Mencari Ketenangan di Masa Pandemi Lewat Wellness Tourism

Wellness Tourism adalah konsep wisata yang memberikan pengalaman wisata yang memungkinkan seseorang mendapatkan kesejahteraan fisik.

oleh Liputan6.com diperbarui 27 Feb 2022, 02:09 WIB
Diterbitkan 24 Feb 2022, 07:22 WIB
Pergi ke Tempat Wisata
Ilustrasi Pergi ke Pantai Credit: pexels.com/Adrianna

Liputan6.com, Jakarta - Pandemi Covid-19 belum juga berlalu. Bahkan kasus harian Covid-19 dalam beberapa minggu belakangan ini melonjak tajam akibat munculnya varian baru omicron. Padahal sebelumnya, masyarakat bisa sedikit bernapas lega kala mendapati angka penurunan signifikan di bulan November – Desember 2021 lalu.

Sayangnya, kini kecemasan itu kembali hadir karena varian baru yang disebut lebih menular ini. Dampaknya, harapan masyarakat untuk kembali hidup normar kembali pupus. Apalagi kini pemerintah juga kembali membatasi kegiatan hingga kembali menerapkan kebohakan PPKM level tiga di beberapa kota seperti Jakarta dan Bandung.

Namun, tak bisa dimungkiri kebijakan ini menimbulkan lagi rasa bosan dan penat yang seakan tak berujung. Padahal, sejumlah penelitian menunjukkan bahwa kesepian dan mengisolasi diri selama pandemi turut menjadi pemicu gangguan kesehatan mental yang banyak dialami oleh mereka yang masih tergolong di dalam kelompok usia produktif.

Merespon hal tersebut, Bobobox menggelar sesi diskusi virtual pada 21 Februari 2022 bersama Prita Yulia Maharani, seorang psikolog klinis yang saat ini tengah aktif memberikan sesi konseling online melalui aplikasi Riliv dengan mengangkat tema ‘Building Resilience Through Wellness Tourism’.

Di sana Prita menuturkan keresahannya. Katanya meskipun banyak yang menyadari mengenai isu kesehatan mental, namun keinginan masyarakat untuk mengunjungi fasilitas konsultasi psikolog justru masih mini. Hal ini tak lepas dari stigma yang sudah mengakar dengan mendefinisikan bahwa mereka yang pergi ke fasilitas psikologi adalah orang yang memiliki penyakit kejiwaan.

“Padahal, munculnya rasa cemas berlebihan, rasa ketidakamanan (insecure), insomnia hingga terbangun tiba-tiba di tengah tidur merupakan beberapa gejala yang mengindikasikan bahwa seseorang tengah mengalami gangguan mental dan perlu segera mengunjungi fasilitas psikolog,” terang Prita.

Akhirnya perubahan dan ketidakpastian yang terjadi seiring pandemi COVID-19 turut memunculkan fenomena baru seperti pandemic fatigue seiring dengan burnout yang juga kerap dialami para pekerja. Hal tersebut tentunya menjadi ancaman baru bagi kesehatan mental masyarakat saat ini.

Sehingga Wellness Tourism, sebuah konsep wisata yang bertujuan untuk memberikan pengalaman wisata yang memungkinkan seseorang mendapatkan kesejahteraan fisik, psikologi, dan spiritual, pun hadir sebagai alternative dan solusi bagi masyarakat.“Wisata wellness memungkinkan seseorang untuk me-recharge atau mengembalikan energinya kembali, sehingga dapat membantu seseorang untuk lebih siap dan memiliki resiliensi dalam kembali menghadapi pandemi,” tambahnya. 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Pengalaman Relaksasi

Mencari Ketenangan di Masa Pandemi Lewat Wellness Tourism
Mencari Ketenangan di Masa Pandemi Lewat Wellness Tourism. foto: istimewa

Untuk mencari ketenangan melalui wisata wellness, Prita juga menyarankan bagi siapapun yang sedang melakukan hal itu agar berusaha meminimalisir interaksinya dengan dunia luar yang kerap dilakukan melalui gawai dan fokus untuk mencari ketenangan diri sendiri. “Meskipun begitu, frekuensi dan durasi wisata yang diperlukan oleh masing-masing individu sendiri berbeda, mengingat masing-masing individu memiliki rutinitas, beban, dan kesibukan yang juga berbeda-beda satu sama lain,” tutur Prita.

Di sisi lain, sebagai sebuah perusahaan rintisan yang memiliki visi untuk menjadi the world’s finest sleeping lifestyle company, Bobobox sendiri juga telah melakukan usaha untuk meningkatkan pengalaman relaksasi bagi pelanggan.

“Pada Februari 2021, kami meluncurkan Bobocabin, sebuah produk akomodasi dari Bobobox dengan konsep elevated camping yang mengusung pengalaman baru berkemah dengan memadukan penggunaan teknologi Internet of Thing (IoT) dan keindahan alam sekitar”, ungkap CEO Bobobox Indra Gunawan.

Indra mengungkapkan bahwa Bobocabin berawal dari analisisnya terhadap fenomena camping di alam terbuka dan kebutuhan masyarakat akan kenyamanan dan fasilitas penunjang guna memberikan pengalaman relaksasi yang lebih baik.

Di samping itu, tiap kabin juga sudah dilengkapi dengan fasilitas modern dengan dukungan teknologi IoT untuk mengontrol fitur-fitur yang ada didalamnya, seperti smart window, lampu, pintu dan Bluetooth Audio Speaker yang bisa dikendalikan langsung dari ponsel pengunjung.

Sejalan dengan rencana Bobobox untuk menjadi lokomotif baru di industri pariwisata, ke depannya Bobobox berupaya untuk mendukung pengembangan potensi wellness tourism di Indonesia, terutama melalui produknya, Bobocabin.Pada 2022, Bobobox sendiri telah berencana untuk membangun Bobocabin di sejumlah lokasi baru.

4 Unsur Wisata Ramah Lingkungan atau Berkelanjutan

Infografis: 4 Unsur Wisata Ramah Lingkungan atau Berkelanjutan
Infografis: 4 Unsur Wisata Ramah Lingkungan atau Berkelanjutan
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya