Tren Makan Banyak alias Mukbang, Buya Yahya Ungkap Peringatan Nabi SAW

Nabi sendiri telah mengingatkan bahwa pola makan yang tidak beraturan dapat menghantarkan seseorang kepada penyakit.

oleh Liputan6.com Diperbarui 18 Feb 2025, 11:30 WIB
Diterbitkan 18 Feb 2025, 11:30 WIB
KH Yahya Zainul Ma'arif (Buya Yahya)
Ulama kharismatik sekaligus Pengasuh LPD Al Bahjah, Buya Yahya. (YouTube Al Bahjah TV)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Fenomena mukbang atau makan dalam jumlah besar telah menjadi tren di berbagai platform media sosial. Banyak konten kreator yang menjadikan aktivitas ini sebagai daya tarik utama dalam videonya. Namun, bagaimana sebenarnya pandangan Islam mengenai mukbang ini?

KH Yahya Zainul Ma'arif atau Buya Yahya, Pengasuh Lembaga Pengembangan Da'wah dan Pondok Pesantren Al-Bahjah di Cirebon menyoroti pentingnya adab dalam makan dan bagaimana ajaran Nabi mengajarkan keseimbangan dalam kehidupan sehari-hari.

"Hari ini zaman viral, ada banyak orang yang menjadi youtuber dengan konten makan banyak. Padahal, bagaimana sebenarnya Nabi mengajarkan cara makan? Seorang yang tubuh kecil kadang ada yang makannya satu nampan besar yang bisa untuk lima atau enam orang," kata Buya Yahya.

Dirangkum dari tayangan video di kanal YouTube @DN_Hijrah, Buya Yahya menjelaskan bahwa makan seharusnya dinikmati dengan rasa syukur. Bukan sekadar ajang unjuk kemampuan untuk menghabiskan makanan dalam jumlah besar.

"Bukankah makan itu untuk kita nikmati dan kita syukuri kepada Allah? Bukan hanya untuk menunjukkan bahwa kita mampu makan satu bakul sekaligus," tambahnya.

Ia juga menegaskan bahwa mukbang atau makan dalam jumlah besar tanpa aturan bisa berdampak pada kesehatan. Nabi SAW sendiri telah mengingatkan bahwa pola makan yang tidak beraturan dapat menghantarkan seseorang kepada penyakit.

"Bagaimana dengan sisi kesehatan? Anda punya masa dan waktu untuk menikmati hidup dengan sehat dan baik. Bukankah Nabi telah menyebutkan bahwa makanan yang tidak beraturan dapat membawa penyakit?" jelasnya.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Nasihat Buya Yahya

Mukbang Tanboy Kun Santap 12 Bungkus Mie Sedaap Varian Baru ala Chef Devina, Bikin Ngiler!
Mukbang Tanboy Kun menikmati 12 bungkus Mie Sedaap Goreng ala Chef Devina.... Selengkapnya

Lebih lanjut, Buya Yahya mengingatkan bahwa dalam Islam, makan bukan hanya perkara halal atau haram. Ada tata krama dan akhlak yang perlu diperhatikan agar seseorang tidak hanya sekadar makan, tetapi juga mendapatkan berkah dalam kehidupannya.

"Semoga yang biasa makan banyak bisa berpikir ulang. Kita perlu akhlak, bukan sekadar mentang-mentang makanan itu halal dan kita mampu membelinya. Ada adab yang harus kita hadirkan," ujarnya.

Ia juga mengingatkan bahwa makan dalam jumlah besar untuk kepentingan hiburan dapat menimbulkan kesan negatif. Tidak hanya bagi diri sendiri, tetapi juga bagi orang lain yang melihat.

"Jangan sampai kita hanya ingin dipandang hebat atau aneh oleh manusia, tetapi lupa bagaimana cara makan yang baik menurut ajaran Islam," tambahnya.

Menurutnya, dalam Islam diajarkan untuk makan secukupnya dan tidak berlebihan. Bahkan, dalam sebuah hadits disebutkan bahwa perut manusia sebaiknya dibagi menjadi tiga bagian, yaitu sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga untuk udara.

"Makan secukupnya adalah bagian dari kebijaksanaan dalam hidup. Jangan sampai kita memenuhi perut tanpa mempertimbangkan keseimbangan yang diajarkan oleh Rasulullah," kata Buya Yahya.

Buya Yahya juga menyinggung bahwa banyak orang yang menganggap mukbang sebagai hiburan, tetapi mereka lupa dampaknya terhadap pola makan dan kesehatan.

"Kita harus sadar bahwa kesehatan adalah bagian dari nikmat yang harus dijaga. Jangan sampai kita sakit karena pola makan yang tidak sesuai dengan sunnah," katanya.

Makan Bukan Pemenuhan Nafsu, tapi Ibadah

Ilustrasi mukbang
Ilustrasi mukbang/Freepik.... Selengkapnya

Ia menambahkan bahwa dalam Islam, makanan bukan hanya soal pemenuhan nafsu, tetapi juga bagian dari ibadah.

"Makan itu ibadah, jika dilakukan dengan benar. Makanlah secukupnya, makan dengan adab, dan jangan berlebihan," pesannya.

Mukbang atau kebiasaan makan berlebihan, menurutnya, juga dapat membawa dampak psikologis, terutama jika seseorang mulai kecanduan melakukan hal tersebut demi popularitas.

"Jangan sampai kita terbiasa makan banyak hanya karena ingin viral. Itu adalah kebiasaan yang tidak baik," tegasnya.

Lebih jauh, Buya Yahya mengajak masyarakat untuk meneladani pola makan Rasulullah yang sederhana dan penuh keberkahan.

"Rasulullah itu makannya sederhana, tapi penuh berkah. Kita sebagai umatnya seharusnya meneladani hal ini," ujarnya.

Ia juga menegaskan bahwa mukbang yang dilakukan dengan menghambur-hamburkan makanan adalah bentuk pemborosan yang dilarang dalam Islam.

"Jangan sampai makanan yang berlebihan itu akhirnya terbuang sia-sia. Itu termasuk perbuatan mubazir, yang sangat tidak disukai dalam Islam," tambahnya.

Sebagai penutup, Buya Yahya mengingatkan bahwa Islam mengajarkan keseimbangan dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam pola makan.

"Makanlah secukupnya, jaga kesehatan, dan jangan berlebihan. Karena Islam mengajarkan keseimbangan dalam segala hal," pungkasnya.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya