Cegah Corat-coret Saat Lulus UN, Siswa Diminta Berbaju Adat

Walikota Solo FX Hadi Rudyatmo telah meminta pihak sekolah untuk melakukan kegiatan positif.

oleh Fajar Abrori diperbarui 20 Mei 2014, 11:38 WIB
Diterbitkan 20 Mei 2014, 11:38 WIB
Ilustrasi siswa
Ilustrasi pelajar SMA. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Solo - Hari Selasa ini merupakan hari pengumuman kelulusan hasil Ujian Nasional (UN) SMA/SMK/MA. Guna mengantisipasi aksi konvoi dan corat-coret dalam pengumuman hasil UN, Pemerintah Kota Solo mewajibkan para siswa untuk mengenakan baju adat saat menerima hasil kelulusan.

Walikota Solo FX Hadi Rudyatmo menjelaskan, guna menekan aksi corat-coret dan konvoi anak SMA saat pengumuman hasil kelulusan, pihaknya telah meminta pihak sekolah untuk melakukan kegiatan positif. Salah satu kegiatan positif itu adalah menggelar lomba keluwesan pakaian daerah, yang diikuti seluruh siswa yang menerima hasil kelulusan.

"Dengan mengikuti kegiatan positif ini, diharapkan siswa tidak melakukan aksi corat-coret dan konvoi di jalan kalau siswa mengenakan pakaian adat. Jadi aksi corat-coret bisa dicegah, “ ujar mantan Wakil Walikota Jokowi ini.

Lanjutnya, kebijakan ini sejatinya sudah diterapkan beberapa tahun lalu, saat era pemerintahan Walikota Jokowi. Menurut walikota yang akrab disapa Rudy, cara ini ampuh untuk menekan aksi corat-coret dan huru hara aksi konvoi di jalan.

"Kebijakan ini telah dilakukan di Solo, sejak era saya menjadi Wakil Walikota Solo mendampingi Pak Jokowi. Hasilnya, aksi hura-hura para siswa dalam merayakan kelulusan dengan konvoi dan aksi corat-coret sudah berangsur-angsur menurun," tuturnya.

Informasi yang dihimpun Liputan6.com di lapangan, jumlah siswa yang tidak lulus di Solo ada sekitar 17 orang. Para siswa yang tidak lulus itu terdiri dari 10 siswa SMA swasta, 6 siswa SMK swasta serta 1 siswa SMK Negeri. Sedangkan untuk SMA Negeri dan Madrasah Aliyah tingkat kelulusannya mencapai 100 persen. (Sss)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya