YouTuber Korea Hidupkan Anjingnya yang Mati Lewat Kloning, Keputusannya Dinilai Tak Beretika

YouTuber Korea itu mendapatkan dua anjing hasil mengkloning gen anjingnya yang telah mati setahun lalu karena kecelakaan.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 06 Jan 2024, 16:00 WIB
Diterbitkan 06 Jan 2024, 16:00 WIB
Youtuber Korea Hidupkan Anjingnya yang Mati Lewat Kloning, Keputusannya Dinilai Tak Beretika
Ilustrasi anjing siberian husky. (dok. Paul Trienekens/Unsplash.com)

Liputan6.com, Jakarta Perdebatan tentang kloning hewan memanas setelah seorang YouTuber Korea Selatan mengunggah video yang menampilkan hasil kloningan anjingnya yang mati setahun lalu. Si YouTuber yang kanalnya diikuti 200 ribu akun itu mengunggah video berjudul "Our Puppy is Back" pada Senin, 1 Januari 2024.

Menurut video, ia menyewa jasa perusahaan untuk membuat sejumlah kloningan Tico, anjingnya yang mati karena kecelakaan. Ia pun menunjukkan kepuasannya atas dua anjing hasil kloningan itu.

Di rekaman itu, ia menunjukkan harapannya bahwa publik akan mempelajari tentang kloningan hewan melalui kasusnya. Ia juga mengaku ingin membantu orang lain mengatasi rasa sedih akibat kehilangan hewan peliharaan kesayangan.

Namun, harapannya itu justru menuai perdebatan perihal implikasi etis dari mengkloning hewan. Banyak yang menentang, termasuk kalangan pecinta anjing, meski belum ada aturan hukum soal itu. 

"Aku memahami kepedihan Youtuber, tapi tidak bisa diterima bila sampai mengkloning anjing. Anjing-anjing tidak bisa mengekspresikan maksud mereka dan aksinya terkesan hanya untuk mengeksploitasi hewan-hewan itu," kata seorang pekerja bernama Gong You Jin yang telah merawat anjing peliharaannya selama 11 tahun, dikutip dari Korea Times, Jumat, 5 Januari 2024.

Ekspresi senada juga diungkapkan Choi Ri Ah, seorang lulusan universitas yang telah merawat anjingnya hampir satu dekade. Ia menyuarakan kekhawatiran tentang potensi salah perlakuan bagi anjing kloning.

"Video tersebut menampilkan keberhasilan kloning dua anjing, namun kekhawatiran saya meluas ke kemungkinan timbulnya masalah pada anjing yang kurang identik, seperti ditinggalkan atau diperlakukan secara lalai," katanya.

Suara Keprihatinan dari Aktivis Hak Hewan

Youtuber Korea Hidupkan Anjingnya yang Mati Lewat Kloning, Keputusannya Dinilai Tak Beretika
Ilustrasi anjing siberian husky. (dok. Natalia Kvitovska/Unsplash.com)

Sementara itu, Advokat Hak-Hak Hewan Korea (KARA) menyuarakan keprihatinan mereka soal kurangnya sistem perlindungan yang tepat untuk hewan. Mereka mencatat bahwa setidaknya 10 anjing digunakan untuk membuat satu anjing kloning.

Karena prosedur invasif, yaitu memotong perut anjing betina untuk mengumpulkan telur diperlukan dalam kloning, KARA menyuarakan keprihatinan tentang perawatan pasca-operasi yang tepat dan transparansi pengobatan. Implikasi etis dari penggunaan banyak hewan untuk membuat satu klon juga jadi perhatian yang signifikan.

"Proses kloning melibatkan modifikasi beberapa hewan, dengan hanya satu yang dipilih sementara sisanya dibuang, sehingga menimbulkan kontroversi dan perdebatan etika," kata Park Jong Moo, seorang dokter hewan.

Kurangnya transparansi dalam proses kloning juga menimbulkan kekhawatiran, mengingat semua organisasi yang terlibat dalam kloning hewan beroperasi di sektor publik. Jung Jin A dari Asosiasi Kesejahteraan Hewan Korea (KAWA) menekankan perlunya komite etika hewan untuk mengawasi prosedur seperti kloning.  

Namun, tantangan dalam mengidentifikasi laboratorium yang saat ini terlibat dalam eksperimen tersebut mempersulit cara menilai aspek etika dari prosedur kloning hewan. Berdasarkan undang-undang saat ini, Undang-Undang Bioetika dan Keselamatan hanya berlaku untuk manusia.

Perusahaan Kloning Hewan Tutup Akses

Ilustrasi anjing autisme. Photo by Joe Caione on Unsplash
Ilustrasi anjing autisme. Photo by Joe Caione on Unsplash

Meski ada undang-undang yang mengatur eksperimen pada hewan, kloning untuk tujuan komersial, seperti kasus Youtuber itu berada di luar cakupan peraturan.

"Walau ada manfaat dari teknologi kloning hewan, seperti konservasi spesies yang terancam punah, diperlukan peraturan yang secara khusus menargetkan kloning hewan secara komersial," kata Han Joo Hyun, seorang pengacara yang juga mengadvokasi hak-hak hewan. Situs web perusahaan pembuat klon anjing YouTuber saat ini bahkan tidak dapat diakses.

Selain masalah kloning, Korea Selatan juga menghadapi persoalan penjualan daging anjing. Rencana pemerintah untuk mengeluarkan larangan penjualan daging anjing dalam bentuk Undang-Undang mendapat tentangan keras dari para produsen.

Kelompok yang memayungi pelaku industri daging anjing di Korea Selatan, Daehan Yukgyeon Hyephoi (Federasi Daging Anjing), mengancam akan berdemo dan menggelar protes pada 30 November 2023. Dilansir dari Koreaboo, 28 November 2023, mereka bahkan berencana melepaskan dua juta ekor anjing di jalanan, termasuk di sekitar kantor Presiden Yoon Suk Yeol di kawasan Yongsan.

Larangan Makan Daging Anjing Berlaku Mulai 2027

Jenis Anjing Kecil Lucu
Chihuahua / Sumber: Pixabay

Keputusan kelompok tersebut menggelar protes di depan Monumen Perang Korea di Yongsan, tepat di depan kantor presiden Korea Selatan, memperkuat tekad mereka. Bukan hanya di Yongsan, mereka bahkan mengancam akan melepaskan anjing-anjing tersebut di depan rumah Menteri Pertanian Chung Hwang Keun di Provinsi Chungcheong Selatan.

"Tiap peserta akan hadir dengan setidaknya seekor anjing saat unjuk rasa nanti. Apakah anjing-anjing tersebut akan dilepaskan atau tidak, itu akan menjadi keputusan masing-masing peserta," kata Federasi Daging Anjing.

Undang-undang yang bakal mengakhiri praktik tradisional namun kontroversial ini akan memiliki masa tenggang tiga tahun, dan daging anjing dilarang dikonsumsi di seluruh Korea mulai 2027. Praktik makan daging anjing di Korea Selatan bukan hanya menuai kritik dari aktivis hak-hak binatang di luar negeri, tapi juga terdapat peningkatan penolakan di dalam negeri, terutama dari generasi muda.

Pemerintah dan partai yang berkuasa akan mengajukan rancangan undang-undang tahun ini untuk menegakkan larangan tersebut, katanya, seraya menambahkan bahwa ia yakin undang-undang tersebut akan disahkan dengan dukungan bipartisan. RUU anti-daging anjing telah gagal di masa lalu karena adanya protes dari pihak industri, dan kekhawatiran terhadap mata pencaharian para petani dan pemilik restoran.

Infografis 6 Hewan Peliharaan Populer
Infografis 6 Hewan Peliharaan Populer (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya