Basa-basi Komitmen G-20 Tekan Kenaikan Pemanasan Global 1,5 Derajat Celcius

G-20 merupakan penyumbang 80 persen dari emisi karbon dunia.

oleh Liputan6.com diperbarui 02 Nov 2021, 07:00 WIB
Diterbitkan 01 Nov 2021, 10:03 WIB
Basa-basi Komitmen G-20 Tekan Kenaikan Suhu Global 1,5 Derajat Celcius
Para pemimpin negara G-20 berpose dalam of World Leaders Summit di La Nuvola, Roma, Italia, pada 30 Oktober 2021.(dok. Erin SCHAFF / POOL / AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Hasil pertemuan KTT G-20 yang diselenggarakan di Roma, Italia, menyatakan berkomitmen untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri. Pertemuan ini berlangsung pada 30--31 Oktober 2021.

Melansir CNN, Senin (1/11/2021), para pemimpin negara G-20 sepakat tentang pengendalian perubahan iklim. Seluruh pimpinan negara menyatakan berkomitmen untuk mengakhiri pembiayaan batu bara pada akhir tahun untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri.

Kelompok G-20 diketahui menyumbang 80 persen emisi dunia. Negara-negara itu meliputi Argentina, Australia, Brazil, Canada, China, Uni Eropa, Prancis, Jerman, India, Indonesia, Italia, Jepang, Meksiko, Rusia, Arab Saudi, Afrika Selatan, Korea Selatan, Turki, Inggris, dan Amerika Serikat. 

Mereka mengakui bahwa anggota G20 dapat berkontribusi secara signifikan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca global dan berkomitmen untuk mengambil tindakan lebih lanjut pada dekade ini. Jika perlu, mereka menjanjikan pengurangan emisi pada 2030.

Dalam pernyataan terakhir, para pemimpin negara mengatakan mereka akan mempercepat tindakan untuk mencapai emisi nol bersih sekitar pertengahan abad. Para pemimpin pertama kalinya mengakui bahwa rencana pengurangan emisi para anggota. Kontribusi yang ditentukan secara nasional (NDC) perlu dipertegas agar mencapai nol bersih pada 2050.

Meski begitu, hasil akhir dari komunike atau pernyataan resmi tidak menunjukkan komitmen yang tegas. Mereka gagal menentukan penggunaan terakhir batu bara. Dengan kata lain, kesepakatan itu tidak memperbaiki masalah apa pun untuk mengatasi krisis iklim, seperti pembiayaan iklim dan membuka jalan untuk negosiasi di KTT COP26 di Glasgow hari ini.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Usulan China

Presiden Joko Widodo atau Jokowi
Presiden Joko Widodo menyampaikan pidatonya pada sesi KTT G20 yang membahas soal ekonomi dan kesehatan global di La Nuvola, Roma, Italia, Sabtu (30/10/2021). (Foto: Sekretariat Negara)

China, yang merupakan negara dengan pencemaran terbesar di dunia dan Rusia telah mendorong target tersebut hingga 2060. Namun, Presiden China, Xi Jinping, dan Presiden Rusia, Vladimir Putin, tidak menghadiri pertemuan tersebut secara langsung, tetapi hanya lewat video.

Dilansir dari BBC, Putin mengatakan bahwa rencananya tidak hanya mencapai netralitas karbon, tetapi untuk memastikan bahwa dalam tiga dekade ke depan, jumlah emisi gas rumah kaca di Rusia lebih rendah daripada tetangga di Uni Eropa.

"Kami menyadari bahwa dampak perubahan iklim pada 1,5 derajat Celcius jauh lebih rendah daripada 2 derajat," tulis pernyataan bersama G20 pada pertemuan tersebut.

"Menjaga 1,5 derajat dalam jangkauan akan membutuhkan tindakan dan komitmen yang efektif dan komitmen untuk semua negara, dengan mempertimbangkan pendekatan yang berbeda, melalui pengembangan jalur nasional menyelaraskan ambisi jangka panjang serta tujuan jangka pendek dan menengah, dan dengan kerja sama internasional dan dukungan, termasuk keuangan dan teknologi, konsumsi dan produksi yang berkelanjutan dan bertanggung jawab sebagai pendukung penting, dalam konteks pembangunan berkelanjutan," sambung pernyataan itu.

 

 

Kritik Global

Ilustrasi Bumi
Ilustrasi Bumi. (dok. Pixabay.com/skeeze)

Perjanjian G20 ini menegaskan kembali komitmen negara-negara kaya untuk mentransfer 100 miliar dolar Amerika Serikat per tahun dalam pendanaan iklim ke Global South, perjanjian yang belum sepenuhnya terpenuhi. Sebuah laporan dari kepresidenan COP26 menunjukkan bahwa dunia tidak akan memenuhi target ini sampai 2023.

Mohamed Adow, direktur energi iklim think tank Power Shift Africa mengatakan bahwa pesan yang disampaikan dari pertemuan G20 ‘lemah’.

"Pernyataan ‘lemah’ dari G20 inilah yang terjadi ketika negara-negara berkembang yang menanggung kekuatan krisis iklim dikucilkan. Ekonomi terbesar dunia secara komprehensif gagal menempatkan perubahan iklim pada agenda teratas menjelang COP26 di Glasgow," ujar Adow.

Beberapa analisis menunjukkan, saat ini kontribusi beberapa negara belum mencapai tujuan nol bersih pada pertengahan abad. Nol bersih mengacu mengurangi emisi gas rumah kaca sebanyak mungkin, hingga suatu negara menyerap jumlah emisi yang sama dari atmosfer, dengan apa yang dikeluarkan.

Menurut para ilmuwan, dunia harus mengurangi separuh emisi pada dekade ini agar bisa mencapai emisi nol bersih pada 2050. Dengan demikian, bisa menahan pemanasan global hingga 1,5 derajat Celcius.

(Gabriella Ajeng Larasati)

Bumi Makin Panas

Infografis: Bumi Makin Panas, Ancaman Nyata Bagi Manusia (Liputan6.com / Abdillah)
Infografis: Bumi Makin Panas, Ancaman Nyata Bagi Manusia (Liputan6.com / Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya