Liputan6.com, Jakarta - Toraja Utara adalah sebuah kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Ibu kota kabupatennya adalah Rantepao. Kabupaten ini dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2008 yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Tana Toraja.
Kawasan yang kental akan budaya ini memiliki penduduk berjumlah 261.086 jiwa, berdasarkan data resgistrasi penduduk Badan Pusat Statistik Toraja Utara tahun 2021. Kata Toraja sendiri berasal dari bahasa Bugis, yakni "to riaja" yang artinya "orang yang berdiam di negeri atas."
Tentu bukan itu saja hal-hal menarik dari Toraja Utara. Berikut enam fakta menarik seputar Kabupaten Toraja Utara yang dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Selasa, 28 Juni 2022.
Advertisement
Baca Juga
1. Suku Toraja
Suku asli yang mendiami Toraja Utara ialah suku Toraja. Populasi orang Toraja diperkirakan sekitar 1 juta jiwa, dan 500 ribu jiwa di antaranya berada di Kabupaten Toraja Utara, Kabupaten Tana Toraja, dan Kabupaten Mamasa.
Sebagian besar orang Toraja memeluk agama Kristen, sementara sebagian lagi menganut agama Islam dan kepercayaan animisme yang dikenal sebagai Aluk Todolo. Pemerintah Indonesia telah mengakui kepercayaan ini sebagai bagian dari agama Hindu Dharma.
Pada 1909, pemerintah kolonial Belanda menyebut suku ini dengan nama Toraja. Suku Toraja terkenal dengan ritual pemakaman, rumah adat Tongkonan, dan berbagai jenis ukiran kayu khas Toraja. Ritual pemakaman Toraja merupakan peristiwa sosial yang penting, biasanya dihadiri ratusan orang dan berlangsung selama beberapa hari.
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
2. Bori’ Kalimbuang
D Kabupaten di Toraja Utara, ada sebuah situs warisan budaya dunia yang mirip dengan Stonehenge di Inggris, yaitu Bori’ Kalimbuang. Situs megalitikum ini terletak sekitar delapan km sebelah utara Rantepao, tepatnya di Kecamatan Sesean, Toraja Utara.
Tempat ini merupakan hamparan bebatuan zaman megalitikum yang ditancapkan di sebuah lahan. Batu-batu besar (menhir) berdiri tegak pada tanah rumput, membuat visualnya mirip dengan situs batuan Stonehenge di Inggris.
Jumlahnya mencapai 100 dengan ukuran beragam yang terdiri dari 54 menhir kecil, 24 sedang, dan 24 batu berukuran besar. UNESCO juga menetapkannya sebagai salah satu dari sembilan situs warisan budaya dunia.
Bori' Kalimbuang menyuguhkan budaya dan adat Toraja yang lain. Tepat di dalam lokasi Bori' Kalimbuang terdapat area yang disebut Rante Kalimbuang. Area ini biasa dipakai sebagai tempat melakukan upacara penguburan adat seperti Rambu Solo’. Ada juga bangunan saat pemakaman mayat berlangsung, misalnya Lakkian, Sarigan, Balakkayan, dan masih banyak lagi.
Advertisement
3. Kuburan Kete Kesu
Toraja Utara merupakan bagian tak terpisahkan dari sejarah Tana Toraja. Berjarak sekitar lima km dari kota Rantepao, terdapat sebuah komunitas adat Toraja bernama Kete Kesu.
Dilansir dari kanal News Liputan6.com, Kete Kesu merupakan desa wisata yang terkenal di Tana Toraja. Desa Kete Kesu berada di Kampung Bonoran, Kelurahan Tikunna Malenong, Kecamatan Sanggalangi, Toraja Utara.
Di sini, Anda dapat menemukan barisan rumah adat Tongkonan yang berusia lebih dari 300 tahun. Selain itu, terdapat pula peninggalan purbakala berupa kuburan batu berusia ratusan tahun. Para wisatawan bisa melihat langsung kuburan batu dengan didampingi pemandu wisata.Â
Kuburan batu di Gunung Kete Kesu terlihat dipenuhi banyak tengkorak kepala dan tulang rangka manusia. Tulang belulang itu terletak di sejumlah titik. Jasad di dalam rumah batu di tangga dasar Gunung Kete Kesu merupakan makam anggota DPRD pertama Kabupaten Tana Toraja dan penemu kuburan batu di Gunung Kete Kesu.
4. Desa Wisata Lembang Nonongan
Desa Lembang Nonongan di Toraja Utara, Sulawesi Selatan, berhasil meraih Juara 3 sebagai Desa Wisata Terbaik Kategori Konten Kreatif ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021 pada 7 Desember 2021. Ajang tersebut diselenggarakan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).
Desa ini terletak di sekitar kaki Gunung Sopai, Toraja Utara, Sulawesi Selatan. Desa agraris ini menawarkan sejumlah atraksi wisata dari aktivitas keseharian masyarakat. Beberapa di antaranya ada To Mangrengnge Pare, yaitu kegiatan masyarakat menanam padi. Lalu, ada To Ma'lambuk, kegiatan menumbuk padi. Selain itu, ada To Mangrengnge'Utan atau kegiatan memanen hasil hutan.
Ada juga To Mewai, kegiatan masyarakat mengambil air di sungai. Lembang Nonongan juga kaya akan ragam tarian. Ada Pa'Gellu, tarian sukacita yang biasa dipentaskan pada upacara adat. Sementara Pa'randing merupakan tarian adat saat upacara kematian.
Sedangkan untuk kuliner, Lembang Nonongan memiliki kue depatori. Kue tersebut terbuat dari tepung beras yang dicampur dengan gula merah. Hal yang juga tak kalah penting adalah Lembang Nonongan memiliki Tongkongan, rumah adat tertua di Sulawesi Selatan.
Advertisement
5. Kerajinan Tenun
Ada satu ciri khas Tana Toraja yang masih belum sepenuhnya dikenal luas, yakni kain Tenun Paramba. Kain ini merupakan kain tenun khas Toraja yang bisa ditemui di Kampung Sa'dan To'barana.
Sa'dan To'barana adalah kampung wisata yang terletak di Desa Sa'dan Malimbong. Kampung ini berjarak kurang lebih 16 km dari Rantepao. Sa'dan To'barana sudah sejak lama dikenal sebagai kampung sentra penghasil kerajinan tenun. Lokasi persis sentra kerajinan tenun di Sa'dan To'barana ada di Tongkonan Langi Para'pa.
Langi Para'pa adalah salah satu keluarga bangsawan terpandang di Toraja. Kain ini menjadi salah satu oleh-oleh khas Tana Toraja. Kain ini mempunyai ciri khas kombinasi warna-warna cerah. Paramba merupakan hasil tenunan yang memadukan beberapa warna benang dalam satu garis tipis panjang, biasanya berukuran panjang 3--4 meter untuk setiap helai kainnya.
Pewarnaannya menggunakan bahan alami, dan hanya bisa diolah dengan metode manual dan alat tradisional. Warna kain tenun Paramba terinspirasi dari warna alami, seperti jingga, merah, hitam, biru, dan kuning.
6. Kuliner khas Toraja Utara
Tak hanya dikenal kaya akan keragaman budaya, adat istiadat, dan destinasi wisata saja, Toraja Utara juga punya harta karun berupa kuliner khas yang lezat. Ada Pantollo Pamarrasan yang merupakan hidangan seperti rawon khas Toraja Utara. Makanan ini berbahan dasar ikan, tapi sekarang mulai banyak dijumpai yang bahan dasarnya dari belut, sapi, kerbau, atau babi.
Perbedaan Pantolli Pamarrasan dan rawon khas Jawa adalah penggunaan kotokkon yang terkenal pedas. Ada pula Kapurung yang terbuat dari sagu, daging ikan, beserta sayur-sayuran yang terdiri dari kangkung, bayam, labu merah, jantung pisang, dan kacang panjang. Sedangkan daging ikan yang digunakan bisa ikan bandeng atau ikan teri.
Selain itu, ada Dangkot yang dalam bahasa Toraja berarti "daging." Jadi, dangkot ayam artinya hidangan yang terbuat dari daging ayam. Keunikan makanan ini adalah cita rasanya sangat pedas karena menggunakan cabai rawit khas Toraja. Kuliner khas lainnya ada Pa’piong, Palopo, dan Pokon.
Advertisement