Liputan6.com, Jakarta - Skandal ujaran kebencian telah menyebabkan Kanye West tertimpa deretan nasib buruk. Menambah panjang daftarnya, dilaporkan bahwa sekarang tidak ada yang mau memakai sepatu Yeezy milik Ye dan dihakimi karenanya.
Melansir SCMP, Kamis (3/11/2022), bagi pecinta sepatu kets Manuel Cruz, sepatu selalu lebih dari sekadar sesuatu untuk dikenakan. Pembelian cerdas telah menghasilkan penjualan besar bagi kolektor. Cruz pernah menjual lusinan pasang sepatu kets, termasuk beberapa dari merek Yeezy Kanye West, total senilai 24 ribu dolar AS (sekitar Rp376 juta).
Advertisement
Baca Juga
Di antara koleksi Cruz, ada 20 pasang Yeezy total senilai hampir lima ribu dolar AS (sekitar Rp78,4 juta). Tapi, setelah komentar anti-Semit West di Twitter, baru-baru ini, dan langkah Adidas memutuskan hubungan dengannya, pasar penjualan kembali Yeezy, baik alas kaki maupun pakaian jadi, menurun drastis.
Bukti anekdotal dan wawancara dengan pakar ritel menunjukkan bahwa penjual memangkas harga produk terkait West saat mereka bersaing untuk mendapatkan konsumen yang menyusut. Platform barang bekas online, Grailed, menawarkan diskon 30 persen atau lebih untuk item Yeezy pada 25 Oktober 2022.
Di StockX, situs web pesaing, delapan dari 10 sepatu Yeezy paling populer menunjukkan penurunan harga "penjualan terakhir."Â Situasi ini membuat Cruz terguncang. "Sangat sulit untuk mengetahui apa yang harus dilakukan," katanya.
"Karena jumlah yang saya habiskan untuk sepatu itu, saya harus mempertahankannya. Saya hanya duduk menunggu segala hal," imbuhnya. West selama beberapa minggu terakhir telah dijatuhkan beberapa merek karena mengekspresikan pandangan anti-Semit.Â
Mulai Merambah Dunia Mode
Rumah mode mewah Balenciaga dan Gap juga telah mengakhiri kemitraan mereka dengan West. Rapper itu juga telah dijatuhkan oleh agen bakat mega Hollywood CAA. Neil Saunders, seorang analis ritel di perusahaan analitik dan konsultan GlobalData, mengatakan apa yang dilakukan West menyebabkan kerugian bisnis yang luar biasa dan merugikan diri sendiri.
"Itu sangat luar biasa bisa menyebabkan banyak kemitraan berakhir, dan dengan perusahaan-perusahaan terkenal seperti itu juga," kata Saunders. "Mereka adalah merek besar. Mereka harus mengakhiri kemitraan dengan Ye, karena komentar Ye benar-benar di luar moralitas."
Ye mulai berkecimpung dalam bisnis pakaian dan alas kaki di akhir tahun 2000-an, berkolaborasi dengan perusahaan termasuk A Bathing Ape, Louis Vuitton, dan Nike. Kemudian, ia mulai bekerja sama dengan Adidas, yang mulai memproduksi sepatu kets Yeezy pada 2013.
West membuat kesepakatan dengan pengecer pakaian Gap pada 2020 untuk merancang pakaian dewasa dan anak-anak, merilis item pertama kolaborasi mereka pada 2021. Satu item, kaus seharga 90 dolar AS (sekitar Rp1,4 juta), terjual habis hanya dalam beberapa jam.
Advertisement
Tidak Lagi Jadi Miliarder
Keberhasilan mode West telah terbukti menguntungkan. Sebelum komentarnya baru-baru ini, kekayaan bersihnya dipatok sebesar 2 miliar dolar AS (sekitar Rp31,3 triliun) oleh majalah Forbes. Publikasi tersebut mengaitkan 75 persen kekayaan West didapat dari kesepakatan dengan Adidas.
Dengan hilangnya hubungan itu, Forbes mengatakan, West bukan lagi seorang miliarder. Sementara itu, sepatu Yeezy telah selama bertahun-tahun jadi barang yang sangat didambakan. Pasar barang bekas yang berkembang telah memastikan bahwa kolektor yang kehilangan koleksi edisi terbatas dapat mengambil apa yang mereka inginkan di sana dengan harga yang mahal.
Paradigma ini berkembang pesat selama tahun pertama atau lebih pandemi COVID-19, dengan sepatu kets dan pakaian jadi yang dapat dikoleksi dengan cepat meningkat nilainya di samping aset mewah, seperti jam tangan, anggur, karya seni, dan mobil.
Sekarang, tren pasar untuk barang-barang West sedang turun tajam. Saunders mengatakan, "Siapa pun yang memegang barang dagangan Yeezy dengan harapan dapat menghasilkan uang di pasar barang bekas akan sangat kecewa. Nilai barang-barang itu telah turun. Orang-orang tidak ingin dikaitkan dengan Kanye sekarang."
Tidak Akan Turun sampai 0
Itu terbukti di Cool Kicks, sebuah toko dan pengecer sepatu yang berlokasi di Los Angeles, California, AS. Toko itu lebih sibuk dari biasanya pada 25 Oktober 2022, kata salah satu pemilik Adeel Shams, dan sebagian besar berkaitan dengan Yeezys.
"Orang-orang panik menjualnya," kata Shams, yang mencatat bahwa 80 persen dari sepatu yang dijual adalah Yeezy. ""Beberapa dari mereka khawatir memakainya di depan umum dan dihakimi," katanya.
Online platform populer, The RealReal, telah sepenuhnya memilih keluar, memilih tidak lagi mengizinkan Yeezy dijual ini. Sejauh ini, layanan pesaing belum mengikuti.
George Belch, ketua departemen pemasaran di San Diego State University, mengatakan bahwa di era saat ini, di mana perusahaan semakin diteliti untuk posisi yang mereka ambil dalam masalah sosial, politik, dan ekonomi, kurangnya tindakan terhadap kontroversi West "dapat jadi bumerang bagi mereka."
"Tidak mengatakan apa-apa sama dengan mengatakan sesuatu di benak banyak orang," katanya. "Jika Anda diam tentang suatu masalah, keheningan itu mengirim pesan."
Namun demikian, hampir pasti akan terus ada pasar untuk sepatu dan pakaian Yeezy. "Pasar (Yeezy) tidak akan turun ke nol," kata Belch. "Orang-orang mungkin melihat ini sebagai peluang investasi." Tapi, Saunders memprediksi bahwa residu anti-Semitisme akan melekat pada West, sehingga sulit untuk melihat masa depan untuk merek tersebut.
Advertisement