6 Fakta Menarik Nabire Papua, Punya Air Terjun 7 Tingkat nan Indah

Kabupaten Nabire di Papua punya beragam kawasan wisata alam yang menarik, seperti Air Terjun Bihewa yang ketinggiannya kurang lebih 40 meter.

oleh Henry diperbarui 31 Mei 2022, 08:05 WIB
Diterbitkan 31 Mei 2022, 08:03 WIB
Desa Bomopoi di Distrik Yaro, Kabupaten Nabire, Provinsi Papua. (Vina/Liputan6.com)
Desa Bomopoi di Distrik Yaro, Kabupaten Nabire, Provinsi Papua. (Vina/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Nabire adalah kabupaten di Provinsi Papua, Indonesia, yang berbatasan dengan provinsi Papua Barat. Ibu kota kabupaten ini terletak di punggung pulau Irian, yakni distrik Nabire. Jumlah penduduk Nabire pada 2021 tercatat berjumlah 172.960 jiwa.

Kabupaten Nabire terletak di kawasan Teluk Cendrawasih Provinsi Papua dan Samudra Pasifik. Berada di atas tiga lempengan bumi, kawasan ini rawan diguncang gempa bumi. Salah satunya terjadi pada 6 Februari 2004, disusul gempa berskala 7,2 skala Richter pada 26 November 2004 di Nabire.  

Tentu bukan itu saja hal-hal menarik dari Nabire. Berikut enam fakta menarik seputar Kabupaten Nabire yang dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber.

1. Sejarah Nama Nabire

Ada beberapa versi asal dan arti kata Nabire. Berdasarkan cerita dari Suku Wate, kata “Nabire” berasal dari kata “Nawi”, yaitu kondisi alam Nabire yang dulunya banyak terdapat jangkrik, terutama di sepanjang kali Nabire. Lama kelamaan kata “Nawi” mengalami perubahan penyebutan menjadi Nawire dan akhirnya menjadi “Nabire”.

Menurut versi suku Yerisiam, Nabire berasal dari kata “Navirei” yang artinya daerah ketinggalan atau daerah yang ditinggalkan. Penyebutan Navirei muncul sebagai nama suatu tempat digelarnya pesta pendamaian antara suku Hegure dan Yerisiam.

Pengucapan Navirei kemudian berubah menjadi Nabire yang secara resmi dipakai untuk menamai daerah tersebut. Penetapannya dilakukan oleh Bupati pertama, yaitu almarhum AKBP Surojotanojo.

Versi lain suku ini bahwa Nabire berasal dari Na Wyere, yang artinya daerah kehilangan. Pengertian ini berkaitan dengan terjadinya wabah penyakit yang menyerang penduduk setempat, sehingga banyak yang meninggalkan Nabire hingga daerah itu menjadi sepi. Lambat laun penyebutan Na Wyere berubah menjadi Nabire.

Versi lain dari suku Hegure adalah Nabire berasal dari Inambre yang artinya pesisir pantai yang ditumbuhi oleh tanaman jenis palem-palem seperti pohon sapu ijuk, pohon enau hutan, pohon nibun dan jenis pohon lainnya. Akibat adanya hubungan/komunikasi dengan suku-suku pendatang, lama kelamaan penyebutan Inambre berubah menjadi Nabire.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2. Ikan Pasir

Kepulauan Moora di Nabire, Papua
Kepulauan Moora di Nabire, Papua.  foto: Instagram @echan_ansanay

Pulau-pulau kecil di Kepulauan Moora, kawasan Teluk Cendrawasih, Nabire, memiliki ikan unik. Masyarakat Pulau Mambor menyebutnya ikan pasir karena suka bersembunyi dengan cara membenamkan diri di dalam pasir ketika merasa terancam.

Ikan ini hidup di laut berkarang dan berpasir dengan kedalaman satu hingga 90 meter. Ikan pasir ini juga menghuni daerah dangkal yang jernih dengan dasar berpasir, biasanya di sekitar padang lamun dan karang.

Ikan ini memiliki panjang 15 hingga 20 cm dengan bagian depan kepala membentuk ujung yang tajam. Moncongnya sangat tumpul dan mulut seperti ikan kakatua. Oleh masyarakat Mambor, Distrik Kepulauan Moora, Nabire, ikan pasir ditangkap untuk dikonsumsi.

Biasanya ikan ditangkap pada saat air surut. Untuk mencari ikan ini dibutuhkan pengetahuan khusus, dengan melihat tanda-tanda di permukaan pasir terdapat batu-batu karang kecil sebagai penanda sarang ikan ini. Ada kepercayaan bahwa jika perempuan belum bisa menangkap ikan ini, dianggap belum layak menikah.

3. Pulau Kapotar

Kementan
Ilustrasi Pulau Kapotar di Kabupaten Nabire, Provinsi Papua. (dok. Kementan)

Pulau Kapotar merupakan wilayah Kampung Mambor, Distrik Kepulauan Moora, Kabupaten Nabire, Papua. Pulau Kapotar oleh warga Mambor dijadikan sebagai pulau lumbung pangan. Perairannya tempat mencari hasil laut, sementara daratannya sebagai tempat berkebun, berburu tikus tanah dan burung maleo dan mengambil hasil hutan lainnya.

Perairannya kaya biota laut berbagai jenis, daratannya ditumbuhi pohon kelapa, pisang, sukun, sagu, pinang, melinjo, nanas, matoa, langsat, durian dan tanaman umbi-umbian.

Ada ungkapan di Pulau Mambor, "Ikan belum mati satu jam sudah dimakan." Begitulah, karena ikan yang dimaksud masih segar. Hasil tangkapan warga pun selektif. Hanya ikan berukuran besar atau ukuran konsumsi (hasil memancing atau balobe -menangkap ikan pada malam hari saat air surut), sedangkan ikan kecil dilepas, dibiarkan, dan tidak diambil.

4. Konservasi Penyu

Antusian Anak-Anak Meksiko Lepas Penyu Sisik ke Lautan
Ilustrasi konservasi penyu. (AP Photo/Marco Ugarte)

Sejak beberapa dekade terakhir, populasi penyu di dunia menyusut sangat cepat, lantaran dampak perburuan telur ilegal oleh para tangan-tangan nakal. Sebuah kawasan wisata berbasis konservasi penyu dibuka di Kabupaten Nabire sebagai upaya penyelamatan hewan reptil ini

Dengan adanya ekowisata, masyarakat diarahkan mengalihkan aktivitasnya dari kegiatan eksploitasi. Ekowisata itu bekerja sama dengan warga Kampung Makimi, Distrik Makimi Nabire bersama Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Nabire.

Di kampung Makimi, ada Kelompok Konservasi Penyu yang merupakan binaan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Nabire yaitu Kelompok Sadar Konservasi Penyu Kampung Makimi, Kabupaten Nabire. Kelompok ini mendapat perhatian serius dari pemerintah, seperti kunjungan Bupati Nabire ke kawasan ini pada pertengahan 2018 lalu, sekaligus melepas 200 anak penyu.

Kampung Makimi nantinya diharapkan bisa menjadi kampung wisata penyu yang secara sosial dan ekonomi dapat memberikan manfaat secara maksimal bagi kesejahteraan masyarakat dengan tetap mengedepankan sisi perlindungan dan kelestarian penyu.

5. Wisata Nabire

Raline Shah
Raline Shah berenang bersama dengan hiu paus di Nabire, Papua. Ia menyebutnya berkencan dengan hiu paus (Dok.Instagram/@ralineshah/https://www.instagram.com/p/B-XUQAvg8uj/Komarudin)

Salah satu kekayaan alam andalan Nabire adalah deretan pantai indah yang memukau. Ada Pantai Monalisa yang diambil dari nama pemilik sebuah resor terkenal di kawasan Nabire yang lokasinya tak jauh dari pantai.

Daya tarik utama pantai ini terletak pada pemandangannya yang khas dan masih alami. Anda juga akan melihat ada sebuah jembatan yang tiap sisinya terdapat bale yang dapat digunakan oleh para wisatawan untuk bersantai.

Ada Pantai Gedo yang hanya memerlukan waktu sekitar 20 menit saja berkendara dari pusat Kota Nabire. Hamparan pasir pantai yang berwarna putih dan lembut langsung menyambutmu saat tiba di lokasi.

Bagi Anda yang ingin berenang sekaligus melihat hiu secara langsung, wajib mengunjungi Pantai Sowa di Nabire. Pantai ini dikenal dengan hiunya yang jinak. Untuk melihat hiu-hiu tersebut, Anda harus menyeberang pulau terlebih dahulu dan meminta bantuan penduduk setempat. Itu karena hanya merekalah yang dapat memanggil hiu.

Selain hiu, daya pikat lain dari Pantai Sowa adalah luas bibir pantainya mencapai 10 kilometer. Air lautnya juga sangat jernih dan alami.

Ada juga Air Terjun Bihewa yang mempunyai ketinggian kurang lebih 40 meter dan memiliki tujuh tingkat. Tingkat yang paling mudah dan banyak dikunjungi wisatawan adalah tingkat kedua. Di tingkat kedua ini kita sudah dapat melihat pemandangan yang asri dan sangat hijaunya pepohonan serta nyaman.

Namun, perlu perjuangan untuk mencapai puncaknya karena harus melewati banyak rintangan seperti pohon raksasa dan batu besar yang menutupi jalan. Air Terjun Biweha merupakan air terjun yang tertinggi di Tanah Papua.

6. Kuliner Khas Nabire

Tepung Sagu
Ilustrasi tepung sagu/credit: Freepik.com

Nabire punya beberapa kuliner khas, terutama dari Pulau Mambor. Salah satunya adalah pisang dan keladi masak santan. Cara memasak pisang dan keladi yaitu pisang tanduk dan keladi direbus menggunakan santan kelapa dengan bumbu garam, direbus sampai air santan habis.

Rasanya sangat gurih. Menu ini disajikan dengan tumisan daun pepaya. Walaupun berbahan daun pepaya, dijamin tidak pahit.

Kuliner lainnya adalah kerang laut yang direbus. Olahan kerang lainnya yaitu dimasak dalam bambu. Kerang dipecah, diambil dagingnya, kemudian daging kerang dimasukan dalam bambu, dan dipanaskan dalam bara api. Bahkan ada kerang instan, yaitu sejenis kerang yang hanya didapatkan di telaga air asin di tengah Pulau Kapotar, kerang disiram air panas, dibiarkan sebentar, langsung dimakan, rasanya sangat manis, tidak amis.

Kuliner unik lainnya yaitu pisang tongkat langit yang dibakar, dimakan dengan kelapa tua mentah, tanpa diparut, kelapa tua langsung dimakan. Kuliner lainnya yaitu tepung sagu kering dicampur dengan ulat sagu, dibungkus daun sagu kemudian dipanaskan di bara api.

Lemak ulat sagu akan meresap dalam tepung sagu, menjadikan rasa khas yang gurih, walaupun tanpa bumbu. Resep alami ini membuat orang Mambor berumur panjang. Pada usia 60 tahun, mereka masih kuat berkebun dan melaut dan bahkan banyak yang berusia lebih dari 90 tahun.

Infografis: 4 Unsur Wisata Ramah Lingkungan atau Berkelanjutan
Infografis: 4 Unsur Wisata Ramah Lingkungan atau Berkelanjutan
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya