Adegan Episode Terakhir Drakor When The Phone Rings Dituding Dukung Propaganda Zionis, Seruan Boikot Bergema

Drakor When The Phone Rings menuai kritik pedas atas adegan yang dianggap sebagai propaganda Zionis. Penggemar mengecam penggambaran konflik Israel-Palestina yang dinilai tidak sensitif dan menyesatkan.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 05 Jan 2025, 11:30 WIB
Diterbitkan 05 Jan 2025, 11:30 WIB
Adegan Episode Terakhir Drakor When The Phone Rings Dituding Propaganda Zionis, Seruan Boikot Bergema
Cuplikan adegan di drakor When The Phone Rings yang dianggap mendukung propaganda Zionis. (dok. Screenshoot MBC)

Liputan6.com, Jakarta - Menutup penantian panjang para penggemarnya, drama Korea (drakor) When The Phone Rings akhirnya menayangkan episode terakhirnya pada Sabtu, 4 Januari 2025. Alih-alih disambut gembira, secuplik adegan di drakor tersebut menuai kontroversi hingga memicu desakan agar memboikot drakor itu hingga para aktor yang bermain.

Mengutip Koreaboo, Minggu (5/1/2025), adegan yang dimaksud menunjukkan karakter Na Yu Ri (diperankan oleh Jang Gyu Ri) mengabarkan informasi tentang negara fiktif bernama Paltima melancarkan serangan udara terhadap negara fiktif Izmael. Disebutkan pula bahwa warga negara Korea disandera dalam insiden tersebut.

Meski nama-nama itu fiktif, warganet dengan cepat mengaitkannya dengan konflik asimetris Palestina dan Israel. Informasi yang disampaikan oleh karakter pembawa berita dianggap tidak menggambarkan situasi yang sebenarnya terjadi di Gaza, Palestina, sehingga produser dan stasiun TV yang menayangkan dianggap membawa propaganda zionis lewat tayangan tersebut.

Dengan cepat, potongan adegan itu beredar di dunia maya, mengundang kecaman warganet pada para produser dan jaringan televisi karena menayangkan representasi yang salah mengenai kondisi mengerikan yang berlangsung di Palestina akibat tindakan keji Israel.

"Yall seriously need to start boycotting korean entertainment that pro-zionist. Boycott the writer and director for good. Avoid the actors too. (Kalian semua harus serius mulai memboikot industri hiburan Korea yang pro-Zionis. Boikot penulis dan sutradaranya untuk kebaikan. Hindari juga para aktornya)," kecam seorang warganet di X.

"Paltima???Izmael??? Shame on you @mbcdrama_pre Shame on you #WhenThePhoneRings !!If you haven't watched it yet! Just boycott! Don't watch it! (Paltima??? Izmael??? Memalukan @mbcdrama_pre Memalukan #WhenThePhoneRings!! Bila kalian belum menontonnya, cukup boikot! Jangan menontonnya!)," imbuh warganet berbeda.

Desak Adegan Dihapus dan Tuntut Permintaan Maaf

Yoo Yeon Seok dan Chae Soo Bin dalam drakor When the Phone Rings. (MBC via Netflix)
Yoo Yeon Seok dan Chae Soo Bin dalam drakor When the Phone Rings. (MBC via Netflix)

Warganet lain menyindir pedas bahwa isu genosida warga Palestina bukanlah topik ringan untuk didiskusikan lewat drakor. "Dan kdrama ini tidak bisa lebih buruk lagi, mereka harus secara terang-terangan BERBOHONG tentang apa yang sebenarnya terjadi di sana. bebaskan palestina, kalian orang-orang aneh," tulisnya. 

"Hanya orang-orang bodoh yang tidak tahu apa-apa (lihat nama-nama di bawah) yang akan memasukkan sesuatu yang mereka tidak tahu untuk menjilat zionis - dan itu sama sekali tidak ada kaitannya dengan drama tersebut. Drama yang mengecewakan dengan agenda memalukan ini.#WhenThePhoneRingsEp12 #WhenThePhoneRings," cuit warganet berbeda di X.

Nama-nama dimaksud adalah sutradara drakor, Park Sang Woo; produser eksekutif, Kwon Sung Chang; dan penulis skenario, Kim Ji Woon. Mereka bertiga dianggap paling bertanggung jawab atas kontroversi tersebut dan dituntut meminta maaf. Banyak juga warganet yang mendesak MBC menghapus adegan tersebut dari drakor dimaksud dan meminta maaf. Namun, belum ada tanggapan dari para pihak yang disebut.

Korban Pertama Israel atas Serangan Gaza di Awal 2025

Nasib Anak-anak Pengungsi Palestina di Hari Anak Sedunia 2024
Hari Anak Sedunia yang diperingati setiap 20 November memiliki makna sebagai pengingat pentingnya mengedepankan kesejahteraan anak-anak di seluruh dunia. Tampak dalam foto, seorang anak laki-laki berjalan di atas puing-puing rumah yang hancur akibat serangan Israel di jalan al-Jalaa di pusat Kota Gaza pada 18 November 2024. (Omar AL-QATTAA/AFP)

Di tengah momen kemeriahan Tahun Baru 2025 di belahan dunia berbeda, pasukan Israel menyerbu sejumlah daerah di Gaza dan menewaskan beberapa warga Palestina, termasuk seorang bocah berusia delapan tahun. Melansir laman TRTWorld, Rabu, 1 Januari 2025, Israel meluncurkan roket ke arah timur dan utara kamp Bureij dan Nuseirat.

Keluarga Abu Dhaher jadi korban dalam serangan di dinihari tersebut. Bocah bernama Adam Farhallah ikut menjadi korban tewas, menjadikannya warga sipil sekaligus anak-anak pertama yang tewas akibat serangan pasukan Israel di Gaza pada 2025. Dalam sebuah video memilukan yang beredar di X (dulunya Twitter) seorang remaja yang berada di sisi Adam memegang tubuhnya yang sudah terbujur kaku.

"Anak ini sedang tidur, ia kelaparan dan kedingnan…in awal tahun 2205 dan itulah yang terjadi pada dirinya," ujar remaja dalam video tersebut.

Serangan Israel juga dikabarkan menewaskan seorang pria Palestina berusia 27 tahun bernama Khuloud Abu Daher menurut laporan media lokal. Di Gaza selatan, beberapa orang terluka dalam serangan udara Israel ke sebuah rumah di kawasan al-Fukhari, Khan Younis.

Israel Culik Direktur Rumah Sakit dan Tenaga Medis

Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan tentara Israel memerintahkan 350 orang untuk meninggalkan Rumah Sakit Kamal Adwan yang terbakar. [Khalil Ramzi Alkahlut/Anadolu Agency]
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan tentara Israel memerintahkan 350 orang untuk meninggalkan Rumah Sakit Kamal Adwan yang terbakar. [Khalil Ramzi Alkahlut/Anadolu Agency]

Pasukan Israel terus melancarkan perang genosida di Gaza yang telah menewaskan lebih dari 45.500 warga Palestina, meski Dewan Keamanan PBB sudah mengeluarkan resolusi yang menyerukan gencatan senjata dengan segera. Menjelang akhir 2024, usai menyerbu Rumah Sakit Kamal Adwan di Beit Lahiya pada Jumat, 27 Desember 2024, pasukan Israel dilaporkan menahan puluhan staf medis dari rumah sakit di Gaza utara tersebut.

Militer Israel sebelumnya dilaporkan memerintahkan puluhan pasien dan ratusan orang untuk mengungsi serta menahan staf medis, termasuk kepala rumah sakit, Hussam Abu Safiya. Laporan VOA Indonesia yang dikutip Minggu, 29 Desember 2024, menyebut Kementerian Kesehatan Gaza belum tahu kondisi Abu Safiya. Mereka mengkhawatirkan kondisinya setelah beberapa staf yang dibebaskan pada Jumat malam, 27 Desember 2024, melaporkan bahwa tentara memukulinya.

Sejauh ini pihak militer Israel belum memberikan komentar tentang para nasib tahanan itu. Serangan terhadap rumah sakit tersebut, salah satu dari tiga fasilitas medis di tepi utara Gaza, membuat fasilitas kesehatan utama terakhir di Gaza utara lumpuh, kata Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO dalam sebuah unggahan di X.

Infografis Dampak Setahun Agresi Militer Israel ke Gaza. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Dampak Setahun Agresi Militer Israel ke Gaza. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya