Chatime Atealier X Acaraki The Art of Jamu Eksplorasi Rasa Jahe Melalui Kreasi Kaya Rasa

Kolaborasi Chatime Atealier X Acaraki The Art of Jamu menghadirkan dua menu terbaru yang terdiri dari Apple Ginger Cream dan Ginger Milky Latte. Menu Apple Ginger Cream, merupakan kombinasi lembut dari jahe bubuk Acaraki, mousse, potongan apel yang manis, dan red velvet crumble sebagai topping.

oleh Dyah Ayu Pamela diperbarui 08 Sep 2024, 10:00 WIB
Diterbitkan 08 Sep 2024, 10:00 WIB
Kolaborasi Chatime Atealier Acaraki The Art of Jamu
Kolaborasi Chatime Atealier Acaraki The Art of Jamu. (Dok: Liputan6.com/dyah)

Liputan6.com, Jakarta - Cita rasa rempah jahe menjadi highlight kolaborasi Chatime Atealier, konsep premium dari Chatime dengan Acaraki The Art of Jamu. Kedua brand ini meluncurkan menu terbaru dalam seri Kreasi Kaya Rasa bertema jelajah rasa jahe.

Seri Kreasi Kaya Rasa hadir sebagai kreasi artisan tahunan dari Chatime Atealier dengan hasil alam Indonesia pilihan. Tema ini menawarkan pengalaman minum yang unik yang memadukan minuman kekinian dari Chatime Atealier dengan kehangatan jahe dari Acaraki The Art of Jamu, sebuah merek jamu dengan teknik penyeduhan yang kontemporer.

Kolaborasi menghadirkan dua menu terbaru yang terdiri dari Apple Ginger Cream dan Ginger Milky Latte. Menu Apple Ginger Cream, merupakan kombinasi lembut dari jahe bubuk Acaraki, mousse, potongan apel yang manis, dan redvelvet crumble sebagai topping.

Kreasi minuman ini dapat dinikmati dalam sajian dingin. Ginger Milky Latte merupakan kombinasi lembut dari mousse, jahe bubuk Acaraki, pulpatau sari kelapa, dan gula merah. Menu ini disajikan dalam dua pilihan yaitu hangat maupun dingin.

Kedua minuman Kreasi Kaya Rasa tersedia di 9 gerai Chatime Atealier di kota besardi Indonesia seperti Jakarta, Bogor, Tangerang Selatan, Surabaya, dan Denpasar. Dua menu ini hadir dengan memanfaatkan tiga jenis jahe yang menawarkan karakteristik unik yaitu jahe emprit, jahe merah, dan jahe gajah.  

Alasan Memilih Rimpang Jahe

minuman jahe
Ilustrasi minuman jahe kayu manis/copyright unsplash.com/Julia Topp

Jahe emprit, dengan rimpang kecil dan ramping berwarna putih kekuningan, memberikan rasa pedas dengan aroma yang lembut. Sementara jahe merah, yang memiliki rimpang berwarna merah kemerahan yang intens, menambahkan sentuhan pedas hangat yang khas serta aroma yang tajam. Kemudian jahe gajah, dengan aroma kuat dan rasa yangcenderung ringan, memberikan dimensi berbeda.

Sebagai bagian dari budaya dan tradisi Indonesia, jahe telah lama menjadi komponen penting dalam dunia kuliner. Penggunaan jahe dalam kolaborasi ini tidak hanya membawa variasi rasa yang unik dan kompleks, tetapi juga menggambarkan komitmen untuk mempromosikan warisan Indonesia yang kaya akan rempah-rempah.

Lany Cucu, General Manager Marketing F&B Indonesia mengungkapkan, kolaborasi ini ingin menjadikan jamu sebagai gaya hidup anak muda. Dengan adanya kolaborasi yang saling bersinergi, kedua merek ini tidak hanya menawarkan pengalaman menikmati minuman yang unik dengan cita rasa yang kaya.

"Kita juga ingin mengajak anak muda untuk melestarikan kekayaan rempah Indonesia dan menikmati tradisi rempah lokal," kata Lany saat peluncuran kolaborasi di kawasan Jakarta Selatan, Jumat (7/9/2024). 

Inovasi dengan Rempah Indonesia

Kolaborasi Chatime Atealier Acaraki The Art of Jamu. (Dok: Liputan6.com/dyah)
Kolaborasi Chatime Atealier Acaraki The Art of Jamu. (Dok: Liputan6.com/dyah)

Melalui Kreasi Kaya Rasa, pihaknya pun berharap dapat menghadirkan sebuah inovasi yang memadukan minuman kekinian dengan hasil alam Indonesia yang kaya. Ketika keduanya bersatu, hasilnya adalah rasa yang unik dari harmonisasi manisnya minuman kekiniandengan kehangatan jahe lokal.

Sementara itu brand Acaraki memperkenalkan kembali nilai dan makna jamu sebagai bagian darigaya hidup sehat masyarakat. Kata jamu sendiri berasal dari Bahasa Jawa kuno Jampi (doa) dan Usodo (kesehatan).

"Demi menyambung rantai doa dari hulu sampai ke hilir, kami mengawal perjalanan bahan jahe kami dari para petani di berbagai pelosok Indonesia," ungkap Jony Yuwono, Founder Acaraki The Art of Jamu.

Menurutnya suatu kebanggaan baginya untuk menyaksikan bagaimana jahe kami dapat diolah oleh Chatime Atealier menjadi suatu karya yang inovatif. "Semoga eksplorasi jamu dan cita rasa dalamkolaborasi ini dapat memberikan inspirasi bagi semua untuk bersama-sama melestarikanjamu warisan budaya kita," sampbungnya lagi.  

Mengenal Istilah Acaraki dalam Proses Pembuatan Jamu

Ilustrasi jamu Indonesia
Ilustrasi jamu Indonesia. (Dok: Freepik)

Melalui sejarah panjangnya, ragam istilah senantiasa menyertai eksistensi jamu Indonesia. Di antaranya, Anda mungkin pernah, atau belum pernah, mendengar kata "acaraki" disematkan dengan proses pembuatan jamu Nusantara.

Mengutip laman Karya Kreatif Indonesia, Minggu, 4 Juni 2023, istilah jamu berasal dari bahasa Jawa kuno, "jampi," yang berarti mantra maupun doa, dan "oesodo" yang berarti kesehatan. Sementara, istilah acaraki berasal dari prasasti Madhawapura.

Itu adalah prasasti yang berisi catatan tentang profesi. Tertulis di dalamnya mengenai sebutan Abhasana bagi pembuat pakaian, Angawari sebagai pembuat kuali, dan Acaraki sebagai peracik jamu. Mengutip Jawa Pos, pipisan dan gandik disebut sebagai "senjata andalan" acaraki untuk meramu jamu di era Majapahit.

Oleh karena pada abad 13--15 masehi bahannya serba sederhana dan manual, para acaraki memanfaatkan pipisan dan gandik untuk mengekstrak rempah, serta bahan jamu lain. Kasub Unit Koleksi Pusat Informasi Majapahit (PIM) Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XI Jatim Tommy Raditya D menerangkan, sejauh ini, terdapat sejumlah sumber kuno yang menggambarkan pentingnya jamu dan acaraki pada masa itu.

Infografis Jamu Populer di Indonesia
Infografis jamu populer di Indonesia. (Dok: Liputan6.com Tim Grafis)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya