Mahasiswa Serang Tuntut Kembali Peradilan Tragedi Trisakti

"Sampai saat ini belum ada orang yang dimintai pertanggungjawabannya terhadap Peristiwa Mei 98 (Tragedi Trisakti)," ucap demonstran.

oleh Yandhi Deslatama diperbarui 12 Mei 2014, 18:26 WIB
Diterbitkan 12 Mei 2014, 18:26 WIB
Buat Mural Peringati Tragedi Trisakti - Liputan6 petang
Salah satu keluarga korban tragedi Mei Tahun 1998 Ruyati berjalan di depan mural pelanggaran HAM ketika peresmian mural Prasasti Tragedi Trisakti dan Mei 1998 di kawasan Jalan Pemuda, Jakarta Timur. (ANTARA FOTO/Reno Esnir)

Liputan6.com, Serang - Puluhan mahasiswa Banten yang tergabung dalam Untirta Movement Community (UMC) menggelar aksi tutup mulut dan tidur di jalan. Mereka menuntut para pelaku penembakan 4 mahasiswa saat Tragedi Trisakti 12 Mei 1998 segera diadili tanpa pandang bulu.

"Sampai saat ini belum ada orang yang dimintai pertanggungjawabannya terhadap Peristiwa Mei 98 (Tragedi Trisakti)," ucap Mahendra Seftianzah, juru bicara aksi di Serang, Banten, Senin (12/5/2014).

Para mahasiswa yang berjumlah 30 orang ini berdemonstrasi di perempatan Ciceri, Kota Serang. Dalam aksinya, massa membawa spanduk berisikan foto para korban Tragedi Trisakti dan beberapa aktivis pro-demokrasi yang hilang pada tahun 1998-1999.

Demonstran juga menutup mulut mereka dengan lakban dan menggunakan pakaian serba hitam. "Harus diselidiki orang-orang yang duduk di posisi strategis waktu 98 (saat penembakan mahasiswa Trisakti)," imbuh juru bicara aksi yang biasa disapa Mahe ini.

Para pengunjuk rasa sekaligus menuntut para jenderal yang kini maju dalam percaturan politik nasional mampu menjelaskan peristiwa sebenarnya kepada masyarakat Indonesia.

"Wiranto dan Prabowo, mereka harus menjelaskan. Jika mereka bersalah, mereka harus mengakui dan meminta maaf kepada masyarakat Indonesia," pungkasnya.

Tepat 16 tahun lampau, 4 mahasiswa Universitas Trisakti, Grogol, Jakarta Barat, yaitu Elang Mulia Lesmana (Fakultas Arsitektur 1996), Heri Hertanto (Fakultas Teknik Industri 1995), Hafidin Royan (Fakultas Teknik Sipil 1995) dan Hendriawan Sie (Fakultas Ekonomi 1996) tewas di sekitar kampus mereka.

Empat mahasiswa itu tewas tertembak peluru tajam pada saat menggelar aksi damai memperjuangkan reformasi menyusul krisis moneter yang mendera negeri ini. Penembakan mahasiswa ini kemudian menyulut huru-hara di beberapa kota.

Para mahasiswa kemudian turun ke jalan dan menduduki Gedung DPR/MPR, Senayan, Jakarta, hingga akhirnya Presiden Soeharto memilih lengser dari kekuasaan. (Sss)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya