Liputan6.com, Jakarta Pekan ini, sejumlah akun menyerang Pabrik Gula yang dibintangi Arbani Yasiz dan Erika Carlina. Salah satunya menyebut film karya sineas Awi Suryadi itu tak pantas mendapat sambutan sedahsyat ini hingga jadi film Indonesia terlaris pada libur Lebaran 2025.
Seperti diketahui, bersaing dengan Qodrat 2, Jumbo, Norma: Antara Merta dan Menantu, serta Komang, film Pabrik Gula menjadi yang pertama tembus 2 juta penonton. Pada hari pertama penayangan, Pabrik Gula merangkul 203 ribuan penonton.
Advertisement
Baca Juga
Dalam wawancara eksklusif via telepon dengan Showbiz Liputan6.com, Senin (7/5/2025), Awi Suryadi syok Pabrik Gula jadi target hate comment alias ujaran kebencian dalam beberapa hari terakhir. Ia menyebut ini reaksi ekstrem.
Advertisement
“Kaget. Tidak terpikir sama sekali bakal seekstrem itu. Sudah bisa dibilang jahat sih kalau benar yang Lele (penulis film Pabrik Gula) katakan sampai ada yang bilang ke dia untuk mati saja,” kata Awi Suryadi.
Semua Berhak Berpendapat
Sutradara film KKN di Desa Penari mempertanyakan bagaimana mungkin dalam suasana Lebaran, orang tega melontar ujaran kebencian. Tak suka dengan satu film adalah wajar. Namun, mesti ada alasan. Jangan benci tanpa sebab lalu mengajak yang lain berbuat serupa.
“Saya sadar betul semua berhak berpendapat setelah bayar nonton sebuah film, tapi apa ya harus menjatuhkan film lain (dan menganggap remeh orang-orang yang terlibat) untuk memuji film yang mereka lebih suka?” Awi Suryadi balik bertanya.
Advertisement
Kita Semua Berkarya
“Kita semua berkarya, semua film dibuat dengan kesusahan dan perjuangannya masing-masing. Ujaran-ujaran yang dilempar selama ini cenderung bernada atau narasi sama, dan dipaksakan ke orang-orang yang berpendapat positif tentang Pabrik Gula,” ulasnya.
Awi Suryadi menilai, ujaran kebencian terhadap Pabrik Gula memiliki pola yang sama dan tidak organik. Ia percaya masyarakat Indonesia kini cerdas dan tak mudah tersulut ujaran kebencian yang tidak berdasar.
Ujaran Kebencian Terasa Sistematis
Setelahnya, Awi Suryadi memperlihatkan tangkap layar cuitan Ernest Prakasa di akun X atau Twitter baru-baru ini. Ernest Prakasa pun menyadari film Pabrik Gula menjadi traget ujaran kebencian di medsos.
“Terasa sistematis (bukan menuduh siapapun), saya juga baru sadar ketika baca twit Ernest yang ini: Doesn't seem organic. (Itu) twit Ernest,” ucap Awi Suryadi seraya menyinggung strategi untuk menjaga performa Pabrik Gula.
“(Strategi kami ke depan) lanjut menyebarluaskan reaksi organik dan respons positif dari penonton langsung di bioskop-bioskop,” pungkasnya. Selain di Indonesia, Pabrik Gula juga laris manis di Malaysia.
Advertisement
