivis pangan dari Mollo, Timor Tengah Selatan, Indonesia. Ia telah menerbitkan buku puisi, Cerah Hati (2011), dan kumpulan cerpen Kanuku Leon (2013) dan Hau Kamelin & Tuan Kamlasi (2015).
Ia pernah diundang ke Makassar International Writers' Festival (2013), Salihara Literary Biennale (2015), ASEAN Literary Festival 2016, Ubud Writers & Readers Festival 2017 dan Melbourne Writers Festival 2018. Saat ini, Dicky tinggal di Desa Taiftob di Pegunungan Mollo, Kabupaten Timor Tengah Selatan.
Ia juga mengelola Lakoat Kujawas, yang terdiri dari komunitas seni, perpustakaan komunitas, sekolah adat, laboratorium pangan, arsip dan ruang pengolahan hasil pertanian. Sebagian besar keuntungan dari usaha sosial ini diinvestasikan kembali untuk mendukung kelas menulis kreatif, kelas menenun, dan petani perempuan muda di wilayah Mollo.
Advertisement
5. Dhyta Caturani
Dhyta adalah pendiri PurpleCode Collective, sebuah kolektif feminis yang berfokus pada isu-isu interseksional antara feminisme dan teknologi serta mencegah dan merespons kekerasan berbasis gender online, serta membantu para korban. Kolektif ini membuka Reading–Hacking–Making, ruang feminis pertama di Indonesia yang menyediakan ruang aman dan berani bagi perempuan, anak perempuan, dan non-konformis gender untuk secara kolektif menetaskan ide dan kolaborasi dalam kesetaraan dan teknologi gender.
6. Aisyah Ardani
Aisyah adalah spesialis inklusif di Yayasan BINTARI, sebuah LSM nasional Indonesia yang bekerja untuk masyarakat yang tangguh dan berkelanjutan. Melalui Program Adaptasi Iklim Inklusif BINTARI, Aisyah mendukung lebih dari 1.000 orang yang paling berisiko, termasuk 300 penyandang disabilitas, untuk membangun matapencarian adaptif dan kesiapsiagaan bencana.
Aisyah turut menggagas Majelis Pengajian Difabel, forum diskusi Islam disabilitas pertama di Jawa Tengah yang mengadvokasi kesetaraan bagi penyandang disabilitas. Melalui forum ini, ia memimpin tim sukarelawan untuk mendukung 400 anggota penyandang disabilitas dan mengembangkan alat bantu yang inovatif bagi penyandang tunarungu.
Sebelumnya, ia berperan sebagai enumerator di Perhimpunan Perempuan Penyandang Disabilitas Indonesia, berhasil menghasilkan tinjauan kritis terhadap empat peraturan berjalan yang berkontribusi pada laporan bayangan CEDAW-CRPD untuk PBB.
Infografis 5 Poin Penting Cegah Penularan Covid-19 pada Anak
Advertisement